9 ▪️ Air Mata?

48.1K 6.6K 254
                                    

' Atom aja tahu, kapan dia harus melepaskan dan kapan dia memiliki. Bagaimana dengan lo? '
[ Alkena - 09 ]

✒. Happy reading!

"Kenapa gue sama dia mulu, sih?" Lentera bergumam sangat pelan, memegang kedua pundak North dan langsung naik ke atas motor sport lelaki itu. Lentera benar-benar tidak ada niatan berangkat bersamaan dengan Zwart seperti ini jika saja Zilos tidak menyuruhnya agar tidak membantah.

"Hati-hati, jangan sampai tawuran sama kera di jalan!" Hera melambai saat Micro berpamitan mewakilkan semuanya. Sekelompok motor berwarna hitam itu sudah hadir di jalanan, menjadi objek yang tak bisa dilewatkan begitu saja.

Lentera sendiri sedang harap-harap cemas, banyak yang memperhatikannya karena berada di tengah-tengah motor hitam itu. Apalagi ia paling mencolok, sosok gadis satu-satunya yang ada di sana.

"Sorry, apa gue kecepetan?"

Lentera mengerjap, ia mendekatkan kepalanya pada North. Di jalanan seperti ini, ditambah memakai helm, ia tidak mendengar begitu jelas apa yang North katakan.

"Apaaaa?!"

"Gue kecepetan?"

Lentera mengerutkan kening, lantas ia sadar jika cengkeraman tangannya di pundak North semakin mengerat, lelaki itu merasakan perubahannya. "Ng-nggak kok! Gue ... gue cuman nggak nyaman aja dilihatin."

"Oh, santai aja. Nggak usah lo balas liatin." North menjawab, lantas menepuk-nepuk sekilas lengan Lentera oleh sebelah tangannya. "Fokus ke jalanan aja. Fokus ke jalanan, hanya jalanan yang ada. Fokus ke jalanan, hanya jalanan yang ada."

"Bocah banget lo, fans-nya Spongebob!" tidak sadar Lentera memukul helm bagian belakang North seraya tertawa keras. Lentera terbawa suasana sampai lupa jika yang mengendarai motor yang ia tumpangi adalah North, lelaki yang ia hindari. Sontak saja Lentera terdiam, membatu kala ia sadar akan hal itu.

"Ahahahaha, ketahuan lo juga suka nonton."

Sempat menahan napas selama beberapa detik, begitu mendengar tawa North, Lentera jadi tidak setegang tadi. Gadis itu mendadak tertawa terbahak-bahak dan lebih heboh dari pada North. Bahkan, karena North yang juga tak berhenti mengoceh, Lentera benar-benar dibuat sadar jikalau North tidak semenyeramkan wajahnya yang memiliki bekas luka mengerikan.

🦇

"Dia siapa anjir?!"

"Ngerusak pemandangan orang!"

"North sama cewek?!"

Lentera baru saja keluar dari parkiran bersama Zwart, mereka hendak menuju ke koridor dan segera ke kelas. Sudah bisa ditebak, beberapa komentar melayang begitu Lentera hadir dalam lingkup Zwart. Para penggemar kesepuluh lelaki cerdas di sana mulai bertanya-tanya, bersungut-sungut tak terima akan kehadiran Lentera.

Memangnya, sejak kapan Zwart mengajak gadis berdekatan dengan mereka? Zwart sudah dikenal dengan prestasinya serta status mereka yang memang jomblo, tak pernah menggandeng gadis selama mereka sekolah di sini.

Lantas, tiba-tiba saja tahun ini sosok gadis muncul diantara mereka? Bukankah itu kabar yang menghebohkan?

"Gue lupa, harusnya gue gak datang sama kalian. Nanti gue diserang gimana?" Lentera mendengkus keras, kepalanya menunduk dalam-dalam agar tak melihat beberapa gadis yang sudah memelototinya sepanjang koridor.

North yang mendengarnya terkekeh, ia melepaskan almamaternya lalu menutup kepala Lentera dengan itu. "Beberapa hari mungkin bakalan rame, tapi lama kelamaan pasti biasa."

ZWARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang