6 ▪️ Langkah Perubahan

47.1K 6.8K 140
                                    

' Saat lo tahu dari mana asal percepatan, massa, dan momentum. Itulah di mana lo bisa disebut sebagai orang yang benar-benar paham akan konsepnya. Sama seperti kehidupan '
[ Coulo - 06 ]

✒. Happy reading!

"Dimulai dari mana dulu? Zilos, kalau menurut lo, apa yang perlu diubah?" Micro menoleh ke arah Zilos yang sedang mengamati sekitar, lelaki itu lantas berbalik, menatap Micro.

"Semua," jawab Zilos membuat Micro mengerjap, bahkan yang lain juga terkesiap.

"Separah apa dia di mata lo?" kekeh Alkana seraya menunjuk satu-satunya gadis yang berdiri di dekat Micro.

Zilos terdiam, mata tajamnya menelisik gadis di samping Micro dari atas hingga bawah. "She like a monster."

Jawaban dari Zilos mampu mengundang tawa seluruh anggota Zwart, bahkan Coulo yang biasa menampilkan wajah datar seperti papan seluncurnya, kini tersenyum tipis dan menganggukkan kepala, sangat setuju dengan apa yang dikatakan Zilos.

Sementara yang menjadi subjek pembicaraan, kini malah menatap ngeri semua anggota Zwart. Lentera benar-benar tidak tahu apa yang akan mereka lakukan pada seorang gadis sepertinya, Lentera tidak bisa berpikir. Awalnya, Lentera hanya akan diam berdiri di dekat North yang bersedia memberikan boncengan padanya. Tetapi di parkiran mall tadi, saat Lentera melihat wajah North, gadis itu langsung terbirit-birit menjauh. North memiliki bekas luka memanjang dari atas alis bagian kanan hingga bawah mata. Tentu saja Lentera takut dengan itu. Hebatnya, Lentera baru menyadarinya sekarang.

Dan setelah masuk ke dalam mall, mereka berunding kembali membicarakannya. Lentera jadi merasa canggung dengan keadaan ini, apalagi banyak orang yang melirik ke arah Lentera akibat penampilan mencolok dari anggota Zwart.

"Che, menurut lo, ubah dari mana dulu?" Micro mengalihkan pandangan pada Archeology. Lelaki itu yang selalu terususn rapi dan membuat rencana dengan sangat teliti. Micro tidak harus meragukan lagi kemampuan menyusun dari Archeology.

"Rambut." Archeology menjawab seraya menatap Lentera. "Panjang pendeknya rambut lo berantakan, nggak rapi dan nggak nyaman dilihat. Apalagi rambut lo nggak curly alami, ayo ke salon dulu."

"Gimana?" Micro meminta persetujuan Zilos.

Zilos sendiri mengangguk, melangkah mencari salon diikuti yang lain, termasuk Alkana yang langsung menarik lengan Lentera saat gadis itu mengendap-ngendap berusaha kabur.

🦇

"Heh, kenapa makeup gue harus dihapus?!" Lentera berteriak histeris, membuat semua anggota Zwart menatapnya heran. "Harusnya 'kan potong rambut doang!"

"Tapi makeup lo alay." Alkuna menyahut, lelaki yang sedang duduk melihat rambutnya digunting untuk dirapikan itu melirik Lentera sekilas.

"Bener banget!" Aeste menyahut, lelaki itu tengah membaca majalah di kursi tunggu. "Apalagi warna yang lo pake nggak sesuai sama anak muda, eyeshadow biru pipi merah marun bibir merah cabe, nggak masuk logika warna banget. Ya, kalau di kanvas sih bisa jadi bagus. Nah ini, di wajah lo?"

"Sembarangan!" Lentera memajukan bibirnya. Entah mimpi apa ia harus bertemu Zwart dan berurusan dengan kesepuluh lelaki cerdas itu. Padahal selama ini, Lentera tidak pernah mengusik mereka. Lentera hanya gadis yang selalu bertepuk tangan saat nama semua anggota Zwart dipanggil ke depan podium untuk menerima piala. Lentera tak pernah menjadi fans fanatik mereka atau menjadi pengagum rahasia mereka karena Lentera sudah memiliki Kael.

Yah, mungkin dibagian 'tidak pernah mengusik mereka' Lentera keliru. Nyatanya pertumpahan kuah bakso dan jus menjadi saksi. Lentera menyesal ia tak meminta maaf kala itu, malah melipir kabur menghindari.

ZWARTWhere stories live. Discover now