Part 33

43.7K 1.5K 15
                                    

Orang yang melayat silih berganti sampai pagi hari.

Plak!

Satu tamparan mengenai pipi Arabella dari kakak perempuannya yang sengaja mempercepat perpulangan.

Arabella hanya tersenyum tipis ke arah Kirana dan dia berlalu masuk ke dalam rumah.

Grepp!

Tiba-tiba ada yang memeluknya dengan di elus pucuk kepala Arabella dengan perlahan.

"Kakak?" cicit Arabella.

Nando mengulas senyumnya ke arah adiknya. "Kakak, tau Ara kuat. Ara bisa ngelewati semuanya, sabar ya!" ucap Nando dan Arabella mengangguk.

"Tera!" panggil anak kecil yang bernama Nina, tidak lain anak Nando yang menyebutnya Tante Ara namun di singkat jadi Tera.

Arabella bejongkok menyamakan tubuhnya dengan Nina. "Tera jangan sedihnya, Oma pasti sedih kalau liat Tera sedih." ujar Nina se akan-akan mengerti.

"Kakak masuk dulu ya!"

>><<

Pemakaman berjalan dengan lancar hingga pada akhirnya berdo'a bersama, semuanya sudah pulang termasuk Idris, Nando, Tyas, Kirana hanya menyisakan Arabella yang di temani Gus Agam.

"Mah, Ara ikhlas jika harus di benci lagi. Tapi, Ara mungkin gak akan sekuat kemarin saat Mamah masih ada," lirihnya sembari mengelus nisan.

"Ra, pulang yuk!" ajak Gus Agam.

"Jika Gus ingin pulang ya silahkan, Ara gak maksa untuk di temani!"

Gus Agam yang marah mencoba menahannya karena suasana sedang tidak baik.

Setelah lama di pemakaman Arabella memutuskan pulang ke pondok dengan Gus Agam.

Gus Agam tidak banyak bicara, apalagi dengan Arabella tidak membuka suara sama sekali.

>><<

Sesampai di pondok Arabella langsung ke kamar, di susul Gus Agam guna menenangkan.

Dugaan Gus Agam salah Arabella tidak menangis melainkan duduk di pinggir kasur dengan tatapan kosong.

Grepp!

Gus Agam memeluk Arabella dan terasa sebuah getaran dari tubuh Arabella walau tidak menangis.

"Nangislah jika membuatmu tenang, jangan di tahan!" tutur Gus Agam dan Arabella baru membalas pelukan itu dengan melingkarkan tangannya di perut Gus Agam.

Tiba-tiba terlintas di pikiran Arabella adalah sebuah makanan. "Gus, Ara pengen bubur." sontak Gus Agam beristigfar karena dalam keadaan seperti ini masih ingat bubur.

"Mau saya buatin hmm?"

"Boleh, tapi jangan pake kecap." Gus Agam mengangguk.

"Pelukannya lepas dulu ya!" Arabella menggeleng.

"Saya gimana bikin buburnya kalau gini?" ujar Gus Agam mencoba menahan kesabarannya yang setipis tisu.

"Entah, Ara juga gak tau," ucap Arabella dengan enteng.

>><<

Setelah membujuk Arabella akhirnya Gus Agam sudah berada di dapur untuk membuat bubur.

"Ini gimana bikin buburnya?" gumam Gus Agam sudah mencuci berasnya.

"Syakil!"

Yang di panggil pun menoleh dan menghampiri. "Kulan Mas?" jawabnya.

"Tutor bikin bubur gimana?"

"Kalau gak bisa bikin bubur, gak usah nikah." celetuk Ning Syakil.

"Banyakin airnya aja Mas," Gus Agam mengangguk dan mengisi air ke panci.

"Gini bukan?" ucap Gus Agam memperlihatkan panci yang sudah terpenuhi dengan air.

"Astagfirullah Gus, gak gitu juga airnya sampe meleber!" pekik Arabella menghampiri Ning Syakil dan Gus Agam.

"Mas, Syakil ke kamar." ujar Ning Syakil tak melirik Arabella sedikit pun.

Arabella tersenyum tipis melihatnya karena di pastikan Ning Syakil gak suka Mak Nyai di penjara dan Arabella mengerti itu.

>><<

"Gus nanti Ara coba ngomong sama Andra untuk mencabut tuntunan itu," ucap Arabella sudah selesai memakan bubur yang banyak drama.

"Saya terserah kamu dan saya hanya mengikuti gimana baiknya."

"Ara ke kamar Ning Syakil dulu!" Arabella berdiri dan langsung di cekal lengannya oleh Gus Agam.

"Nanti saya yang bicara kamu tidur saja atau mau ke asrama silahkan."

"Pokonya Ara mau ketemu Ning Syakil, minta maaf."

Gus Agam dan Arabella pergi ke kamar Ning Syakil. "Mas, boleh masuk?" ujarnya dari luar.

"Buka aja!"

Ceklek!

Gus Agam kaget saat melihat Ning Syakil menangis.

"Kenapa?"

"Mbak Ara jahat udah buat Ummi masuk penjara." tekan Ning Syakil.

>><<

Ke esokannya Arabella mencoba menemui Andra di sebuah Cafe dan di temani Gus Agam.

Mereka berdua langsung duduk. "Jika gak penting lebih baik kalian berdua pulang." ucap Andra.

"Dra, tunggu sebentar!" Arabella mencoba mencekal lengan Andra yang berlenggak pergi.

"Sampai kapan pun saya gak akan mencabut tuntutan itu!" tegas Andra mencoba melepaskan tangan Arabella.

"Ya sudah, Ara gak akan maksa Andra," Andra mendengarnya tersenyum tipis dan berbalik mengelus pucuk kepala Arabella.

Andra pun pergi meninggalkan Gus Agam dan Arabella di sebuah Cafe. "Jangan lupa bayar minuman saya!" teriaknya dan Arabella memutar bola mata malas.

>><<

Setelah dari Cafe mereka berdua menyempatkan untuk ke kantor polisi menjenguk Mak Nyai beserta yang lain.

Sesampai di sana mereka langsung di persilahkan oleh polisi dengan di beri waktu 15 menit.

"Um--"

"Jangan panggil saya dengan sebutan Ummi." potong Mak Nyai dan Arabella mengangguk.

"Ummi gimana kabarnya?" tanya Gus Agam.

"Mungkin bisa lihat sendiri!"

"Gus, tolong Ayla keluar dari sini. Ayla janji gak akan ganggu lagi kemarin di suruh Ummi, Ayla minta maaf." beritahu Ning Ayla.

"Bener saya juga,"

"Saya juga."

"Minta maaf jangan ke saya tapi ke Ara karena Ara yang telah kalian sakiti!"

"Ogah." ucap serempak mereka.

"Ra, pulang!" ajak Gus Agam.

"Ara minta maaf karena gak bisa ngeluarin kalian, semoga segera mendapat hidayah. Ara pamit, assalamu'alaikum!" tutur Arabella.

Mereka berdua pun pergi dari kantor polisi dengan cepat para polisi memasukan lagi mereka berempat ke dalam penjara.

Arabella memilih ke pemakaman terlebih dahulu untuk berziarah ke orang tua kandung nya dan Wina.

"Arab kita sudah sampai!" ucap Gus Agam dan tidak ada sahutan dari Arabella.

Gus Agam mengusap wajahnya dengan kasar. "Astagfirullah tidur," ucapnya coba menepuk pipi Arabella untuk bangun.

"Hmm?"

"Udah sampe, mau di gendong?"

Arabella memutar bola malas. "Modus,"

JODOHKU GUS GALAKWhere stories live. Discover now