Tiga

37.7K 3.5K 94
                                    

'Ah, aku akan kenal pukul,' Apa yang ditakutkan Remi benar-benar terjadi. Nina salah paham. Sebenarnya mereka memang ingin membuat Nina salah paham agar kejutan semakin mengasikkan. Tetapi Bumi bilang dia akan menyambut Nina dengan kue ulang tahu di tangan, agar Nina paham dan bisa menatap sekitar dengan pandangan lebih terbuka.

Akan tetapi Bumi seperti tidak menapak bumi. Lelaki itu tidak memegang kue, bahkan lelaki itu tampak begitu bodoh saat melihat kekasihnya menerobos masuk dengan wajah memerah menahan amarah, siap mengamuk dan menghancurkan apa saja yang menghalangi jalan.

"Cewek itu benar-benar kamu, kan. Dasar lacur sialan! Aku udah curiga akan seperti ini melihat kedekatan gak normal kalian!"

Remi memejamkan mata saat tangan Nina terangkat, bersiap menamparnya. Dia ingin menghindar, tetapi kakinya seperti di lem dengan sangat kuat, dia tidak bisa bergerak ke mana-mana. Remi hanya bisa pasrah dan menerima tamparan dengan lapang dada.

Namun, setelah beberapa detik, Remi tidak merasakan rasa sakit di pipi atau tubuh bagian lainya. Dia memutuskan membuka mata, dan terkejut saat menyadari sudah berada dalam pelukan Raja.

Kapan Raja datang? Kapan lelaki itu menariknya menjauh dan melindunginya?

Tanya dalam hati tidak akan pernah ada jawaban, namun Remi merasa lega karena penyelamatnya datang.

"Siapa kamu? Benarani-beraninya kamu melindungi cewek sampah ini. Lacur gak tahu malu ini harus kuberi-"

"Sialan Bumi, jangan melamun di saat sepeti ini!" teriakan Raja membuat Remi mengerjap. Dia menatap wajah marah Raja dengan linglung.

"Ah, maaf." Bumi menatap ke arah Remi, mereka melakukan kontak mata selama beberapa detik, sebelum pandanganya mengarah pada Nina.  Tersenyum, dia segera  mendekati gadis itu dengan langkah pelan.

Lalu begitu teringat akan sesuatu, Bumi segera berbalik dan mengambil bunga dari atas meja. Dia mengabaikan kue ulang tahun yang seharusnya dibawa lebih dulu. "Selamat ulang tahun, sayang."

Pekikan teman perempuan yang datang bersama Nina membuat suana berisik seketika. Nina juga terlihat sangat terkejut, air mata menetes dari kedua bola matanya.

"Kamu-kamu," kata Nina terbata. Dia tidak sanggup berkata-kata. Setelah diabaikan Bumi beberapa hari ini, lalu mendapat berita dan beberapa bukti jika Bumi berselingkuh, bahkan lelaki ini bermalam dengan wanita lain disebuah hotel mewah, membuatnya naik pitam.

Namun, setelah Nina mampu mencerna semua. Setelah melihat sekitar, air mata kebahagian semakin deras keluar.

Pagi tadi sebelum mendapat berita jika Bumi berselingkuh darinya, teman dekat dan keluarga mengucapkan ulang tahun yang membuatnya semakin sedih karena Bumi menjauh tanpa sebab. Sekarang semua kesedihan itu lenyap. Dia sangat bahagia saat melihat Bumi tersenyum padanya dengan sebuket mawar merah pertanda cinta digenggaman Bumi.

Lelaki itu tidak mendua, Bumi masih sangat mencintainya. Dia yakin akan hal itu.

"Kamu jahat sekali," kata Nina begitu Bumi sudah berada dihadapannya. "Kamu membuatku takut." Nina memukul kekasihnya beberapa kali. Namun, beberapa saat kemudian dia melemparkan diri ke pelukan Bumi. Tertawa dan menangis bersama saking bahagianya.

Nina sangat bersyukur memiliki Bumi sebagai belahan jiwanya.

"Selamat ulang tahun, Sayang. Selalu yang terbaik untukmu." Begitu Bumi menyelesaikan kalimatnya, sorakan kembali terdengar. Kali ini lebih meriah karena Selvi dan teman-teman yang sejak tadi menunggu giliran menampakan diri bersama terompet yang mereka bunyikan.

"Selamat Ulang Tahun, Nina."

"Selamat hari lahir."

Ucapan-ucapan selamat terus berdatangan. Selvi mendekat dan menyerahkan beberapa topi, terompet, dan pernak-pernik lain pada teman-teman Nina untuk semakin memeriahkan suasana.  Setelahnya dia mengiring Bumi untuk mengambil kue ulang tahu yang terus menyala sejak tadi dengan kesal.

Enam Tahun KemudianWhere stories live. Discover now