23

4.6K 646 15
                                    

Prabas datang ke rapat tepat waktu bersama Kevin yang menjadi asistennya. Sebenarnya ini bukan rapat yang wajib ia hadiri karena Prabas sudah menerima laporan terkait konsep iklan mereka selanjutnya. Seorang Direktur Utama tak perlu ikut campur dalam urusan remeh seperti ini. Ia bisa memerintahkan para manajerial yang bersangkutan untuk melaporkannya kepadanya nanti.

Tapi ini adalah divisi periklanan dan tim Kaia yang bertanggung jawab dalam iklan produk baru mereka akan melakukan presentasi konsep akhir yang sudah matang. Prabas datang hanya karena ingin melihat Kaia. Namun sesampainya di sana ia tidak menemukan gadis itu.

Ah... Prabas kelupaan. Ia lupa jika ide Kaia tak terpilih. Gadis itu pernah bilang. Sial. Dia sudah terlanjur di kurisnya. Jika tiba-tiba bangun tanpa menyimak, tentu saja kredibilitasnya sebagai seorang pemimpin akan dipertanyakan.

Tim iklan yang sudah siap terkejut ketika tiba-tiba Direktur utama muncul untuk mendengarkan mereka. Semua orang di sana seketika berdiri datang menyambut Prabas.

Sakti dan Wida tersenyum. Mereka harus menunjukkan keahlian mereka dan mendapatkan apresiasi dari atasan demi jalan karir mereka di masa depan yang lebih cerah.

Prabas menerima handout ppt dan menyimak ala kadarnya. Sesekali ia mengecek ponselnya, untuk melihat kemungkinan Kaia membalas pesannya. Tak ada respon seperti biasa. Prabas tersenyum melihat kekonyolannya yang rajin mengirim laporan keuangan hutang gadis itu.

"Dan untuk merangkul pasar remaja, kita akan menggunakan media animasi. Dengan menggunakan warna tone lebih dingin dan berubah hangat akan membawa kesan kekeluargaan yang hangat."

Prabas menurunkan ponselnya untuk kembali menyimak. Oria itu mengernyit dan membaca beberapa poin yang disebutkan. Anehnya, rasanya begitu familiar.

"Pendakian adalah kegiatan yang sedang marak dilakukan. Oleh kalangan tua hingga muda semuanya memiliki ketertarikan,. Selain itu dengan melakukan kegiatan outdoor seperti camping ini lah yang akan membawa semuanya ke konsep youth and free."

Ini bukannya ide konsep punya Ai? Tanya Prabas yang melihat kertas-kertas di depannya sekali lagi.

Prabas mengangkat tangannya untuk menghentikan Sakti berbicara.

"Siapa yang punya konsep ini?"

"Ini adalah kolaborasi ide milik saya dan teman saya, Pak," jawab Sakti sambil menunjuk ke arah Winda yang berada di sampingnya.

"Ah... youth and free. Bukankah itu konsep milik anak magang itu? Atau aku salah mengingatnya?"

"Iya, Pak. Konsep youth and free adalah konsep besar yang diusung oleh salah satu anak magang di tim kami. Namun kita mengembangkannya lagi. Ini semua adalah kolaborasi bersama."

"Hmm... begitu ya..."

Prabas melirik ke arah ketua tim. Wanita berkacamata itu tersenyum ke arah Prabas membalas tatapan pria itu.

Bagaimana bisa ia mensejahterakan karyawannya jika ide karyawannya saja tidak ia apresiasi dengan benar? Prabas kembali mengeluarkan ponselnya untuk mengetikkan sesuatu.

To: Ai

Kita makan malam bersama malam ini. AKu tunggu di lobi. Tidak menerima penolakan. Ini fancy dinner. Jadi utangmu bisa dikurang lebih banyak setelah makan malam berakhir.

***

Kaia menoleh ke belakang, ke kiri dan kanan. Memastikan bahwa lobi kantor tidak banyak orang berlalu lalang. Pesan dari Prabas telah masuk ke beberapa jam yang lalu. Dari apa sebuah permintaan, lebih terdengar seperti sebuah perintah.

Jangan Bilang Papa!Where stories live. Discover now