18 ▪️ Pengunduran Diri

42.4K 6.4K 360
                                    

' Menyakitkan, saat lo sadar jika lo telah terluka '

✒.Happy reading!

Happy reading!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Alkena membaca dengan cermat saat postingan terbaru dari base sekolahnya ia lihat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Alkena membaca dengan cermat saat postingan terbaru dari base sekolahnya ia lihat. Kabar mengenai pengunduran diri Zwart dari beberapa lomba sekaligus menjadi bahan perbincangan besar. Entah itu positif atau negatif. Tentu saja, Alkena sudah menduga ini dari kemarin, maka dari itu ia memantau base.

Informasi cepat tersebar karena kemarin sore Zilos langsung menuju ke sekolah untuk meminta persetujuan para guru mengenai hal ini. Dan apa itu mudah? Tidak. Semalaman Zwart, beberapa guru penanggung jawab peserta olimpiade serta wakil kepala sekolah berdiskusi mendadak sampai tengah malam, untuk menemukan jawaban.

Hasilnya, Zwart disetujui. Hanya Zilos yang akan hadir pada undangan kontes Matematika di Singapura, sementara yang lainnya tak akan mengajukan diri untuk mengikuti lomba-lomba dan olimpiade.

Alkena menepuk pundak Zilos yang berjalan di hadapannya. Mereka baru saja sampai di sekolah, hendak menuju kelasnya. "Semoga keputusan kita benar, bro. Lo udah ada rencana lain buat persiapan kita selanjutnya?"

Zilos terdiam, memandang beberapa siswi di sepanjang koridor yang menatapnya dengan mata berbinar. Itu sudah biasa, terlihat jelas sekalipun ia menutupi kepalanya dengan tudung seragamnya. Mengembuskan napas, Zilos mengangguk.

"Lo kendaliin sistem di satu gedung. Itu satu-satunya cara."

Mendengarnya, Alkena berhenti melangkah membuat anggota lain menatapnya seketika.

"Apa? Sulit?" tanya Zilos, tubuhnya berbalik ke belakang, menatap Alkena. "Lo bisa ambil black card gue sebulan."

Alkena memutar bola matanya, lantas terkekeh. "Deal."

"Nyeh. Gak baik kalau disuapin black card mulu. Sekali-kali bagi rata." Alkana melengkungkan bibirnya ke bawah. "Gue juga mau."

"Santaii, nanti kalau Zilos berhasil pasti dia yang traktir," ucap North.

Lentera yang mendengar percakapan mereka di samping North hanya membulatkan kedua bola matanya. Anak SMA mana yang sudah mempunyai black card? Ya, Zilos tentu saja. Tapi maksudnya, sekaya apa Zilos ini? Lentera jadi penasaran dengan kehidupan sepuluh lelaki itu. Pasti sangat sempurna. Dari mulai otak, harta, keluarga, dan yang penting adalah pahatan sempurna di wajah masing-masing.

ZWARTWhere stories live. Discover now