15. Dark Chocolate

303 15 1
                                    

Sejak Valentinus dipacung gara-gara tidak mematuhi aturan Claudius II, Ada sebuah perayaan yang sebetulnya agak aneh, maksudnya itu adalah hari kematian orang yang-- menurut gue, nggak patut dirayakan. Walaupun ada banyak banget versi.

Valentine.

Setiap tanggal 14, hampir seluruh orang di Dunia merayakannya. Pasti semuanya tahu soalnya ini, jadi gue nggak perlu repot-repot menjelaskannya. Katanya sih tanda kasih sayang, tapi sayangnya cuma pas lagi valentine doang gitu?

Kalau gue, merayakan valentine hanya supaya bisa mendapatkan diskon cokelat di supermarket. Gue bukan orang yang fanatik sama cokelat, tapi sesekali gue memakannya dan itu lumayan membantu kalau sedang stres.

Gue suka bentuk-bentuk cokelat yang lucu-lucu. Jadi setiap tahun, gue membelinya untuk dibagi-bagikan karena nggak mampu memakan semuanya. Tanpa maksud dan tujuan tertentu, biasanya gue ngasih secara acak dan didahulukan kepada perempuan(teman-teman gue) yang samasekali nggak mendapatkan Surat cinta atau cokelat dari para cowok. Cuma untuk menghibur mereka.

Kali ini, gue lagi malas hunting cokelat murah yang lucu-lucu. Kemarin tanpa sengaja membeli cokelat hitam yang nggak diskon, dan nggak berniat untuk memberikannya kepada siapapun.

Sudah gue duga, Sekolah bakal ramai dan banyak dekorasi pink-putih-- yang masih enak dipandang. Bukannya geer, tapi saat jam istirahat, gue mengecek loker kalau-kalau ada kiriman dari seseorang. Karena gue tahu orang itu bakal sakit hati kalau gue samasekali nggak mengambilnya.

Dari empat tahun yang gue jalani, setidaknya, paling sedikit gue mendapatkan dua surat. Saat gue membuka loker, hanya ada sebuah surat diatas tumpukan bunga dan cokelat-cokelat. Gue mengorek-ngorek isi loker dan tidak mendapatkan amplop lainnya.

Gue benci bunga, entah kenapa gue nggak pernah suka bau dan bentuknya yang norak. Seakan semua orang memakai simbol atau motif bunga. Jadi, gue membiarkannya di loker bahkan kalau bisa sampai membusuk. Karena gue malu untuk membawa dan membuangnya, itu terlalu besar.

Gue nggak pernah tahu siapa orang yang mengirim hadiah atau surat saat valentine. Murid di Sekolah ini termasuk sedikit, dan bisa gue pastikan kalau bahkan seniorpun kenal gue.

Semua cokelat, dan amplop tadi segera gue bawa ke Kelas. Tak ada seorangpun dikelas, mungkin mereka mendapatkan banyak sekali kartu dan cokelat yang ribet kalau dibaca di Kelas.

Gue membuka amplop putih tersebut. Nggak ada yang spesial, hanya amplop yang biasa dibeli untuk ngamplopin duit kondangan. Didalamnya juga hanya ada kertas bergaris, bekas robekan buku tulis, yang diatasnya tertulis seperti ini:

Hai Anindita,

Terimakasih sudah menjadi sahabat gue selama lebih dari 10 tahun.

-Tetangga sebelah Rumah :)

Gue tahu persis itu surat dari siapa. Dia pikir, gue bakal sedih karena nggak ada yang ngasih gue surat? jadi dia mengirimkannya ke gue, supaya gue terbang duluan.

Sudah dua minggu hubungan kami terputus. Dalam artian, gue sama sekali nggak ketemu Nabil diluar jam Sekolah. Paling kalau tidak sengaja berpapasan saat masuk Rumah. Rasanya sepi, walaupun Evan sudah sehat dan menemani gue kemana-mana. Tetap, semua itu rasanya berbeda.

Gue nggak nge-fly waktu tahu dapet surat walaupun hanya satu, tapi gue senang. Gue senang karena ternyata yang mengirim Nabil, gue senang walaupun dia bikinnya nggak niat, gue senang dia akhirnya bilang 'terima kasih' ke gue. Entah kenapa gue merasa kalau ternyata, dia masih memperhatikan gue.

The AuthorWhere stories live. Discover now