The Last Wish - 1

2.9K 388 31
                                    

Halo semuanya, masih ada yang mengikuti cerita ini kah? Maaf ya updatenya lama. Sebenernya cerita ini sudah laaammaaaa tamat, bagi yang gak sabar nungguin update di Wattpad bisa baca di blogku twelveblossom.wordpress.com.

Bagi yang masih sabar, terima kasih. ❤

-oOo-

“Let me out. Why don’t you let me go? I wanna go far away from you.” Let Me Out, Nuest W

-oOo-

Tiga bulan telah berlalu, sedikit demi sedikit semuanya mulai berubah. Salju pertama sudah turun di Busan, menggantikan musim gugur yang teduh. Setiap orang berpakaian lebih tebal. Suasana Natal juga mulai tercipta. Ada kebahagiaan di mana-mana, namun kesedihan pun selaras mengikuti. Perputaran kehidupan berjalan, segalanya berganti kecuali keadaan Jung Nara.

Si gadis cantik berusia awal dua puluhan itu masih tak berdaya. Raganya terbaring di ranjang yang dikelilingi oleh monitor jantung, wajahnya pucat, dan dia sakit. Keadaannya masih sama seperti tiga bulan lalu, hanya saja ia kini telah dibawa ke Busan. Sementara Sehun, tetap menjaganya setiap hari. Dia juga membawa seluruh pekerjaannya ke Busan.

Sang suami berusaha menyeimbangkan diri dengan segala tanggung jawabnya. Sehun memanggil dokter dan perlatan medis terbaik untuk Nara. Pria itu mengubah salah satu huniannya di Busan sebagaii klinik pribadinya. Dia juga memodifikasi rumah itu agar dapat digunakan sebagai kantor sementaranya.

Sehun akan terus berada di sana, meskipun dirinya tersiksa karena wanita yang menjadi sumber kebahagiaannya kini hanya menutup mata. Tak ada lagi senyum Nara yang memerlihatkan lesung pipi atau ucapan tak masuk akal yang kerap diungkapkan istrinya. Pria itu merindukan segalanya mengenai Jung Nara.

Sehun meminta Daniel untuk rutin menjaga Nara setiap awal pekan ketika sepupunya diharuskan untuk ke Seoul menghadiri rapat kinerja. Biasanya Daniel menginap di sana selama dua hari, kemudian kembali mengurusi kehidupannya di Seoul. Sama halnya dengan Sehun, Kang Daniel mengusahakan yang terbaik untuk gadis itu. Daniel menyiapkan segala hal mengenai Nara, ia berharap suatu hari nantisecepatnya netranya dapat lagi melihat si gadis hidup lebih bahagia.

Daniel pun berada di sana sedari kemarin. Ia sedang duduk di samping Nara mengamati si gadis yang masih terlihat rupawan meskipun sedang sakit. Atensi Daniel tertuju pada pintu kamar mewah yang baru saja terbuka, kemudian menampilkan sosok pria jangkung yang dirinya kenali.

“Dokter baru saja kemari, Hyung,” ucap Kang Daniel mulai memberikan laporan pada sepupunya. “Keadaannya tetap sama, meskipun dokter menilai kondisi jantung Nara mulai membaikdia tetap enggan sadar,” lanjut si pemuda, kemudian berdiri.

Sehun menghela napas. Rautnya tetap saja kecewa, walaupun yang ia dengar sesuai dengan dugaannya. Kalimat mengenai si gadis yang tak kunjung sadar dapat membunuhnya.
Sehun menghibur dirinya sendiri dengan menghabiskan waktunya bersama gadisnya.

Sang suami membelai surai Nara lembut, dia menatap gadis itu lama sembari berucap, “Apa kau masih marah padaku hingga tidak ingin melihatku, Nara?” Ia mengambil jeda sebentar. “Aku bisa mati pelan-pelan jika kau terus seperti ini, Sayang.”

Daniel hanya bungkam. Ia tahu yang Sehun rasakan sebab dia juga mencintai gadis yang sama.
Daniel meraup wajah ketika menyadari cerita sepasang suami-istri itu. Ia tak habis pikir bagaimana Sehun dulu melakukan banyak hal yang menyakiti Nara hingga dia menyesal sedalam itu. Sehun mengabaikan Nara yang memohon untuk berhenti mengusik kenangannya. Sehun bahkan sama sekali enggan menyadari apabila dirinya telah jatuh cinta pada gadis yang dulu ia benci. Semuanya terbalik sekarang, Sehun yang terluka. Pasti, goresan pada hati Sehun lebih dalam karena wanita yang dicintai sepupunya itu tumbang karena kesalahan Sehun sendiri.
Rasa bersalah itu menghancurkan Sehun, apalagi dia tidak dapat membangunkan Nara meskipun memiliki segalanya. Well, segalanya kecuali kehidupan.

