03

2K 432 34
                                    

Hana pov

Malam ini adalah acara syukuran kehamilan salah satu temen gue. Yaitu Solja, si bumil cerewet.

Jujur aja gue juga iri sama mereka-temen-temen gue-, ya gimana enggak. Mereka semua udah pada nikah, sementara gue? Masih betah dengan status jomblo yang melekat didiri ini. Kadang gue kesel, mereka selalu bilang kalo gue ini gak laku. Padahal mah bukan karena itu, ya gimana ya. Gue juga sadar umur gue udah agak tua, meskipun baru 24. Yakali umur segini gue masih mau pacaran? Udah lewat kali masa itu, aturan tuh sekarang gue udah punya hubungan yang lebih serius.

Bukan cuman sekedar pacaran, terus putus. Menurut  gue itu gak penting. Mending gue diem sambil nunggu yang terbaik dari Tuhan. Daripada pacar-pacaran, itu sama aja gue membuang waktu berharga gue yang seharusnya bisa gue gunain untuk hal yang lebih penting.

Mereka itu selalu ribet, terutama Jira, dia sering banget ngeledek gue. Mentang-mentang dia udah punya anak yang gemesin banget, jadi dia bisa dengan mudah ngeledek gue. Kan jadinya gue gak terima. Liat aja nanti kalo gue udah punya calon, gue bakalan pamer sama dia.

Acara syukuran Solja ini diadain dihalam belakang rumahnya. Cuman acara pesta biasa, karena acara adat udah dilewati tadi siang. Dan yang datang itu adalah keluarga besar Solja sama suaminya. Sementara gue, dan temen-temen gue yang lain gak bisa dateng karena kita masih banyak kerjaan. Dress yang gue pakai malam ini agak terbilang simpel, gak rempong kaya biasanya.

Setelah ketemu sama temen-temen gue yang lainnya, dan tentunya saja pastinya gue akan mendapatkan ledekan dari mereka semua

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah ketemu sama temen-temen gue yang lainnya, dan tentunya saja pastinya gue akan mendapatkan ledekan dari mereka semua. Gue pun memutuskan untuk pergi menjauh dari kerumunan dia orang. Capek gue diledekin mulu. Kesel gue dengernya, daripada gue misuh-misuh disini mending gue menghindar dari mereka.

Gue pun memutuskan untuk berkeliling disekitar halaman belakang rumah Solja, agak jauh dari tempat acara pesta emang. Dari jarak yang lumayan jauh, mata gue tiba-tiba menangkap siluet tubuh yang gue yakin itu adalah tubuh laki-laki.

Perawakannya tinggi dan agak terbilang kurus, mungkin karena kurang makan sehingga badannya terlihat kurus meskipun dalam jarak jauh seperti ini. Cahaya lampu taman juga lumayan berfungsi untuk membantu gue agar bisa melihat sosok itu agak jelas. Tapi tetap aja gue agak ngeri, karena gue mendengar suara tangisan bayi yang lumayan kencang. Pikiran mistis gue mulai melayang kemana-mana, teringat dengan mitos yang sering beredar saat gue masih kecil dulu.

Gue orangnya parnoan. Jadi gue berfikiran yang aneh-aneh, saat gue ingin berbalik. Telinga gue malah semakin mendengar suara tangisan bayi yang semakin kencang, dan juga sura cowok dewasa yang berusaha untuk memenangkan. Pada akhirnya, rasa penasaran gue yang buat gue membatalkan niat untuk pergi menjauh, dan malah berjalan mendekat kearah sosok yang tadi gue liat.

Rasa penasaran gue mengalahkan rasa takut gue saat ini.

"Ssstt, tenang dong sayang. Kamu mau apa si??" Suara itu terdengar frustasi.

Sumpah, ini gue bener-bener penasaran. Dengan langkah pelan, gue pun meyakinkan diri gue. Bahwa sosok yang ada dihadapan gue ini bukan setan. Ataupun sejenisnya lah. Dan untungnya bukan setan karena kakinya nampak ketanah. Tanpa sadar gue menghela nafas lega.

"Permisi?" Ujar gue saat gue udah berdiri tepat dibelakang sosok itu. Dan suara tangisan bayi makin jelas terdengar.

Orang itu gak noleh. Keadaan bener-bener sepi. Dan itu buat gue tambah takut. Sial, kaya gini caranya mending gue kabur aja.

"Permisi?" Ujar gue lagi. Dan akhirnya orang itu langsung menoleh. Dan gue bener-bener terkejut.

Gue langsung melongo kaget saat melihat sosok yang ada dihadapan gue. Begitu juga dengan orang yang ada dihapan gue ini.

"Hana?"panggil orang itu kaget.

