Delapan

36.5K 3K 65
                                    

Setelah urusannya selesai. Bumi kembali memainkan jemari di gawai, memesan tiket pesawat yang bertujuan ke ibu kota hari ini juga. Dia akan kembali ke rumah secepatnya. Bumi ingin kembali menyapa Remi dan juga anaknya.

Masalah pertemuan dan apa yang telah dia janjikan pada keponakannya bisa dibatalkan. Mereka masih memiliki kesempatan lain untuk berjalan-jalan bersama. Kakaknya mungkin akan marah, tetapi dia yakin hanya sebentar saja.

Setelah selesai memesan tiket pesawat, Bumi berbalik dan melangkah keluar bandara. Dia harus mencari kado lain untuk ulang tahun keponakan. Kado yang sebanding dengan kapten Zero di tangan atau dengan sesuatu yang lebih mahal. Lagi pula dia belum memberi tahu hadiah apa yang akan dibawanya.

Puas dengan pemikirannya, Bumi memasuki mobil yang sejak tadi sudah menunggu.

"Ke Lexury dulu, Pak," kata Bumi pada sopir yang mulai menjalankan mobil. Dia mengetuk-ngetuk kursi di sisinya sembari menatap keluar jendela dengan pikiran kembali pada Remi.

Remi sekarang tampak lebih bahagia dari yang terakhir dia ingat. Tidak sepertinya yang setelah perpisahan mereka mendapat banyak masalah, Remi malah terlihat sehat-sehat saja. Wanita itu tetap cantik, tubuhnya tetap profesional dan berisi di tempat seharusnya. Berbeda jauh darinya yang harus mengalami penurunan berat badan yang signifikan karena masalah yang terus berdatangan.

Awalnya setelah tidak pernah lagi melihat Remi dan mengetahui wanita itu sudah pindah ke tempat lain dia hanya sedih sesaat. Karena bagaimana pun mereka sudah berteman lama. Dan saat tiba-tiba temannya menghilang tanpa kabar itu sangat menyebalkan.

Lama-kelamaan Bumi merasa biasa saja meski rasa bersalah tetap ada. Apalagi saat itu Bumi baru bisa bernafas lega saat Ayahnya kembali sehat dan juga dalang dibalik informasi palsu yang menjelekkan namanya tertangkap.

Namun, tidak lama kemudian dia sudah kembali dibuat pusing dengan rengekan Nina yang mengajak untuk segera naik ke pelaminan tahun itu juga.

Karena Bumi menyayangi Nina dan ingin hidup dengan wanita itu, dia menyetujui dengan cepat. Dia segera memberi tahu niat baiknya pada keluarga, tetapi tidak mendapat sambutan baik.

Keluarga besar menyuruhnya memikirkan ulang. Benar-benar berpikir baik dan buruk demi masa depan. Mereka terus menunda-nunda izin setiap kali dia meminta pernikahan.

Ibu, Ayah dan ke tujuh saudaranya tidak bilang jika mereka tak merestui hubungannya dan Nina secara terang-terangan. Jadi, meskipun kesal, dia berpikir akan bersabar. Bumi terus menunjukkan kelebihan dan kebaikan Nina pada keluarganya agar ijin segera didapat. Dia ingin menikah dengan perempuan yang  direstui oleh keluarga besarnya.

Akan tetapi setahun berlalu, Nina menjadi semakin tidak sabar. Wanita itu kerap kali marah jika dia meminta menunggu. Orang tua Nina juga mulai menuntutnya agar mau menghalalkan Nina segera. Mereka takut dia tidak bisa menahan diri dan melakukan sesuatu yang macam-macam pada anak gadisnya.

Tentu saja Bumi mengatakan tidak. Dia mencintai Nina, dia akan menjaga Nina dengan sangat baik. Bumi juga meminta pemakluman mereka dan berkata akan berusaha secepatnya menikahi Nina.

Setelah itu Bumi sempat mengira masalah selesai, Nina akan sabar bersamanya menunggu restu. Tetapi, Nina semakin tidak sabar. Ancaman putus kerap kali keluar saat mereka bertengkar. Awalnya Bumi tetap bersabar, dia meminta maaf karena merasa bersalah tidak bisa menuruti keinginan Nina segera. Setelah mengeluarkan semua emosi, Nina juga sering kali menangis sembari meminta maaf karena telah melampiaskan kemarahan padanya.

Jika mereka sudah berdamai Nina akan kembali bermanja-manja padanya. Wanita itu juga memberinya banyak suntikkan semangat.

Melihat Nina yang seperti itu membuat Bumi sedih. Dia juga mulai bertanya-tanya pada keluarganya kenapa mereka tidak merestui Nina. Jawaban mereka tidak memuaskan. Malah membuatnya kesal, jadi Bumi berhenti bertanya dan mulai kembali meminta restu dengan sedikit paksaan. Namun, Ibu dan Ayahnya tetap mengabaikan. Dan Bumi masih tetap terus memaksa.

Enam Tahun KemudianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang