Part 15

55.5K 1.9K 9
                                    

Setelah mengantarkan rambutan ke rumah pamannya Gus Agam langsung menemui Arabella yang sedang merapikan baju untuk di masukkan ke lemari yang ada di kamar Gus Agam.

"Assalamu'alaikum!" salam Gus Agam.

"Wa'alaikumsalam."

"Ngeberesinnya sudah selesai?"

"Udah dan pasti Gus nagih setoran kan?" tebak Arabella sembari menutup lemari karena semuanya sudah beres.

"Iya, saya nagih setoran."

"Berapa ayat?"

"50 ayat!" kata Gus Agam dan Arabella mengangguk setelah itu ia mengucap ta'awudz dan basmalah untuk memulai membaca ayat suci al qur'an.

Tidak ada yang salah dalam makhrojul hurufnya sehingga Gus Agam hanya berdiam mendengarkan, setelah semuanya selesai Arabella kembali lagi ke asrama.

>><<

Setelah dari ndalem Arabella langsung ke asrama dengan santai sembari mengayunkan-ngayunkan tangannya saat berjalan.

"Arabella Wiraguna, seorang santriwati yang nakal dan juga seorang gadis yang tidak pedulikan sama sekali oleh orang tuanya. Hidupnya penuh duka tanpa suka," ucap seorang wanita sembari mengelilingi Arabella yang berdiam bingung.

'Kesambet apaan ni manusia?' batin Arabella.

"Sebenarnya saya dengan keluarga saya tidak sudi punya keluarga yang sangat obsesi dengan dunia bukan akhirat," ujar Ustadzah Nisa yang sedari tadi terus mengomel.

"Tante Wina dan Om Idris itu kerja buat nutupin utang almarhum kedua orang tua kamu,"

Arabella tidak bisa diam ketika kedua orang tuanya sudah di fitnah padahal jauh dari kata fakta apa yang di ucapkan oleh Ustadzah Nisa.

"Ustadzah Nisa, Umma dan Abba itu gak punya hutang. Jadi jangan nyebar berita hoax, gak percaya? Tanya aja sama Kak Nando."

"Udahlah ngomong, orang tua kandung kamu itu miskin, kere dan bodo sampe pernah di tipu."

Byurr!

Santriwati yang sedang melewatdi sana syok karena Arabella dengan berani menumpahkan ember yang berisi air bekas mengepel ke Ustadzah Nisa.

"Arabella," pekik Gus Agam menghampiri Arabella yang sedari tadi melihat kejadian

"Kamu berdiam di lapangan dan tunggu hukumannya dari saya!" Arabella mengangguk dan berlalu pergi dengan tatapan yang sangat kesal.

Arabella tidak peduli dengan dirinya yang selalu di caci, tapi ia tidak suka jika yang mencaci membawa nama kedua orang tuanya.

Di lapangan Arabella berdiam menunggu kehadiran Gus Agam yang lama sekali datangnya.

"Berdiri!" ucap Gus Agam baru datang sontak Arabella langsung berdiri dari posisi jongkoknya.

Gus Agam menatap Arabella dengan tatapan yang penuh amarah terlihat dari sorot matanya dan wajahnya yang memerah.

"Kamu tahu apa itu adab?" tanya Gus Agam.

"Tempe,"

"Arabella." tekan Gus Agam dengan amarah yang memuncak karena Arabella terus membuat dirinya kesal.

"Berdiri di sini sampai nanti adzan ashar dan satu lagi kamu harus mengepel semua kelas yang ada di sini,"

"Apalagi Gus? Atau sudah segitu doang?" tutur Arabella belum merasa cukup puas dengan hukumannya.

"Itu saja dan setelah semuanya selesai kamu langsung ke ndalem untuk minta maaf ke Ustdzah Nisa."

Membela dirinya sudah tidak ada gunanya dan lebih baik ia kerjakan hukumannya, daripada harus memperpanjang lagi pembicaraannya dengan Gus Agam.

"Iya Gus galak!" ujar Arabella menatap Gus Agam dengan tatapan yang tidak bersahabat.

>><<

Arabella berdiri di lapangan sembari murojaah hafalannya yang akan mencapai 30 juz dengan hampir satu jam ia berdiri.

Bukan tidak mengerti tentang adab, tapi Arabella ingin melihat seberapa sabar orang menghadapi sikap nakalnya.

"Ara belum siap pergi sebelum semuanya bahagia," gumam Arabella, entah mengapa ia bisa bergumam seperti itu.

"Allahu akbar, Allahu akbar,"

Suara Adzan ashar pun berkumandang dengan cepat Arabella pergi ke asrama untuk mengambil mukenanya.

>><<

Rea sudah dahulu berangkat ke masjidnya sehingga tinggal Tyas dan Arabella saja. "Kak, ngapain ngeguyur Ustadzah Nisa?" tanya Tyas saat berjalan untuk ke masjid.

"Kakak gak suka jika ada orang yang menghina atau memfitnah membawa nama orang tua,"

"Kak, aku percaya sama Kakak pasti Kakak ngelakuin ini karena Ustdzah Nisa yang duluan memulainya." ujar Tyas karena ia tahu Arabella sangat peduli sayang pada kedua orang tua walau ia sudah tidak di pedulikan.

"Makasih, adek. Kakak sayang ... Adek!" ucap Arabella langsung memeluk Tyas.

"Adek juga sayang Kakak."

Mereka berdua tak pernah berselisih paham atau bertengkar seperti hal umumnya adik kakak. Tapi, mereka saling mengayomi dengan sedikit candaan di dalamnya.

Salat ashar pun selesai dan Arabella langsung menuju ke kelas pertamanya yang ia akan pel.

"Ini bukan ngepel doang, ya sekalian nyapu dong," ucap Arabella sembari mengambil sapu saat sudah berada di kelas.

Menyapu sudah selesai tinggal mengepel dan saat akan mengepel Arabella lupa bahwa belum mengambil air.

Ia pun mengambil air untuk membasahi kain pel dan setelah semuanya selesai dengan waktu yang cukup lama karena ia membersihkan 10 kelas. Tapi, ia tak memperlihatkan bahwa dirinya capek atau terbebankan dengan hukuman.

>><<

Sesampai di ndalem Arabella duduk di samping Ustadzah Nisa dengan di hadapannya Abah Kyai dan Gus Agam.

"Ustadzah Nisa, Ara minta maaf," ucap Arabella dengan singkat.

"Saya sudah memaafkan kamu sebelum kamu minta maaf," balas Ustadzah Nisa menikmati perannya karena hanya berpura-pura untuk mendapatkan cap baik dari Gus Agam dan Abah Kyai.

"Kalau gitu Nisa pamit untuk ke asrama, assalamu'alaikum!" pamit Ustadzah Nisa sembari terus menatap Gus Agam.

"Bukan mahrom, Ustadzah. Gak baik ngeliatin Gus Agam sampai segitunya," celetuk Arabella membuat Ustadzah Nisa seperti maling yang ketahuan.

'Kalau bukan karena ada Gus Agam, saya sudah jambak kamu Arabella,' batin Ustadzah Nisa.

19 Maret 2024
Revisi: 19 April 2024

JODOHKU GUS GALAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang