It's Too Late To Realize - 1

3.4K 473 47
                                    

“When I looked at you in my dreams that have only cold memories

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“When I looked at you in my dreams that have only cold memories. Painful memories in your tears. Pull me in my dream.” ―Lucid Dream, Monogram

-oOo-

Sehun menjaga Nara yang kini tengah tertidur di ranjang. Pria itu duduk di samping Nara hampir satu jam, menekuni paras rupawan istrinya yang tampak pucat. Sesekali jari-jari Sehun menghapus keringat pada kening gadis yang dicintainya tersebut. Sehun tahu apabila Nara berada di alam mimpi. Entah adegan apa yang sedang dijalani si gadis, selama itu tak membuat Nara terengahSehun membiarkannya.

Sehun terdiam, dia memutar kembali memorinya tentang kegiatan yang mereka jalani selama beberapa hari berada di Tokyo.
Mereka sampai di Tokyo pada malam hari. Minhyun membuat Nara sadar tepat setelah pesawat mendarat. Nara menjalani berbagai pemeriksaan sebelum memulai sesi hipnoterapinya. Sehun langsung membawa Nara ke rumah sakit tempat di mana ia sempat menjalani perawatan. Hasilnya nihil, bahkan Nara sangat tenang ketika berada di sana.

Pada hari berikutnya Minhyun sempat mengira bahwa rencana mereka gagal. Lantas dokter itu memutuskan agar Nara beristirahat terlebih dahulu sebab Nara tetap bungkam mengenai bayangan-bayangan yang dilihatnya ketika tertidur di rumah sakit. Sehun memutuskan untuk mengajak Nara tinggal di salah satu hotel miliknya yang berdekatan dengan rumah Han Haera. Berharap bahwa sang istri jauh lebih terbuka.

Minhyun pun mengatakan, ingatan Nara mungkin akan kembali jika si gadis merasa sangat terancam atau tidak nyaman. Dokter itu pun juga mengingatkan agar Sehun selalu berada di sisi sang istri agar dapat memantau keadaan Nara. Jadi, Oh Sehun di sini sekarang. Ia mengikuti ke mana pun gadisnya pergi.
Hingga Nara mulai terbangun, pria itu tetap berada di sana. Dia tersenyum simpul mengamati netra si gadis yang menggelepar terbuka. Sehun siap mengambilkan gelas yang berisi air, kemudian membantu Nara duduk bersandar di kepala ranjang.

“Apa kau bosan menungguku tidur, Sehun?” tanya Nara pelan setelah nyawanya benar-benar terkumpul.

Sehun menggeleng. “Ekspresimu lucu saat tidur. Aku seperti melihat film komedi,” celetuknya. Ia membelai puncak kepala Nara ketika si gadis beringsut di pelukannya.

Nara menyembunyikan wajah di dada Sehun yang bidang. Ia tidak menimpali gurauan Sehun. Gadis itu hanya ingin melupakan sejenak hal yang baru saja terlewat pada mimpinya. Ia ditampar oleh fakta yang menyatakan bahwa Ahra bukanlah saudara kandungnya. Nara hilang akal karena itu.

Sehun mengeratkan dekapannya pada Nara, mencoba untuk memberikan kekuatan pada istrinya. “Semua akan baik-baik saja, Nara. Kita hampir menyelesaikan ini. Kau hanya perlu menceritakan semua hal yang baru saja ada di mimpimu padaku,” hiburnya.

Nara menggeleng. Ia melepaskan diri dari kungkungan prianya. Gaun tidur Nara bergerak ringan ketika si gadis memosisikan tubuh sedemikian rupa, sehingga paras mereka dapat berhadapan. “Usiaku masih delapan tahun saat itu, tapi aku terlalu banyak mengetahui sesuatu yang harusnya tersimpan,” gumam Nara. Ia menyentuh rahang suaminya. “Apa kau dapat memercayai yang kukatakan mengenai kakakku, Sehun?” tanyanya.

[Sehun Fanfiction] Dear Husband - ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang