20 ▪️ Cakrawala

42.9K 6.1K 258
                                    

' Topangan boleh menjadikan kita lebih tegap. Namun, topangan tak akan terus kokoh selamanya '

✒.Happy reading!

"LIBUR TELAH TIBA, LIBUR TELAH TIBA! HORE, HORE! HATIIIIKUU GEMBIRAAAAA!!"

Suara melengking nyaring yang tak enak di dengar itu berasal dari sosok gadis yang keluar dari kamarnya menuruni tangga, satu laptop di tangannya dipegang erat-erat, takut sesuatu yang tak diharapkan terjadi. Hari Minggu cerah ini, Lentera akan melakukan kegiatannya yang tertunda selama hari sekolah. Yaitu menonton. Bukan drama Korea yang hits, drama Thailand atau China yang ramai. Tetapi kartun. Lentera belum menonton Frozen episode terbaru. Rasanya ingin mati jika hari libur seperti ini Lentera tak menyempatkan waktu melihat rusa kesayangannya--Sven--dan seonggok manusia salju--Olaf--untuk dilewatkan.

"Huhuhuhu, Mamamu datang Sven, Olaf!" Lentera bersenandung riang. Mendudukkan diri di permadani ruang berkumpul yang kebanyakan diisi oleh beberapa bonekanya--Sven dan Olaf--yang sudah memenuhi lemari serta kursi yang ada.

"Laptop terusss!! Tanaman bunda kering dibiarin!" entah dari mana datangnya, Hera sudah berkacak pinggang melihat Lentera yang sudah tengkurap menghadap laptop. "Nyiram dulu baru nonton."

Lentera sontak melotot. "Bunda tuh datengnya telat mulu, deh! Tadi aja waktu Lele nyiram sama nyapu rumah Bunda gak ada! Sekarang waktu Lele udah rebahan, malah dateng! Liat aja pekarangan, Ndaaaaa, udah basah. Lele guyur pake selang pemadam kebakaran."

"Affah iyah, Dek?" Hera mengerutkan kening, ia baru saja kembali dari pasar dan tidak memperhatikan halaman yang basah. Jadinya Hera mengedik saja. "Ya udah, Bunda mau bikin kue pesanan Om duda ganteng kaya raya."

"Terserah, Ndaaa. Terserah." Lentera mendengkus, mulai mengatur volume suara di laptop agar konsentrasinya saat menonton tidak buyar. Tetapi baru saja Lentera menekan mouse untuk memulai, suara deruman motor dari luar membuatnya diam membeku. Kecuali Hera yang sudah berlari tergesa ke arah pintu rumah.

Sejak kapan bundanya bisa berlari sekencang Super Dede? Lentera mengerjap bingung. Lantas gadis itu dibuat terkejut dengan teriakan nyaring di luar.

"PERMISI!! MATAHARI DI SINI GELAP, KELUAR DONG!!"

Tidak perlu bertanya itu suara siapa. Tentu saja salah satu dari tiga serangkai. Alkana.

Lentera merengek, menendang-nendang udara kosong di hadapannya kemudian menekan pause. Benar-benar menyebalkan, kedatangan mereka sungguh menganggu acara libur Lentera. Apalagi sih, yang mereka inginkan?!

"LE!! GAK BAIK ADA TAMU NUNGGU!"

Bundanya juga sama saja. Lentera dengan terpaksa bangkit, berjalan menuju keluar rumah dan menemukan sepuluh motor sudah berada di depan gerbang rumahnya yang terbuka oleh Hera.

"WOW! IT'S SO SEKSIHHH!!" teriakan Alkana melengking kembali membuat Lentera menunduk.

Lentera tahu, dirinya hanya memakai celana pendek diatas lutut, serta kaos warna putihnya yang kebesaran. Gadis itu mendengkus, apa semua pikiran laki-laki hanya tubuh perempuan saja? Lentera mendongak, menemukan hampir semua lelaki di sana mengalihkan pandangan kecuali Alkana yang berbinar dan Alkuna yang hanya menatapnya datar.

"Awwww gue sekssiihhh yaa!" Lentera malah menanggapi, mengelus-ngelus paha putihnya. Lantas terkekeh sendiri begitu kain lap melayang ke wajahnya. "Maaf Nda, maaf."

"Ayo masuk dulu, kalian mau main ke sini?" Hera mengambil alih keadaan, menatap satu persatu lelaki yang sudah melepas helmnya, kecuali Zilos.

"Aduh, maaf tan." Micro turun dari motornya, membawa sekantung kresek berisi buah-buahan. "Ke sini cuman mampir ngasih ini buat tante, abis itu mau jemput Lele buat main. Boleh gak, Tante?"

ZWARTWhere stories live. Discover now