“Dia sudah koma hampir tiga bulan,” ucap Kang Daniel pada lawan bicaranya.

Daniel sedang berada di New York sekarang. Dia menemui salah satu dokter yang terkenal sebagi The God’s Hand―rekomendasi dari salah satu rekannya. Dokter itu bernama Kai Kim, dia keturunan Korea yang besar di New York. Keahliannya dalam bidang bedah sudah diakui, banyak pasien darinya yang sebelumnya meregang nyawa dapat Kai tangani dengan baik. Usianya baru menginjak awal tiga puluhan, namun dirinya telah menjadi salah satu profesor di rumah sakit terkenal New York.

Kai mengetuk dagu. “Lalu, apa yang menjadikan kasusnya menarik?” tanya pria itu, ia biasanya bersedia ke luar negeri hanya jika seseorang itu mencuri perhatiannya.

“Dokter kami memeriksa Nara tiga hari lalu, mereka mengejutkanku. Ada sesuatu yang berkembang di rahimnya. Bukankah itu aneh?” tanya Daniel.

Kai menautkan alis, dia berpikir sebentar, lalu tersenyum. Laki-laki itu memiliki tarikan bibir yang khas. “Maksudmu dia hamil,” ia memulai argumennya. Kai melipat tangan sembari menyandarkan punggung ke kursi kerja. “Aku pernah membaca sebuah jurnal mengenai kehamilan wanita saat koma. Salah satu kasusnya adalah Zhang Rongxiang, dia mengandung sewaktu kecelakaanjaninnya selamat. Dia menjalani masa-masa kehamilannya saat koma, tentunya membutuhkan perawatan khusus. Ada juga kasus pasien Dokter Timothy Lee dia bahkan membantu pasiennya yang koma melahirkan. Ada kemungkinan memertahankan kandungan seorang wanita saat dia koma selama aliran darah masih tetap ada. Kita harus memantau tekanan darahnya. Jika, jantungnya tetap bekerja maka placental perfusi akan berjalan dengan baik. Tentu saja, kasus itu sangat langka,” jelas Kai.

Daniel mencerna baik-baik perkataan sang Dokter. Ia menarik napas. “Nara memiliki kelainan jantung bawaan, dia pernah menjalan transplantasi jantung empat belas tahun lalu.”

“Kondisinya pasti buruk. Wanita yang memiliki kelainan jantung bawaan saja butuh penangan intensif untuk melahirkan. Kondisinya bahkan dua kali lipat lebih beresiko,” Kai menyilangkan kaki, kemudian melanjutkan, “Lalu, apa yang memicunya koma?”

Daniel membuang muka. “Nara memiliki trauma sewaktu kecil dan suaminya memicu kenangan itu

Ah, masalah keluarga,” potong Kai tak ingin mendengarnya lebih lanjut. “Dia mengalami depresi,” gumam pria yang memiliki kulit tan tersebut.

“Aku ingin kau membantunya. Oh Sehun belum tahu jika Nara hamil. Aku memanipulasi hasil pemeriksaanya. Tapi, itu tidak dapat berselang lama.” Daniel mengambil jeda. “Aku ingin kau menyadarkan Nara agar dia dapat membuat pilihannya sendiri mengenai bayinya.”

Kai tertawa. “Mana ada ibu yang merelakan anaknya mati? Dia pasti akan berusaha memertahankan bayinya, Kang Daniel.”

Daniel menundukkan kepala. Dia tahu akan hal tersebut. Daniel ingin membuat Nara gembira. Ia yakin salah satu kebahagiaan si gadis adalah memertahankan janin yang dikandung, meskipun nyawa sebagai taruhan. Ia hanya berharap, Nara yang mengatakan sendiri secara gamblang, jika wanita itu rela menukar kehidupannya demi nyawa lain yang sekarang berada di raganya.

“Aku akan membantumu, tenang saja,” ucap Kai enteng pada akhirnya.

“Kau juga harus menutup mulutmu,” sergah Kang Daniel tegas, memulai kesepakatan mereka.

-oOo-

[Sehun Fanfiction] Dear Husband - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang