Dua Belas

27.3K 2.2K 82
                                    

"Apa?"

Suara terkejut Ibunya membuat Bumi menghela. Dia sudah ingin menundukkan kepala karena berpikir akan kena marah lagi, saat suara-suara lain memberondongnya.

"Serius?"

"Yang benar?"

"Kamu diterima, gak? Pastinya diterima ya, soalnya kamu berani bilang."

"Senang deh, Remi jadi adik ipar kita. Dia tuh anaknya baik banget. Dewasa dan mandiri juga."

"Iya. Remi tuh anaknya enak diajak nongkrong. Mengobrol apa pun sama dia bisa nyambung."

Bumi mengerjap saat mendengar ucapan keluarganya, dia sangat bingung dan apa-apaan pula sambutan keluarganya ini. Kenapa mereka semua terlihat begitu antusias? Tidak seperti biasanya.

Dia ingat betul, keluarganya tidak pernah seantusias ini jika Bumi mengenalkan seorang pacar. Dan bukannya mereka ingin menjodohkan dengan wanita di depan? Wanita yang kini memasang wajah terkejut, tidak jauh berbeda dengannya.

"Kamu serius melamar Remi?" tanya Ibunya yang membuat Bumi langsung terdiam.

Dia tidak benar-benar melamar Remi. Itu hanya kesalahpahaman saja.  Jika jujur sekarang sudah tidak mungkin. Padahal Bumi ada rencana meminta tolong pada keluarganya, tetapi sekarang dia sudah tidak bisa melakukan hal itu.

"Iya, Bu." Bumi pasrah. Biarlah sekarang dia berbohong, nanti dia akan mencari jalan keluar. "Keluarga Remi sudah menunggu kedatangan Ayah dan Ibu," kata Bumi lagi dengan mata terpejam.

Pelukan yang diterimanya membuat Bumi membuka mata dengan segera. Dia membeku, lalu terkejut saat Isak tangis Ibunya terdengar. "Bu," panggil Bumi pelan.

"Ibu tidak apa-apa. Ibu hanya terlalu senang kamu melamar Remi." Tata benar-benar bahagia. Menantu yang paling dia harapkan akhirnya didapatkan juga. Di mata Tata, Remi benar-benar menantu idaman. Itulah kenapa semua wanita yang dibawa dan kenalkan sang putra penuh kekurangan. Remi itu bukan hanya baik di luar saja, tetapi hatinya juga sangat murni.

"Ibu." Bumi menepuk punggung Ibunya dengan lembut, menenangkan sang Ibu yang tengah menangis bahagia. Dia benar-benar tidak menduga akan mendapati ibunya seperti ini. Hanya karena mendengar berita dia melamar Remi, Ibunya bisa begini.

"Gak apa, Ibu gak apa." Tata melepas pelukan. Dia menatap Bumi dengan senyum lebar. "Jadi, besok kita bisa berangkat ke rumah Remi, kan?"

Belum Bumi menanggapi, deheman dari sisi kiri ibunya langsung terdengar.

"Kita bahas itu nanti, sekarang kita masih ada tamu." Begitu selesai ayahnya berbicara, semua diam membisu. Rasa bersalah tergambar jelas dari wajah-wajah anggota keluarga. Bumi hanya bisa memejamkan mata sembari memijat pelipis. Dia memilih angkat tangan, lagi pula bukan dia yang meminta perjodohan.

"Ini jadi gimana?" tanya Suci memecahkan keheningan. Dia kesal. Sudah dijanjikan sebuah pernikahan, tetapi langsung gagal. Sherli putri pertama yang paling dibanggakan, dia tidak rela putrinya dibohongi begini.

"Maaf, Suci. Aku tidak tahu jika Bumi tertarik pada teman masa kecilnya," kata Fajar menyesal. Usianya dan Suci memang sebaya, mereka juga sudah mengenal lama. Itulah kenapa dia yakin jika Bumi dan Sherli akan menikah nantinya.  Tetapi ternyata Bumi sudah memilih sendiri masa depannya. Sekarang dia benar-benar menyesal langsung mengundang Suci dan anaknya tanpa bilang-bilang.

"Aduh. Gimana jadinya ini." Suci kecewa, bukan karena dia gagal mendapatkan besan super kaya. Tetapi lebih ke anak perempuannya yang pendiam dan terlalu polos jika dibiarkan sendirian. Sherli memang terkenal di universitas, tetapi hanya karena prestasinya saja yang membanggakan. Selebihnya Sherli benar-benar pendiam.

Enam Tahun KemudianWhere stories live. Discover now