48

2.9K 535 61
                                    

Jangan lupa vote dan komen yang banyaaaaak sekaliii! Terima kasihhh!!!

***

Kevin dan Kaia terlihat resah. Keduanya saling melirik satu sama lain. Kevin merasa tidak mendengar suara masuk. Jika ia tahu papanya akan pulang saat ini, seharusnya ai berbicara dengan Kaia besok saja!

"Kevin, jawab papa... siapa yang baik untuk Ai?"

Pertanyaan Tio barusan terdengar dingin. Wajahnya menampakkan raut dingin. Tak ada gurat senyum atau mata yang berbinar setiap kali ia bertemu dengan anak-anaknya.

"Jawab Kevin!" bentak Tio.

Kaia mencengkeram tangan Kevin lebih erat terkejut akan nada tinggi papanya yang begitu tiba-tiba. Kevin menepuk tangan Kaia untuk tenang.

"Pa, ada apa? Kenapa papa pulang marah-marah? Sesuatu terjadi?" tanya Kevin mencoba untuk mengalihkan pembicaraan seperti yang biasa ia lakukan.

"Jangan mengalihkan pembicaraan, Kevin. Kamu belum jawab pertanyaan papa barusan."

"Pa..."

"Dari tadi siang ya kamu uji kesabaran papa. Sekali lagi kamu bercanda begitu dengan adikmu, papa nggak akan segan untuk-"

Kilau kecil di ujung tangan Kaia membuat Tio berhenti berbicara.

"Ai," panggil Tio. Kali ini tidak dengan nada tinggi. Suaranya begitu rendah sampai-sampai Kaia rasanya langsung membeku di tempat. Ada keringat dingin yang jatuh di pelipisnya.

"I-Iya, Pa?"

Tio mendorong tubuh Kevin untuk menjauh kemudian meraih tangan Kaia dengan kasar membuat Kaia meringis. Tio mengangkat tangan Kaia dalam posisi yang salah sehingga Kevin terkesiap akan suara kibasan tangan yang cukup keras.

"Pa! Papa nyakitin Ai!"

"Diam kamu, Kevin! Kaia, papa tanya ke kamu sekarang. Dari mana kamu dapat cincin ini? Papa tanya baik-baik, nak."

"Pa... sakit... tangan Ai sakit..."

Kaia mencoba melepaskan cengkeraman tangan papanya pada pergelangan tangannya. Dengan kasar dan paksa Tio menarik cincin di jari tengah Kaia mengakibatkan logam emas itu mengikis kulit Kaia sehingga meninggalkan gurat luka tipis yang terasa begitu perih.

"Cincin ini... kamu dapat dari mana? SIAPA YANG KASIH KAMU INI!"

Kaia terlalu takut untuk menjawab. Ia memegang jarinya yang terluka sambil menahan tangis.

"Kaia!"

Kevin meraih tangan papanya untuk menenangkan pria itu. Kaia sedang dalam tidak kondisi yang bisa menjawab. Adiknya itu terlalu terkejut akan amarah papanya.

"Pa... itu dari temannya. Papa nggak usah khawatirin hal seperti ini. Kaia tidak mungkin curi ini. Mungkin juga dia beli di toko perhiasan."

PLAK!

"KAKAK!!!" Kaia berteriak memeluk Kevin yang di tampar oleh Tio. Air mata sudah membanjiri wajahnya. Ia menatap papanya tak percaya karena sudah menampar kakaknya seperti itu. Kaia menyentuh pipi Kevin yang tersungkur di lantai.

"Baca!" Tio membuang cincin emas itu pada tubuh Kevin yang masih ada di lantai. "Baca nama yang ada di dalam cincin itu! Baca, biar kamu tahu kalau cincin itu nggak akan bisa kamu dapatkan dari mana pun!"

Kaia meraih cincin tersebut dan memutarnya. Memposisikan bagian dalam cincin pada sumber cahaya lampu ruangan.

NESIA ROSLINA

"Nesia... Roslina," eja Kaia dengan lirih.

"Sekarang putar otak kalian. Siapa itu Nesia Roslina?"

Kaia menggeleng. Ia mencoba membacanya sekali lagi karena hal itu sangat tidak mungkin terjadi.

Jangan Bilang Papa!Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