31

4.8K 673 74
                                    

Benar dugaan Prabas. Sesuatu telah terjadi sampai Kaia bersikap aneh. Kaia masih sopan. hanya saja ada aura yang berbeda. Prabas memanglah bukan cenayang tapi ada sesuatu yang membuat gadis itu berbeda.

Perbedaannya adalah, jika biasanya Kaia menghindarinya dengan malu-malu tapi kali ini Kaia menghindarinya dengan begitu jelas. Kaia akan menatapnya sampai Prabas mengira bahwa dirinya memang diperhatikan namun ketika Prabas bergerak mencoba mendekat atau berbicara kepadanya, Kaia akan melengos pergi seakan-akan tatapan mata mereka hanya sebuah kebetulan saja.

Hal itu membuat Prabas semakin resah. Belum lagi sedari tadi ponselnya tak berhenti bergetar gara-gara Kevin sialan itu tak berhenti bertanya pertanyaan yang tak ia mengerti.

Bas, Ai sudah makan?

Makan apa saja lauknya? Tolong pastikan sayurnya banyak ya.

Ai suruh minum suplemen vitamin yang sudah papa siapkan juga.

Tadi makan banyak nggak? Kamu ada foto sisa makannya nggak? Makan sampai habis kan?

Kalau nasi putih tolong kasih satu porsi saja.

Bas, Ai makan lauk apa, anak itu suka sekali ikan tapi kalau makan ikan pagi-pagi bisa sakit perut. Suruh makan ayam aja.

Bas, tolong bilangin Ai suplemen yang warna merah untuk jam sepuluh!

Bas, nanti waktu kunjungan pabrik, suruh anaknya pake masker ya. Takutnya banyak debu. Kalau nggak ada titip belikan ya.

Bas, maskernya harus yang duckbill soalnya kalau yang biasa suka iritasi di bawah mata. Kalau bisa yang merek ....

Prabas tak tahan lagi dengan ponselnya yang bergetar kemudian menghubungi asistennya itu.

"Halo, bas?"

"Bas-bas-bas-bas, jangan ngelunjak. Kamu lupa siapa aku?"

"Ah... maaf, bos."

"Sekarang stop semua pesan gilamu."

"Oke-oke, tapi boleh minta tolong nggak, Pak?" tanya Kevin dengan panggilan yang lebih sopan.

"Vin..."

"Satu aja! Please, please ini penting."

"Apa?"

"Ai, suruh dia banyak minum air kelapa hari ini ya."

"Kenapa harus air kelapa?"

Ada jedanya hening. "Kamu nggak perlu tahu. Pokoknya minuman kelapa yang kemasan pun nggak apa-apa. Tolong ya, bas-maaf, Pak Bos. Itu aja."

"Hm."

"Hehe, makasih, ya Bas. Kala gini serasa nitipin Ai ke adik ipar."

Alis Prabas terangkat. "Apa maksud kamu?"

"Nggak apa-apa. Maaf kalau kamu tersinggung, aku hanya bercanda. Aku tahu kamu sudah punya pacar sekarang."

Panggilan tersebut pun dimatikan sepihak oleh Kevin. Namun suasana hati resah yang ia rasakan tadi perlahan menguap. Sudut bibirnya terangkat membuat Prabas tak bisa berhenti senyum.

Hari ini adalah hari terakhir. Setelah kunjungan pabrik, semua peserta pun akan dipulangkan. Ia sudah siap di kursi gazebo sambil melihat para panitia yang berkeliaran mempersiapkan perjalanan selanjutnya. Prabas menunggu sambil memperhatikan pergerakan saham juga membaca beberapa berita keuangan yang mungkin akan mempengaruhi beberapa harga saham tempat dirinya berinvestasi.

Seorang panitia datang untuk menginformasikan kepada Prabas bahwa mereka akan berangkat tiga puluh menit lagi. Prabas menggunakan kesempatan itu untuk menyuruh anak itu membelikan beberapa kebutuhannya di minimarket terdekat.

Jangan Bilang Papa!Where stories live. Discover now