25. Tinker Bell

301 15 0
                                    

Lampu warna-warni menghiasi malam ini. Diantara pohon-pohon, bohlam-bohlam itu terlihat seperti tali yang terbelit namun Indah. Orang-orang segera berkerumun setiap kali sosis-sosis matang, membuat wangi barbeque yang bikin ketagihan.

Ini bukan pesta ulang-tahun, apalagi prom. Tapi ini bisa disebut dengan perayaan tak tertulis. Perayaan kebersamaan gue dan Evan yang kini sudah setuju untuk menjalankan hubungan kami sebagai sepasang yang tak lama lagi akan bertunangan.

Gue nggak menyebut kami sebagai pasangan, karena memang kami tidak menjalani hubungan untuk saat ini. Dan pertunangannya, akan diundur-undur menjadi tiga atau empat tahun lagi. Pernikahannya... lihat saja nanti.

Perayaan yang diadakan di Taman kecil Rumah Nabil, dihadiri oleh orang yang itu-itu saja, kecuali Evan dan kekuarganya. Walaupun tidak saling mengenal, Nyokapnya Nabil sengaja mengundang mereka untuk merayakan ini.

Om Andri segera meminta maaf soal perlakuan adiknya itu yang sudah kelewat batas, dan juga karena ini adalah pertama kalinya Om Andri dan Nyokap bertemu.

Dan secara empat mata, Nyokap dan Orangtuanya Evan mengakui kalau perjodohan ini memang dilakukkan karena kejadian yang dialami Tasya. Dan Orangtua Evan tidak ingin dia terus-menerus meratapi nasibnya sebagai orang yang kehilangan.

Gue mengerti itu, gue juga memiliki masa-masa sulit ketika Bokap meninggal. Dan satu hal yang pasti, gue dan Evan, kami sama-sama tidak ingin menjodohkan anak kami.

"Do'ain ya, sebentar lagi kita UN." ucap Raka ketika kami sedang menyerbu sosis yang dimasak Bokapnya Nabil.

"Nggak merasa perasaan kemarin gue masih nontonin Doraemon, sekarang udah kuliah aja." imbuh Kucel yang segera membuat kami tertawa.

Heran juga, mereka ini konyol tapi bisa sama-sama masuk kelas akselerasi. "Kalian masih tetep mau nongkrong nggak kalau udah kuliah? Jangan sombong ya mentang-mentang gue stay jadi anak SMA sampai tahun depan."

"Gue mah nggak gaul sama anak SMA nanti. Apa kata temen-temen gue?" gue segera meninju lengan Nabil saat itu juga.

"Kan sekarang lo udah punya Evan. Yang jagain lo kemanapun, udah kayak baby-sitter." tukas Kucel sambil melirik Evan, yang dilirik itu hanya nyengir-nyengir.

Gue mendesah. "Tapi masih lebih enak ngebabuin kalian daripada ngebabuin dia. Terus dia tuh nggak pernah ngelucu, nggak seru."

Evan segera menatap gue dengan tatapan sinis. Bisa saja dia melemparkan arang ke gue kalau dia bukan orang baik.

"Yaudah, mending sekarangbkalian belajar baik-baik." ucap gue mengalihkan topik. "Dua minggu lagi kan UN, terus libur tuh kalian. Traktirlah sebelum PTN. Biar berkah."

Ucapan itu disambut dengan ketidaksetujuan dari semua personil Trio Ncut. Nabil yang sudah biasa mentraktir hanya memasangkan wajah kalem yang jadi kelihatan sok ganteng.

Celotehan-celotehan mereka terhenti ketika Bokapnya Nabil berkata, "Kloter terakhir nih, jangan sampe kehabisan sosisnya." dan gue hanya duduk di ayunan karena kekenyangan.

Nabil emang kurang ajar, Bokapnya bakar-bakar dianya malah nyantai. Seenggaknya bantuin ngoles saos kek.

"Sebetulnya gue pengin jadiin ini kejitan. Tapi rasanya nggak cocok deh dibilang kejitan, karena lo pasti bakal kecewa." Nabil menghampiri gue, memegang tambang ayunan yang sudah rapuh.

"Kenapa?" Tanya gue, sambil memikirkan apa yang kira-kira bakal dia omongin.

"Gue udah didaftarin masuk University Of Melbourne. Gue udah diterima, tinggal tunggu hasil UAS aja."

The AuthorWhere stories live. Discover now