When You and I Become Us - 2

4.2K 693 25
                                    

Nara tidak henti-hentinya mengungkapkan kekaguman pada tempat yang kini dipijak oleh kakinya. Bibir gadis itu terbuka beberapa sentimeter, ia enggan menutupnya walaupun sedari tadi Sehun berdecak. Nara merasa mendapatkan berkat yang besar karena bisa menginap di Le Meridiensebuah cottage yang terletak di dekat Pantai Eurwangiberlokasi di perbatasan Kota Seoul dan Incheon.

Cottage tersebut berdinding kaca yang membuat ruangan mendapatkan pencahayaan yang cukup, bahkan ketika lampu dimatikan. Bangunan yang terletak di pinggir pantai itu terdiri dari dua lantai, fasilitasnya lengkapterdapat dua kamar tidur yang di dalamnya ada kamar mandi, dapur, ruang menonton, dan ruang santai. Nuansa dari bangunan yang dipenuhi aroma mawar tersebut hangat karena dinding dan lantai kayu berwarna cokelat. Pada kamar utama di lantai dua dihiasi bunga dan lilin aroma terapi. Ranjang besar yang berada di tengah kamar utama memiliki kelambu merah tua. Semua yang ada di dalam cottage tersebut menjadi favorit Jung Nara.

Jung Nara menghempaskan diri ke ranjang kamar utama yang dipenuhi kelopak mawar. Ada buket bunga besar yang berada di tengah ranjang. Gadis itu tersenyum pada Sehun yang kini mengawasinya sembari bersandar di dekat pintu.

“Apa kau selalu bertingkah seperti anak balita, Nara?” sindir Sehun ketika sepasang netranya mendapati Nara yang tertawa karena bersinhidung Nara jadi gatal sebab mencium buket bunga.

“Iya, aku selalu bertingkah begini kalau kelewat senang. Apa kau benar-benar menyesal mengajakku bulan madu?” timpal Nara. Gadis itu berdiri membenarkan gaun hitam selututnya. Ia menggoyangkan tangan untuk mengusir Sehun. “Sudah malam, kau lebih baik turun ke bawah. Aku mau tidur,” kata Nara memerintah.

Sehun mendengus, ia menekuk kemeja hingga sesiku. “Aku yang membayar ini semua. Apa kau pikir aku ingin tidur di kamar yang lebih kecil?”

“Tapi kan kau tidak suka bunga,” hardik Nara.

“Aku bisa menyuruh layanan kamar untuk membersihkan kekacauan ini

Aku mohon Sehun, sekali saja pinjamkan uangmu padaku. Aku janji besok akan tidur di bawah,” Nara memohon, melupakan sikap angkuhnya yang baru beberapa menit lalu dikoarkan. Ia beranjak lebih dekat pada si pria. Tangan si gadis menarik ujung kemeja Sehun.

Sehun menghela napas kasar. “Baiklah, tapi kau harus makan dulu sebelum tidur, ayo,” ucap Sehun mengalah.

Nara menuruti kemauan Sehun. Ia mengekori pria yang sekarang telah menjadi suaminya untuk turun ke lantai bawah. Perut si gadis berbunyi saat mengetahui jika di ruang santai terdapat kotak makanan yang berjejer di meja. Nara segera duduk, lalu mengambil sumpit. Ia makan dengan lahap.

“Makan pelan-pelan, Nara,” kata Sehun mengingatkan. Pria itu membukakan botol air mineral untuk Nara.

Nara mengangguk. Ia menghentikan kegiatan mengunyah sushi beberapa sekon demi menatap sang suami.

“Apa kau tidak makan?” tanya Nara, kemudian minum.

Sehun menggeleng. “Aku tidak terbiasa makan pada malam hari,” jawabnya.

“Kau diet, ya?” celetuk Nara asal.

Sehun memutar bola mata sebagai jawaban, ia enggan menanggapi. Kini si pria justru meraih iPad, kemudian sibuk membaca laporan harian.

“Kau bekerja padahal kita sedang bulan madu,” vokal Nara setelah delapan menit bungkam.

“Kita hanya berpura-pura bulan madu,” koreksi Sehun datar. Ia masih sibuk menggeser layar barang elektronik yang ada di tangan.

[Sehun Fanfiction] Dear Husband - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang