Part 04

68.7K 2.5K 6
                                    

Ke esokan paginya Arabella tidak melaksanakan salat subuh berjamaah sehingga ia mendapat hukuman.

'Di hukum tapi peduli,' batin Arabella dengan tersenyum.

"Hukumannya sudah selesai! Sekarang Arab ikut saya ke ndalem." Arabella bingung kenapa di suruh ke ndalem oleh Gus Agam.

"Kenapa ke ndalem? Ara masih ada kelas,"

"Nanti saya yang bicara, ikut aja!" Arabella mengangguk dan mengikuti Gus Agam dari belakang.

>><<

"Assalamualaikum!" salam mereka berdua memasuki ndalem.

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, kalian udah dateng?" lantas mereka berdua mengangguk.

"Mak, kenapa Ara di suruh kesini sama Gus Agam?" tanya Arabella to the point.

"Mak yang nyuruh, tolong kalian berdua belanja ke pasar untuk kebutuhan Pondok karena yang biasa belanja lagi pulang dulu,"

"Tapi kalian gak berdua, di temenin Ning Syakil,"

"Iya Ummi,"

"Iya Mak," balas mereka secara barengan.

'Kenapa jadi seperti ini? Ara males harus berduaan sama Gus Agam, meskipun ada Ning Syakil juga tetap gak mood,' batin Arabella.

"Ini list belanjaannya," Mak nyai memberikan list belanjaan yang begitu banyak membuat Arabella melototkan matanya.

"Mak gak salah? Sebanyak ini?" Mak Nyai mengangguk.

Untuk Gus Agam dia tidak berbicara walaupun dia ingin menolak, tapi jawabannya tetap sama harus ikut.

"Syakil!"

"Iya Ummi?" Ning syakil keluar dan umur Ning Syakil baru 13 tahun

"Kamu temenin kak Ara dan Mas Agam untuk belanja ke pasar,"

"Siap laksanakan, Ummi!" Ning Syakil memberi hormat kepada sang Ummi membuatnya terkekeh.

"Ayo, Kak!" Ning Syakil menarik lengan Arabella yang masih berdiam di tempat.

Arabella pasrah lengannya di tarik oleh Ning Syakil. "Kalau gitu Agam pamit, Assalamualaikum,"

"Wa'alaikumsalam, hati-hati!" Agam mengangguk dan menyusul dua bocah yang sama bar-barnya ketika di satukan membuatnya pusing tujuh keliling.

>><<

Ketika akan memasuki mobil milik Gus Agam banyak pasang mata melihat ke arahnya dengan tatapan yang tak suka.

"Si Ara pasti caper lagi,"

"Bukannya kita yang di suruh malah si Ara yang kurang adab," begitulah para santriwati yang gak suka dengan kehadiran Arabella dekat dengan Gus Agam.

Terdengar samar oleh Arabella tetapi ia tak peduli apa pun itu yang di bicarakan mau baik atau buruk.

'Sesak melihatnya, mungkin memang bukan aku jodohnya,' batin seseorang sembari memegang dadanya yang sesak melihat Arabella dengan Gus Agam jalan berduaan, padahal bertiga.

"Jangan khawatir, kebahagiaan mereka berdua hanya sementara," ucap seseorang sembari menepuk pundak yang tadi membantin dan terus menatap dua insan yang debat saat akan masuk mobil.

Arabella berdebat dengan Gus Agam karena ia lupa menyimpan di mana list catatan belanjaan.

"Kamu simpen dimana? Kalau Ummi tau bisa-bisa kamu kena omel," tutur Gus Agam menakuti Arabella.

"Mending kena omel,"

"Ini Gus! Ara nyimpen di saku gamis," lanjut Arabella membuat Gus Agam rasanya ingin mencabik wajah Arabella.

"Saya sudah bilang dari tadi, cek dulu saku gamisnya. Kamu gak denger,"

"Syakil pegel ngedenger perdebatan antara kalian, bisa gak sekali gak debat?" ujar Ning Syakil dengan jengah.

"Bisa!" ucapnya dengan barengan dan menoleh ke arah Ning Syakil yang sudah duduk.

"Kalau bisa, ya lakuin!"

"Udah Kakak lakuin, tapi Gus Agam sendiri yang nyebelin,"

"Saya yang darah tinggi setiap hari harus ngehukum kamu,"

"Itu sudah kewajiban Gus dong,"

"Iya itu sudah kewajiban saya, tapi gak setiap hari juga." tekan Gus Agam.

"Bodo amat."

"Pliss, Syakil pusing ngedengernya! Mending Mas masuk mobil dan Kak Ara juga masuk," tutur Ning Syakil.

Mereka berdua pun memasuki mobil dengan tatapan penuh kekesalan, apalagi Gus Agam dengan wajah galaknya ia tampilkan.

Di perjalanan menuju pasar Arabella dan Ning Syakil saling bercerita mereka berdua duduk di kursi belakang.

"Kak, aku boleh manggilnya Mbak ke Makak?"

"Boleh banget!" antusias Ara sembari mengusap kepala Ning Syakil.

"Mbak jangan di berantakin kerudung Syakil!" kesal Ning Syakil.

"Hehe, maaf Mbak gak sengaja," Ning Syakil mengangguk tersenyum.

"Sini biar Mbak yang benerin kerudungnya," ucap Arabella dan Ning Syakil pun mendekat ke arah Arabella.

"Udah,"

"Makasih mbak,"

"Sama-sama Ning."

"Mbak!"

"Iya Ning?"

"Gimana kalau kita nyayi? Bosen juga, apalagi pasar masih jauh,"

"Ayo!"

"Satu, dua, tiga!"

"Busyrô lanâ nilnâl munâ Zâlal ‘anâ wa falhanâ,"

"Waddahru anjaza wa’dahu Wal bisyru adlhâ mu’lanâ"

"Yâ nafsu thîbî billiqô, Yâ 'ainu qorrî a'yunâ,"

"Hâdzâ jamâlul Mushthofâ, Anwâruhu lâ hat lanâ," mereka berdua menyanyikan dengan suara merdunya masing-masing.

"Arab!"

Arabella yang sedang bernyayi mendadak berhenti. "Apa Gus?" tanyanya.

"Kalau di pondok masuk tim hadroh putri, mau gak?"

"Bukannya sudah full?" bingung Arabella.

"Vocalisnya kemarin yang satu ngundurin diri dan masih nyari penggantinya. Jika kamu mau, bisa saya pertimbangkan bersama Mas Andri,"

"Kenapa gak Ning Syakil aja? Ara males,"

"Saya nawarin kamu, bukan Syakil. Arabb,"

"Okey, Ara mau!"

"Ya udah, lanjutin lagi shalawatnya." kata Gus Agam dan Arabella mengangguk melanjutkan nyanyinya dengan Ning Syakil.

Saking enak di dengarnya membuat Gus Agam tidak fokus bahwa pasar sudah terlewat.

"Astagfirullah Mas, pasarnya udah kelewat," pekik Ning Syakil.

Gus Agam beristigfar dan membalikan arah untuk ke pasar.

22 Maret 2024
Revisi: 12 April 2024

JODOHKU GUS GALAKWhere stories live. Discover now