Delapan Belas

20.4K 1.5K 48
                                    

"Hei!" Bumi kesal saat Selvi merebut Radi dari gendongannya.

Sebenarnya apa yang terjadi?

Kenapa Selvi tiba-tiba mengatakan sesuatu yang aneh dan terlihat sangat membencinya? Memangnya kesalahan apa yang dia buat?
Dan apa-apaan Selvi ini. Kenapa dia dilarang mendekati Remi? Memangnya Selvi punya hak apa untuk melarangnya?

Detik ini Selvi benar-benar sukses membuatnya kesal.

"Kenapa kamu tiba-tiba sepeti ini?" tanya Bumi menghalangi jalan keluar Selvi. Keningnya berkerut dalam, dia benar-benar semakin kebingungan. Apalagi Selvi yang tidak memberinya penjelasan apa pun

"Pikir saja sendiri. Kamu kan selalu mengaku paling pintar. Dan aku juga sudah memberi tahu apa yang harus kamu lakukan." Selvi mendorong Bumi menjauh sebelum kembali melangkah.

Bumi yang semakin kebingungan memilih mendekati Remi. "Kamu tahu apa yang terjadi padanya?" tanya Bumi pelan.

Remi menggeleng. Dia benar-benar tidak tahu kenapa Selvi jadi seperti ini. Awalnya Selvi tampak baik-baik saja, bahkan wanita itu terlihat begitu menikmati makanannya. Tetapi begitu Bumi kembali, Selvi langsung terlihat sangat kesal. Remi mengerutkan kening. "Apa mungkin?" Remi bergumam pelan.

"Mungkin apa?" tanya Bumi yang membuat Remi terkejut. Remi kira dia hanya berkata dalam hati, ternyata suaranya sampai ke telinga Bumi. "Mungkin apa, Remi?"

"Mungkin Selvi jijik padamu. Dia baik-baik saja sebelumnya, tetapi langsung berubah kesal begitu kamu kembali." Pertanyaan Bumi yang tidak sabar membuat Remi kesal. Tadinya dia tidak ingin mengeluarkan  apa yang ada dipikiran, tetapi gagal saat Bumi menuntut jawaban. "Kamu lihat sendiri kan, begitu kamu datang Selvi langsung berubah begitu," kata Remi lagi saat mendapat tatapan terkejut dari Bumi.

"Tidak mungkin. Awal bertemu saja dia baik-baik saja, tetapi entah kenapa jadi kesal begitu."

Remi mengangguk, benar juga kata Bumi. Awalnya Selvi baik-baik saja, tetapi tiba-tiba berubah seperti menemukan sesuatu yang berbahaya. Lalu Remi menatap Bumi saat teringat ucapan Selvi.

"Apa penggawalmu masih ada? Siapa penggawalmu sekarang?" tanya Remi penasaran.

"Mana ada. Kamu kan tahu aku berhenti memakai pengawal begitu masuk SMA."

"Lalu pengawal apa yang dikatakan Selvi?" Remi mengerutkan kening, dia menatap Selvi yang berjalan bersama Radi di gandengan, lalu tatapannya berlari pada Bumi. "Apa ada seseorang yang mengawasi kamu?" tanya Remi langsung. Dia tidak mau menduga-duga, mumpung Bumi ada di sini, lebih baik dia mengeluarkan semua yang ada di pikiran langsung pada lelaki di hadapannya ini. "Orang yang akan menyingkingkar siapa pun yang berada di sekitarmu."

Jika mengingat Selvi yang marah pada Bumi, yang menyuruh lelaki itu untuk membuang sampah dengan wajah kesal. Juga yang memberi nasehat agar lebih berhati-hati sepertinya tebakannya benar. Tidak ada hal lain lagi jika bukan ada seseorang yang mengawasi dan menghancurkan orang-orang yang berdekatan dengan Bumi.

"Hah? Mana mungkin!" kata Bumi sembari melotot kaget. "Jika ada yang mengawasiku, aku akan langsung tahu."

Melihat Bumi yang tampak begitu terkejut, Remi menatapnya miris. Dia menggeleng pelan sebelum menepuk bahu Bumi. "Sebaiknya kamu selidiki lagi." Remi melepaskan tangannya dari bahu Bumi sebelum meninggalkan lelaki itu sendiri saat mendengar teriakan Selvi.

Jika apa yang dia takutkan  benar, Remi kasihan pada Bumi. Sangat mengerikan dan tidak nyaman jika terus diawasi orang tak dikenal. Remi hanya berharap Bumi dapat menyelesaikan masalah ini secepatnya. Dia juga berharap jika memang ada yang mengikuti Bumi, pelakunya cepat tertangkap. Kasihan Bumi jika terus seperti ini.

Enam Tahun KemudianWhere stories live. Discover now