Gue tersenyum kikkuk, kemudian mata gue melirik kearah badan sosok tersebut. Disitu ada seseorang anak kecil yang usianya belum ada satu tahun. Didalam dekapan lelaki yang umurnya lebih tua dari gue.

"Mas Jonghyun, kesini juga?" Tanya gue dengan agak pelan.

Mas Jonghyun mengangguk, kemudian tangannya bergerak naik-turun. Seperti gerakan menimang.

"Nico kenapa mas?" Tanya gue penasaran

Iya, dia adalah Kim Jonghyun. Suami dari sahabat gue, yaitu Jira. Dan Nico itu anak mereka. Dan yang buat aneh adalah, gue enggak deket sama Jonghyun. Beda sama suami temen-temen gue yang lainnya. Bahkan gue udah mereka anggep kaya adek. Sementara sama mas Jonghyun? Halah, boro-boro ngobrol berdua kek gini. Ketemuan aja jarang.

"Gak tau. Dia dari tadi rewel, kenapa ya Han?" Tanya mas Jonghyun yang membuat gue sedikit bingung. Guepun enggak tahu penyebabnya apa, karena selama ini gue jarang mengurus bayi.

Dan juga, memang gue punya anak? Enggak kan

Entah kenapa, tiba-tiba tangan gue bergerak terulur kearah Nico. Yang buat mas Jonghyun menatap gue dengan bingung. Mungkin takut gue akan melakukan hal aneh.

Gue menghela nafas. "Sini, biar aku coba yang gendong" tawar gue. Dan langsung diangguki oleh mas Jonghyun.

Dengan perlahan, mas Jonghyun pun mulai bergerak meletakan tubuh mungil Nico didalam dekapan gue. Dan sekarang gue agak bersyukur karena gue pakai dress yang gak ada pernak-perniknya. Jadi gak akan buat Nico kesakitan atau risih, karena kulit Nico masih sensitif banget.

Tangan gue pun bergerak untuk mengusak pelan punggung kecil Nico, padahal gue gak pernah ngurusin hal berginian. Bahkan gue gak pernah gendong bayi. Tapi kok sekarang gue bisa? Malah sekarang tangisan Nico udah mereda.

Mas Jonghyun pun langsung menantap gue dengan tatapan bingung. Mungkin kaget karena tangisan Nico yang berhenti secara tiba-tiba.

"Kok diem?" Tanya mas Jonghyun bingung.

Gue hanya menggeleng, karena gak tahu apa jawabannya, secara refleks gue langsung berusaha untuk melihat wajah Nico yang letaknya memang ada didada gue. Disitu gue merasa kasihan, karena gue melihat bibir Nico bergerak seperti gerakan mengemut sesuatu. Bibirnya juga terlihat agak kering.

"Kayaknya dia laper deh mas, mas bawa dot susunya?" Tanya gue. Mas Jonghyun pun mengangguk.

"Ada di mobil deh Han. Lupa buat saya turunin" jawab mas Jonghyun. Gue pun mengangguk mengerti.

"Yaudah kak, ini Nico nya kakak bawa ke mobil aja dulu. Lagian acaranya masih lama selesainya. Kasian juga kan Niconya" ucap gue.

Mas Jonghyun pun mengangguk setuju. Disaat gue mau menyerahkan kembali Nico sama kak Jonghyun, yang terjadi malah Nico nangis lagi. Dan itu buat gue bingung.

"Aduh kak ini gimana??" Tanya gue bingung.

"Yaudah kamu yang gendong aja. Daripada sama saya. Nanti Nico malah nangis lagi" ucap mas Jonghyun yang keliatannya santai banget. Kaya gak ada beban gitu.

Anjir? Apa dia bilang? Gue yang gendong? Gila, apa respon orang-orang kalo ngeliat gue jalan bareng kearah mobil sama mas Jonghyun?? Bisa disangka pelakor gue, terlebih yang gue pelakorin adalah suami Jira, sahabat gue sendiri.

"Kenapa? Kok diem?" Gue langsung menantap kearah mas Jonghyun, dan tersenyum kikkuk.

"Yaudah ayo. Kamu jalan disamping saya sini" ujar mas Jonghyun sambil menarik tangan gue. Dan mau gak mau gue pun nurut.

Yaampun, ini kenapa jantung gue malah deg-degan gak jelas si! Sumpah ya Hana, gue tau lo belum pernah pacaran setelah putus dari kak Chan 2 tahun yang lalu tapi jangan deg-degan sama suami orang juga dong!

Inget ya Hana! Jonghyun itu suami sahabat lo sendiri!!

---

Tbc

Republish yaa!!!

Baby Shower ; Kim Jonghyun✓Where stories live. Discover now