20

5K 683 10
                                    

Sorry lama, aku kelupaan hari, hehe.

Happy reading everyone! Jangan lupa vote dan komen yang banyak. Thank youuu!

Hari senin adalah hari penentuan. Prabas melihat layar ponselnya dimana puluhan pesan yang ia kirimkan sejak semalam sama sekali tidak digubris oleh Kaia. Bahkan dibaca pun tidak. Dirinya memang tidak diblokir. Namun fakta bahwa ia mengacuhkan pesannya membuat Prabas sangat kesal.

Oke! Pranbas mengakui kesalahannya. Ia memang yang berbohong di sini. Dirinya tidak memperkenalkan diri dengan benar sehingga membuat kebohongan itu semakin melebar kemana-mana. Namun Prabas hanya tidak ingin membuat Kaia tidak nyaman. Jika gadis itu mengetahui bahwa dirinya adalah direktur di kantor, kaia tidak akan berinteraksi dengannya sekasual ini.

Prabas merasa semakin gundah karena ia tidak tahu apa yang ia rasakan. Ia menyesal tapi jika mengingat interaksinya dengan Kaia akhir-akhir ini, dirinya sama sekali tidak menyesal.

"Argghhh..."

Entahlah, dia semakin pusing saja dibuatnya. Prabas melepaskan dasi yang mencekik lehernya dan berbaring di atas tempat tidur lebar masih dengan sepatu hitam mengkilapnya. Ia meletakkan tangannya di atas kepala sambil berpikir cara membuat Kaia bertemu dengannya besok tanpa diketahui oleh Kevin, asistennya.

Senin. Prabas hanya perlu menunggu sampai senin.

***

Kaia tengah makan siang bersama Kevin di sebuah restoran.

Gadis itu tertawa kecil ketika mendengar kakaknya yang begitu bahagia diberikan kartu hitam milik bosnya. Ketika Kaia tanya dalam rangka apa, Kevin bilang sebagai bonus bulanan Kevin boleh makan siang di luar di mana pun Kevin mau. Dan hal pertama yang muncul di kepala Kevin adalah mengajak adiknya untuk makan siang fancy di salah satu restoran hotel bintang lima di dekat kantor mereka.

Kaia merasa sedikit tidak nyaman karena telah menggunakan uang Prabas. Namun ia harus melakukan ini karena ia harus punya alasan untuk meninggalkan kantor selama jam istirahat agar tidak bertemu dengan Prabas. Kaia belum siap bertemu kembali dengan pria itu. Mengingat siapa Prabas, Kaia merasa tidak enak untuk langsung cut-off begitu saja. Maka dari itu ia tidak memblokir kontak Prabas. Ia hanya mute dan menghapusnya langsung tanpa dibaca.

Benar saja firasat saja firasat Kaia, ketika ia kembali, ia mendapati staf kantor mencarinya. Katanya ada staf yang mencari Kaia tapi kebetulan Kaia sedang pergi.

Dan hal itu terjadi hingga beberapa hari selanjutnya membuat Kaia semakin tidak nyaman. Kaia baru sedikit merasa lega ketika di hari kamis papanya mengatakan bahwa kakaknya, Kevin, akan menemani Prabas ke luar kota untuk memantau proyek mereka di kota lain. Barulah saat itu Kaia keluar dari permukaan dan berhenti bermain kucing-kucingan.

Namun sekarang rooftop bukan lagi tempatnya bersembunyi. Jika sudah jam makan siang, Kaia akan menghabiskan waktunya di kantor. Ia tak lagi mengeluh ketika Bu Martha atau yang lain menitipkan makanan untuk diambil di lobi. Atau melakukan tugas-tugas kecil lain di luar jobdesknya.

Dan kini di akhir minggu, Kaia duduk sendirian di depan televisi sambil melamun. Kakaknya baru pulang minggu dan sekarang papanya akan pergi menemani bosnya untuk bermain golf. Bahkan untuk membuka laptop saja, Kaia tak memiliki energi.

Tenaganya habis dibuat bersembunyi dari Prabas. Tapi syukurlah, sejak pria itu pergi keluar kota, tak ada lagi pesan yang masuk. Mungkin pria itu sudah menangkap arti diamnya Kaia. yaitu ia tidak ingin lagi berhubungan dengannya. Bahkan menjadi teman pun Kaia tidak mau.

Seseorang menepuk pipinya dari belakang dengan lembut. Ketika ia mendongak, dilihatnya sang papa yang sudah membawa tas golf berisikan berbagai jenis ukuran stik golf.

Jangan Bilang Papa!Where stories live. Discover now