Taken By The Past - 2

6.3K 1K 22
                                    


Bahkan Liv pun mengganggu Nara ketika rapat di kantor. Seharusnya Nara mulai curiga ketika Liv memaksa junior asisten untuk pindah tempat duduk selama rapat mingguan itu berlangsung.

Olivia Kim tampak anggun dengan setelan kerja bewarna cokelat muda, tentu saja mendapatkan apapun yang ia inginkan―ohjangan lupakan semua toleransi yang dirinya dapatkan walaupun saat ini Liv tak berkonsentrasi sama sekali dengan tema rapat, malah berbisik-bisik mengusik Nara.

"Kata Chanyeol, kau dan Sehun minum bersama, ya?" ucap Liv pelan.

Nara yang memang sedari tadi pagi sangat tidak ingin diganggu memalingkan muka―berpura-pura tidak mendengar pertanyaan calon kakak iparnya.

"Apa saja yang kalian bicarakan?" Liv tetap mengoceh, "Jangan-jangan kalian berkencan. Hm, ternyata kau juga menyukai laki-laki yang usianya terpaut jauh," selidik Liv.

Nara mengeluarkan suara aneh berupa batuk kecil.

"Apa kemarin semacam one night stand? Bagaimana rasanya―Aww!" selorohan Liv berubah jadi pekikan ketika Nara menginjak kaki si kakak ipar.

Nara tersenyum puas ketika kepala divisi mereka menghentikan pidatonya yang membosankan.

"Ada apa Nona Kim?" tanya bos besar―yang dimaksud besar adalah besar yang nyata―Pak Lee Younjae ialah bos Nara dan Liv yang memiliki perut sangat besar.

Bukan Liv namanya jika ia tak mampu mengendalikan situasi. Dia mengeluarkan ukiran bibir yang begitu menawan, setelahnya sengaja menyugar surai. "Begini Pak Lee, sebenarnya saya dan Nara membicarakan mengenai potensi dana," ujar Liv serius.

Pak Lee pun sangat tertarik, bahkan ia enggan menyembunyikan ekspresi itu dari wajah. "Aku yakin orang yang kau rekomendasikan tidak pernah salah," katanya.

Liv menggeleng. "Bukan rekomendasi dari saya, tetapi junior saya. Jung Nara yang sangat kompeten ini, baru saja memberitahukan bahwa pemilik The Three Clouds kembali ke Korea. Entah bagaimana takdir mempertemukan mereka, tinggal sedikit lagi Nara berhasil mendapatkan perjanjian pendatangan kontrak sponsor―"

"―Saya hanya menemuinya. Saya belum―" suara Nara yang menginterupsi terputus ketika mendapatkan tatapan tajam dari Pak Lee yang dapat diartikan 'diam dan dengarkan'.

Liv berdeham. "Well, bukankah ini kesempatan yang bagus? Kita semua tahu pengaruh perusahaan tersebut." Wanita itu melejitkan bahu, "Kita bahkan tidak perlu memikirkan target lagi apabila The Three Clouds bersedia tanda tangan. Bukankah begitu Pak Lee?"

Pak Lee menyetujui, bahkan menunjukkan dua jempolnya yang besar pada Liv dan Nara.

Sementara Nara berusaha menjelaskan, "Aku belum bisa memastikan peluangnya masih sangat kecil―"

"―Kau harus berusaha Jung Nara. Aku tidak ingin tahu, dapatkan kontrak itu," tutup Pak Lee yang jarang sekali menunjukkan ketegasannya.

Mulut Nara terbuka beberapa sentimeter tercengang atas sikap yang sangat tidak adil itu. Ia menoleh ke arah Liv yang sekarang menahan tawa.

"Kenapa kau dan Chanyeol sangat menjengkelkan," bisik gadis yang kini memakai kemeja dan rok cerah itu. Ia mengacak rambutnya yang tadinya terkuncir rapi.

Liv menimpali dengan suara mendesis, "Aku akan mengajarimu cara merayu Sehun."

Nara menanggapi dengan melotot kesal.

-

Nara jelas-jelas telah mencanangkan di pikirannya bahwa ia enggan bertemu Sehun lagi. Namun keadaan berkata lain. Liv menjebaknya, padahal Nara sudah kelewat malu dengan keadaan yang terjadi dua hari lalu. Bagaimana mungkin dia bisa ambruk padahal baru meminum dua gelas wine yang kadar alkoholnya rendah?

Nara sangat cemas, takut, dan gelisah karena dia bicara tentang hal yang tidak-tidak sewaktu mabuk. Nara tak ingat sama sekali apa yang terjadi.

"Apa yang harus kulakukan?" gumam Nara. Gadis itu kini sedang berada di depan pintu masuk salah satu restoran mewah di daerah Gangnam yang dimikliki oleh The Three Clouds. Nara menengadah melihat langit yang sudah mulai gelap. Ia menghembuskan napas keras-keras. Setelah di sana selama lima menit, Nara mulai melajukan kaki. Sebenarnya, tekadnya hanya separuh.

"Apa bisa saya bertemu dengan Oh Sehun?" tanya Nara pada pelayan perempuan yang menyambutnya ramah saat Nara memasuki restoran yang bergaya Eropa tersebut.

"Apa Anda Nona Kim?" tanyanya.

Nara menggeleng. "Saya Jung Nara, rekan dari Olivia Kim. Dia tidak dapat hadir, ada urusan mendadak."

Pelayan wanita tersebut menimpali dengan ramah, "Baik, Nona Jung. Saya akan menghubungi Tuan Oh, mohon tunggu sebentar."

Hanya berselang beberapa menit Nara berdiri di sana. Ia mengamati restoran ternama namun belum sempat dirinya kunjungi. Restoran tersebut lebih cocok dijadikan tempat untuk melakukan hal-hal istimewa seperti melamar kekasih atau mengungkapkan perasaan, tentunya bagi kalangan elit yang bingung cara menghabiskan uang mereka. Nara sendiri tidak berencana melenyapkan gajinya hanya untuk makan malam berkelas. Nara lebih suka makan ramyeon sambil menonton opera sabun di kamar.

"Nona Jung, silahkan ikuti saya," ujar si Pelayan Wanita sebelum berjalan menaiki tangga, sementara Nara mengekorinya.

"Tempat ini sangat indah, hanya ada tiga lantai bertema klasik, tapi tidak membosankan. Siapa pun yang merancang pasti sangat jenius," komentar Nara ketika mereka sampai ke lantai dua, lalu menaiki tangga menuju lantai tiga.

"Restoran ini dirancang langsung oleh calon istri Tuan Oh, kemudian beliau menjadikannya nyata sebagai hadiah pernikahan mereka empat belas tahun lalu," jelas Pelayan Wanita yang kini menunjuk pintu utama di lantai tiga.

Nara tertegun sejenak. Hadiah pernikahanempat belas tahun lalu, batinnya.

Tentu saja, pria seperti Sehun pasti sudah menikah, hatinya kembali berbicara.

-oOo-

Halo, aku bikin cerita baru lagi. Aku harap kalian menikmati baca cerita ini. Bagi yang ingin sharing bisa hubungi aku dengan add Line@ twelveblossom (@NYC8880L). Terimakasih sudah membaca :).

[Sehun Fanfiction] Dear Husband - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang