36

4.4K 699 117
                                    

Kevin pulang dengan mata bengkak. Ia menyerah. Ia sudah melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana adikany berpelukan dengan Prabas! Pria itu bergegas masuk ke dalam kamarnya sebelum papanya muncul dan bertanya mengapa Kevin menangis.

Dirinya sendirilah yang memberikan saran kepada Prabas untuk memperjuangkan perempuan yang disukainya. Dilihat dari apa yang Prabas lakukan sepertinya akan sangat sulit. Sepertinya Kevin harus terbuka kepada Kaia dan membantu mereka untuk menyembunyikan hubungan ini agar tidak terendus oleh papanya.

Di tempat lain. Melupakan Kevin yang sedang menangis sesenggukkan karena adiknya yang tercinta telah dipeluk oleh pria brengsek, Prabas dan Kaia tengah menikmati brunch di sebuah restoran Jepang. Karena Prabas memiliki alergi ikan, Prabas memiliki semangkuk udon sedangkan Kaia memilih sushi.

Prabas menyeruput kuah udon pelan. Matanya melirik ke depan ke arah Kaia yang meletakkan sedikit wasabi di atas sushinya kemudian mengunyahnya dengan cantik. Pria itu tersenyum senang. Merasa diperhatikan, Kaia ikut mendongak dan mereka bertatapan sejenak. Prabas pun semakin mengeratkan pegangan tangannya pada tangan Kaia di atas meja makan mereka.

"Harus banget kita pegangan tangan seperti ini?" tanya Kaia melihat Prabas yang tak bisa berhenti menggenggam tangannya. Jawaban pria itu hanya mengangguk.

Prabas dan Kaia menyelesaikan brunch mereka. Masih banyak waktu sampai jam pemutaran film yang ingin ditonton oleh Kaia. Masihh tersisa tiga jam lagi karena mereka melewatkan jam tayang pertama di hari tersebut.

"Kita mau kemana?" tanya Prabas.

"Hm... biasanya di akhir tahun seperti ini ada pagelaran pasar kembang. Kamu mau lihat-lihat?"

"Pasar kembang?"

"Kalau kamu nggak tertarik, aku akan ikut kemana aja kamu mau."

Kalimat Kaia barusan sungguhlah berbahaya. Jika Prabas pria brengsek, bisa-bisa Prabas membungkus Kaia kembali ke apartemennya. Prabas pun setuju untuk ikut Kaia menuju pasar kembang.

Cukup sulit mendapatkan tempat parkir mengingat di akhir tahun, semakin banyak orang yang mencari bucket bunga juga beberapa tanaman hias lainnya.

"Ah, apa kita cari tempat lain saja?" tanya Kaia yang khawatir mengingat tempat di depan mereka pasti akan sangat penuh dengan orang. Kaia khawatir akan kesehatan Prabas. Bagaimana kalau kecemasan Prabas kambuh?

"Kenapa?"

"Di dalam pasti ramai sekali."

"Ah... bukan masalah selama kamu pegang tanganku."

"Okey... tapi kalau kamu merasa nggak nyaman, kita cari tempat lain ya."

Prabas mengangguk. Pria itu menahan tangan Kaia sebelum keluar. Ia menyuruh gadis itu menunggu sejenak. Dengan tergesa-gesa, setelah mematikan mesin mobil, Prabas berlari untuk membukakan pintu mobil Kaia. Kaia berterima kasih dengan rona merah yang mulai timbul di pipinya.

Seperti janjinya Kaia pun menggenggam tangan Prabas agar pria itu tidak merasa cemas berada di tengah keurmumanan orang. Kaia mendongak sejenak melihat langit yang cerah kini peralahan berubah menjadi kelabu. Kaia berdoa semoga yang di atas hanyalah mendung tanpa hujan. Walaupun hujan mungkin nanti saja ketika dirinya sudah sampai rumah.

Kaia menikmati waktunya di sana. Memilih beberapa jenis bunga untuk dibeli. Prabas bersikap layaknya pacar yang membayar semua bunga yang Kaia pilih. Kaia juga membeli beberapa scrunchie berwarna pink yang menarik perhatiannya.

Prabas bukan tipe yang turun langsung untuk berbelanja. Dia punya asisten pribadi di luar pekerjaan. Kevin adalah asisten pribadi yang mengurus pekerjaan sedangkan ia punya orang lain yang ia bayar untuk memenuhi semua kebutuhannya. Prabas hanya perlu mengirimkan daftar belanja kemudian asistennya akan membelikannya untuknya.

Jangan Bilang Papa!Where stories live. Discover now