7 ▪️ Ada Sepuluh?

47.4K 6.5K 175
                                    

' Masa lalu itu memang tidak semuanya harus dilupakan. Tapi, ada kalanya saat mereka perlu dikenang '
[ Archeology - 07 ]

. Happy reading!

Sosok wanita paruh baya dengan daster andalannya mengerjap-ngerjap berusaha mengendalikan kesadaran. Selang yang masih mengalirkan air kini terjatuh ke tanah saat ia berlari kencang dan membukakan gerbang.

"LELE, KAMU KENAPA NAK?! KAMU NYARI MASALAH APA LAGI SAMA GENG MOTOR?! ADUHH, NYAWA KAMU NGGAK SEMBILAN KAYAK KUCING, LE!!"

Deruman motor yang berhenti satu persatu itu menjadi pertanda jika semua anggota sudah lengkap. Lentera yang duduk di boncengan motor Micro langsung turun dan berlari pada sosok wanita yang berteriak tadi. Siapa lagi jika bukan bundanya.

"Ndaaaa!"

"Jauh-jauh sama bunda! Kamu diserang geng motor lagi 'kan bunda udah janji mau coret kamu dari KK!" wanita itu mengambil sapu lidi dekat pagar, mencegah Lentera untuk memeluknya.

"Ih, Ndaa durhaka!!"

"Heh, di mana-mana anak yang durhaka, gak ada konsepnya bunda jadi durhaka!"

"IH NDAAA!!"

"HEH LELEEEE!!"

Lengkingan demi lengkingan perempuan yang saling membalas itu membuat semua anggota Zwart terdiam. Entah kagum dengan suara mereka yang beroktaf-oktaf, entah karena pendengaran mereka yang patut dipertanyakan. Beberapa saat berikutnya, Zilos dan North turun dari motor untuk mengambil alih situasi.

"Permisi." North melepas helmnya dan menyapa wanita yang masih memegang sapu lidi. "Maaf, Tante kami mengganggu. Tapi kami tidak ada niatan jahat, kok."

Wanita itu mengerjap, menatap North dengan sorot mata cemas yang mendadak. "Ya ampun, Nak! Wajah kamu luka, mau saya obatin?"

"IH NDA JANGAN MODUS, DEH!" Lentera mendelik, melipat kedua tangannya di depan dada.

North tersenyum, ternyata ibu dan anak sama saja tingkahnya. Ya, buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya.

"Maaf Tante, tadi ada urusan sebentar sama Lentera." Zilos mengeluarkan suaranya. Walaupun terkesan cuek tanpa nada, namun wanita di hadapannya tampak tidak peduli dan lebih mementingkan nada suara Zilos yang entah mengapa tampak tak asing.

Hera mengangguk-ngangguk. "Gak papa, Nak. Kalian mau mampir dulu ke sini?"

"Bundaa." Lentera meraih lengan Hera dan berbisik. "Mending usir aja, Nda. Lihat, dia udah ubah penampilan Lele."

North terkekeh mendengar Lentera dan juga Hera yang kini kembali berdebat, lantas ia berdeham meminta perhatian. "Gak papa, Tante, kami pulang aja. Ini udah mau malam. Kami pamit ya, Tante."

"Ya sudah, Nak. Hati-hati di jalan." Hera menanggapinya dengan senyuman. Matanya tak lepas dari sepuluh motor yang kini pergi menjauh.

Hera jadi mengernyit. Sepuluh?

🦇

Apa yang terjadi akhir-akhir ini pada sosok Lentera Matahari benar-benar di luar dugaan. Bagaimana bisa dirinya masuk ke dalam kelas Z-1, bertemu sepuluh lelaki cerdas dan mereka dengan seenaknya mengubah penampilan Lentera saat ini.

Walaupun Lentera sangat lama dalam berpikir dan mencerna sesuatu, tapi ini benar-benar tidak bisa masuk dalam logikanya. Tidak bisa dimengerti.

"Lele, tadi siapa? Dari satu ke dua dulu dong, kamu rakus banget langsung ambil sepuluh."

Lentera menatap bundanya sejenak. Hera ini memang kadang-kadang pemikirannya patut dipertanyakan, walau sebenarnya Hera adalah bundanya, tapi Lentera tetap saja terheran-heran.

ZWARTWhere stories live. Discover now