The Day When I Meet You - 1

10.8K 1.3K 46
                                    

Jung Nara memijat pelipis. Ia sering pusing akhir-akhir ini. Urusan pernikahan memang kerap membuat Nara sakit kepala. Bahkan gadis berusia dua puluh dua tahun itu harus mengambil cuti sejenak demi menenangkan pikiran. Well, urusan pernikahan memang tidak baik untuk kesehatan karena sangat merepotkan. Padahal, bukan Nara yang menikah, tapi kakak laki-lakinya.

Park Chanyeolsaudara tiri Naraserupa pria-pria pada umumnya. Ia hanya tahu segala urusan beres, tanpa sudi berpartisipasi dan ikut memberikan opsi. Hal itulah yang membuat Olivia Kimsahabat sekaligus calon kakak ipar Naramenyeret si adik ipar untuk membantunya. Nara dibawa ke belasan desainer, sepuluh hotel, florist, dan keluar masuk toko lain yang ia bahkan lupa namanya. Nara sudah menyarankan kepada Liv untuk memakai jasa wedding organizer, namun sang mempelai menolak dengan alasan ingin memilih setiap detail mengenai pernikahannya. Sayangnya, Nara tak dapat menolak, ia terlalu sayang pada kakak laki-lakinya serta Liv.

Nara hanya menggerutu dalam hati atau sesekali memukul kepala Chanyeol apabila mereka berpaspasan di rumah. Chanyeol yang memang pada dasarnya tidak tahu malu dan tak peka hanya memberikan cengiran lebar, seperti sekarang.

“Berhenti memerlihatkan gigimu, Park Chanyeol,” omel Nara sembari menggeser duduk,

Chanyeol semakin keras menguarkan tawa. Ia dengan santai meletakkan pantat di sofa panjang yang dihuni oleh sang adik. Tangan Chanyeol sengaja mengganti saluran televisi yang sedang ditonton Nara. “Pantas saja kau tidak punya kekasih. Hmm … setiap hari kegiatanmu hanya marah-marah,” celetuk Chanyeol. “Aku lebih tua dua belas tahun, jadi biasakan panggil ‘Oppa’. Ayo dicoba O-ppa,” pria itu mengeja.

Nara melotot tak percaya. Ia menyilangkan tangan di depan dada. “Sebenarnya, kegiatanku banyak, asal kau tahu, kakakku tersayang. Andai saja kau mau menemani Liv. Astaga, aku jadi tidak punya waktu untuk diriku sendiri.” Nara menghembuskan napas, “Dan jangan memintaku untuk memanggil Oppa, aku merinding mendengarnya.”

Chanyeol mengibaskan tangan, tanda bahwa yang dilakukan Nara saat ini tidak berat sama sekali. “Baru begitu saja kau sudah mengeluh. Anggap saja sedang berlatih mempersiapkan pernikahanmu,” timpal Chanyeol. “Ah, tapi siapa yang ingin menikah dengan gadis jelek, cerewet, dan pemarah sepertimuaww!” ungkapan Chanyeol berubah jadi seruan kesakitan ketika Nara melemparinya dengan bantal hias sofa ruang santai Keluarga Park.

“Benarkah? Jangan diambil hati. Chanyeol berkata seperti itu hanya untuk menggodamu,” hibur Liv saat Nara menemaninya istirahat makan siang di geraisandwich dekat kantor mereka. “Banyak koklaki-laki yang tertarik padamu, Nara. Hanya saja kau tidak peka dan kurang ramah,” lanjut Liv sembari meneguk jus jeruk.

Nara memutar bola mata. Menurut Nara, bagi Liv bersikap ramah memang mudah. Kondisi fisik seorang Olivia Kim yang begitu rupawan amat mendukung untuk berperilaku demikian. Nara menatap Liv dengan menilai. Olivia Kim memiliki rambut cokelat madu yang bergelombang, hidung mancung, bibir merah muda, kaki jenjang, dan segala-galanya yang diimpikan wanita. Sedangkan, Nara? Satu-satunya yang dapat ia banggakan ialah Ia masih bernapas selama dua puluh dua tahun.

“Kau cantik, Nara,” kata Liv seolah wanita berusia akhir dua puluhan itu dapat membaca pikiran. Liv menyugar surai. “Coba tersenyum pada pria-pria di kantor. Bagaimana dengan ketua baru yang lumayan tampan itu? Kau harus mengayunkan intonasimu saat berbicara padanya atau pura-pura pingsan saja di depannya,” pinta Liv. Ia terkekeh sebentar ketika mendengar dengusan calon adik iparnya tersebut.

“Liv, kau tampaknya sudah tertular kakakku. Kalian lebih sering memberikan saran yang tidak mendidik.” gerutu Nara.

Liv mengetuk dagu. Ia berpikir, lalu menjentikkan jari. “Bagaimana kalau kencan buta dengan teman-teman Chanyeol

Tidak, terima kasih. Aku sudah cukup menderita ada satu Park Chanyeol di dunia. Aku tidak dapat membayangkan akan bertemu spesies sejenis Chanyeol lagi,” potong Nara sebelum mendengarkan ide gila lain dari gadis tersebut. “Lagi pula aku tidak berniat untuk berkencan dengan pria setua kakakku, pasti sangat tidak keren,” Nara mengimbuhkan, gadis itu menekan setiap perkataannya.

Liv melejitkan bahu, “Berkencan dengan pria yang lebih tua itu menyenangkan, asal kau tahu. Mereka ‘berpengalaman’ dalam segala hal.”

Ada nada yang berbeda ketika Liv mengucapkan kata ‘berpengalaman’, entah mengapa itu membuat Nara merinding. Maka dari itu, Nara memutuskan untuk mengalihkan topik. “Apa kau sudah mengabari teman-teman kuliahmu yang ada di luar negeri? Katanya, ada yang akan datang satu minggu sebelumnya.”

“Sudah, kok. Hanya satu sebenarnya yang akan datang sebelum pernikahan kami. Dia sekalian memeriksa hotelnya yang ada di Seoul. Dia teman Chanyeol. Mereka satu klub bola sewaktu di London,” jelas Liv. Gadis itu mengigit sedikit sandwichnya sebelum menyetuskan ide lain. “Bagaimana kalau kau membantuku menjemputnya di bandara?” tawar Liv.

Nara menautkan kedua alis. “Apa?” Ia melanjutkan, “Aku bahkan tidak mengenalnya.”

“Kau pernah bertemu dengannya, kok. Dulu sekali,” sambut Liv. Ia cepat-cepat mengimbuhkan sebelum Nara sempat membuka mulut lagi, “Begini, Ketua Kim memintamu untuk mencari sponsor baru. Teman Chanyeol itu sangat kaya. Siapa tahu dia tertarik?”

Nara tak langsung menjawab. Ia masih memikirkan opsi dan peluang lain yang bisa ia dapatkan. “Apa tidak aneh, aku tiba-tiba datang kepadanya? Aku seperti memanfaatkan situasi.”

Liv menggeleng. “Kau harus menjalin hubungan pertemanan. Well, ini urusan bisnis, tidak sepenuhnya yang untung kita, bukan? Saat dia memberikan asupan dana tentunya hotel-hotel si kaya itu juga dipromosikan melalui saluran televisi kita.” Wanita itu menyakinkan Nara, “Dia orang yang baik, Nara.”

Nara menggeleng. Ia punya tekad untuk menolak permintaan Liv kali ini. Serius.

-oOo-

[Sehun Fanfiction] Dear Husband - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang