Satu

79.7K 4K 42
                                    

Remi membuka mata saat merasakan tangan seseorang melingkari perutnya. Dia menguap sebelum menatap kaca jendela yang terbuka lebar dihadapan, berkedip beberapa kali saat tidak mengenali sekitarnya.

Ah, setelah berpikir beberapa detik Remi teringat sesuatu. Kemarin seharian dia dan Selvi membantu Bumi, sang sahabat untuk membuat kejutan pada kekasih yang ingin dinikahinya.

"Tolonglah. Aku cuma mau kasih kejutan buat Nina sebelum ngelamar. Kamu gak perlu tampilin wajah, loh. Cukup gambar tangan sama foto dari belakang aja, ehh samping juga, sih. Tetapi tenang saja, fotonya juga dari jauh," kata Bumi memohon pada Remi yang tetap menggelengkan kepala.

"Ide kamu buat kejutan buruk banget. Seperti tidak ada ide lain saja,"jawab Remi saat itu sembari menggelengkan kepala.

Dimintai tolong untuk berpura-pura menjadi selingkuhan Bumi, Remi mana mau melakukan hal konyol seperti itu. Selain membuang-buang waktu setelah membaca konsep yang dibuat Bumi, Remi juga takut hal konyol ini akan mengakibatkan hal buruk. Dia takut selagi membatu Bumi di bar, mereka terpergok oleh Raja, lelaki yang sedang dekat dengannya. Apalagi Bar yang akan Bumi kunjungi merupakan Bar milik Raja.

"Tolonglah Remi, cuma kamu yang bisa aku mintai tolong. Setelah ini aku janji bakal modalin kamu liburan ke Raja Ampat."

Remi tetap menggeleng, dia terus asik memainkan ponsel di tangan. Mengabaikan Bumi yang tengah memohon dan Selvi yang tertawa di sampingnya.

"Semua biaya aku yang tangung, loh. Kamu gak perlu keluarin apa-apa. Liburan bareng Selvi juga boleh."

"Deal," jawab Remi dan Selvi berbarengan. Setelah itu mereka saling tatap sebelum tertawa.

"Punya teman gini banget," kata Bumi menatap kedua sahabat wanitanya dengan kesal.

"Buat hadiah perpisahan, lah. Setelah nikah kamu gak bakal bisa modalin kita liburan lagi," ucap Selvi sembari mengajak Remi tos, yang langsung di sambut Remi dengan gembira.

"Betul. Kamu kira permintaan kamu mudah apa." Remi menimpali sebelum meletakan ponsel dan mengambil kertas yang berisi apa-apa saja yang harus dilakukan bersama Bumi untuk kejutannya. "Serius nih, terakhir harus masuk hotel. Ngeri banget kalau Nina hilang kesabaran dan pukul aku." Mengingat banyak sekali kasus-kasus pengerebakan karena perselingkuhan membuat Remi bergidik ngeri. Dia takut rambut indahnya akan jadi korban.

"Ya, kali. Begitu Nina masuk kan aku udah nyambut di depan pintu."

Remi tertawa, baru teringat apa yang dikatakan Bumi beberapa menit lalu. "Yaudah deh, yuk kita mulai. Cepat kelar cepat liburan kita." Remi bangkit dan pindah tempat duduk di samping Bumi, dia menyandarkan kepala ke bahu lelaki itu dan meminta Selvi segera membidiknya dengan lensa kamera.

Ini rencana mendadak yang didapatkan Bumi setelah berpikir menjadi cuek dan menjauhi Nina selama seminggu tidak cukup untuk kejutan. Jadi seharian mereka bekerja keras. Pergi keberbagai tempat dan bolak-balik ganti pakaian demi mendapat foto terbaik dan menyakinkan.

Lelah sudah tentu, sedikit penyesalan juga mulai dirasakan Remi. Andai dia tidak tergoda liburan dan menyetujui permintaan Bumi, dia tidak akan merasakan rasa lelah ini. Dia ingin rebahan dengan nyaman di kamarnya.

Namun, hal terakhir yang perlu mereka lakukan belum selesai. Ternyata merias kamar hotel sesuai apa yang diinginkan Bumi tidak mudah. Lelaki itu juga entah bagaimana mendadak bodoh karena tidak meminta ahli yang bekerja di bidang ini untuk mendekorasi kamar.

"Besok lagi, deh. Aku udah capek banget," kata Remi sembari menghempaskan diri di sofa. Dia menyingkirkan kertas dan beberapa kota kosong ke bawah sebelum membaringkan diri di sana. Tampak sangat nyaman meski sekitarnya berantakan.

Enam Tahun KemudianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang