2. Incredible Dinner

574 19 2
                                    

Di hari terakhir UAS, gue dan Nabil berencana nonton di Mall terdekat bersama ketiga Ncut kesayangannya. Untungnya film yang akan kita tonton masih satu jam lagi, kalau nggak gue udah panas dingin nungguin temen-temennya Nabil.

Kami menunggu di Chattime sambil membahas soal UAS hari ini. Kami memang hanya belajar bersama jika ada ujian dan pe-er penting. Karena menurut gue fungsi sahabat hanya dua, menghibur dan menjauhkan gue dari masalah.

"Filmnya belom mulai kan bro?" setengah jam kemudian, akhirnya personil Trio Ncutpun datang.

"Udah selesai." jawab gue kejam.

Raka menggelitik dagu gue, "Eleh, eleh... jangan marah-marah mulu dong Bu."

"Nggak usah pegang-pegang."

Oke, biar gue perkenalkan ketiga Ncut ini. Yang pertama Raka, dijuluki terganteng dan pujaan kamu hawa. Padahal menurut gue, gantengnya pas-pasan. Dia cuma putih, tinggi, bibirnya merah dan matanya bagus.

Kedua ada Fadel, dijuluki teralim dan terkalem, dia ngomong kalo perlu doang. Tapi menurut gue dia cool, cowok dingin tuh emang biasanya gitu. Tapi kata Kucel Fadel dulunya dixeleksia. Jadi terkadang, dia suka melakukkan hal-hal konyol tanpa disadari. Tapi gue nggak pernah percaya omongan Kucel.

Poor Fadel.

Yang terakhir adalah Axel, tapi dia biasa dipanggil Kucel karena-- menurut yang lain, wajahnya nggak imbang sama namanya. Tapi dia selalu bisa jadi Sule untuk kita. Yeah!

Tapi, walaupun mereka semua rada dungu, bisa dipastikan otak mereka lebih encer dari air. Soalnya, mereka bisa tahan berada di Kelas Akselerasi selama dua tahun. Sebuah pencapaian yang patut dibanggakan.

"Kemarin katanya lo kangen sama mereka nyuk," tukas Nabil ngeselin.

"Kan kemarin." sangkal gue.

Kucel mengunyah bubblenya nggak selow, "Gitu? Yaudah kita pulang."

Ketiga cowok didepan gue langsung membuat ancang-ancang ingin pergi. Fadel beneran kayak mau kabur, karena dia selalu membawa ransel besar kemanapun dia pergi, yang entah isinya apa.

Gue tersenyum licik, "Terserah sih kalo kalian mau pergi, tapi gue punya berita anget."

"Yaudah, gue nggak jadi pergi." tukas Raka.

Fadel kembali ke tempat duduknya.

"Gue juga kalo gitu." Kucel ikut-ikutan kembali duduk. Memang gampang mengelabui anak-anak labil.

Nabil menatap gue was-was, "Cerita apaan crot?"

Gue melirik Nabil sekilas, lalu memberi aba-aba untuk pada mendekat. Soal beginian, Kucel yang paling semangat.

"Ternyata Nabil nggak homo." gue menunjukkan senyuman kejam.

"Dalem banget lo," ucap Raka dengan bubble dimulutnya.

"Abisnya gue nggak pernah liat dia sama cewek." kata gue dengan polos.

Kucel menepuk-nepuk pundak Nabil, "Selamat ya bro. Harusnya kalian seneng dong, akhirnya kejombloannya segera berakhir."

Nabil yang sedari tadi menunjukkan tatapan ingin menggantung gue, akhirnya bicara. "Sembarangan aja lo pada. Dikibulin mau,"

"Gue nggak ngibul ye. Kalian tau Ica nggak? Temen SMP." ucap gue. "Eh, Marsha."

"Marissa," Koreksi Nabil. "Lo mau bikin gosip tentang gue sama tuh cewek?"

"Geer banget lau," Tukas gue.

The AuthorWhere stories live. Discover now