28

1.5K 334 62
                                    

Setelah selesai makan, Yanan memutuskan untuk segera pergi ketempat tujuan yang ternyata itu Disneyland. Sumpah gue bener-bener excited banget, karena emang gue jarang banget kesini. Dari tadi gue gak berhenti gandeng tangan Yanan. Ara juga kelihatan seneng. Setelah muter-muter, akhirnya gue memutuskan untuk naik bianglala. Ara masih berada dipangkuan Yanan. Dan guepun mengarahkan kamera ponsel gue untuk memotret keduanya.

Andai ayahnya Ara tahu kalo Ara udah lahir, mungkin kebahagiaan gue bakalan lengkap kali ini.

Setelah turun dari bianglala, Ara minta diturunin. Sebenarnya gue gak mau, karena selain Ara belum bisa jalan dengan lancar. Disini juga ramai, gue takut Ara jatuh. Akhirnya Yanan memutuskan untuk membawa Ara ketempat yang sedikit sepi.

"Sakura sama Yure apakabarnya, Nan?"tanya gue yang membuat Yanan menoleh kearah gue.

"Masih betah dirumah omanya, padahal aku kangen banget sama Yure"jawab Yanan yang membuat gue terkekeh.

"Lagian kamu gaya, bukannya ikut Sakura pergi ke Las Vegas malah milih buat disini. Ya jadi salah kamu sendirilah"balas gue yang buat Yanan menggerutu kesal.

"Kalau aku pergi ikut sama mereka, nanti kamu sama Ara gak ada yang jagain Han. Setidaknya disana Yure punya paman, ada adik Sakura yang bakalan jagain dia. Lah kamu? Kamu disini gak ada siapa-siapa lagi selain aku, sama Sakura"ucapan Yanan itu membuat gue terenyuh.

Gue bener-bener gak bisa berkata-kata lagi.

"Yanan, makasih ya. Kalau gak ada kamu. Aku gak tahu bisa bertahan sama Ara atau enggak"ujar gue tulus.

Sementara Yanan mengelus rambut gue perlahan. Menatap mata gue dengan lembut.

"Kamu udah aku anggap kaya adik aku sendiri. Jangan bilang kaya gitu Han, aku malah seneng karena Yure punya temen main"Balas Yanan.

Balasan dari Yanan itu buat gue langsung memeluk dia. Andai gue jatuh cintanya sama dia, mungkin gue udah bahagia sekarang. Dan buat kalian yang berfikiran Yanan itu suami gue. Jawabnya enggak, dia bukan suami gue. Dia cuman tetangga depan apartment gue yang kasihan ngelihat gue karena posisinya waktu itu gue lagi hamil, dan tinggal sendirian sehingga dia menawarkan bantuan kepada gue yang saat itu bener-bener ngerasa homesick banget. Pergi jauh banget dari Bunda, dan keadaan gue yang lagi hamil muda buat gue bener-bener ngerasa kangen sama suasana rumah.

Tenang, dia udah punya istri sama anak yang usianya beda beberapa bulan dibawah Ara. Dan anak, sama istrinya lagi pergi kerumah orang tuanya sehingga tinggal Yanan sama gue dan tentunya juga Ara diapartement karena Yanan menolak untuk pergi, dan gue pun gak bisa ikut karena pekerjaan gue disini banyak. Terlebih gue harus mengerjakan beberapa desain yang harus gue kirim kepada Lisa nantinya agar mereka dan anak buah gue yang lainnya kerjain.

Gue gak jadi pelakor lagi, bagi gue pengalaman 2 tahun yang lalu itu buat gue belajar. Meskipun sampai sekarang gue gak bisa move on dari kak Jonghyun, setidaknya gue gak mau ganggu dia lagi. Selama gue di Jepang keberadaan gue sama ayah, dan bunda ditutupin. Nomer gue dulu dinonaktifkan, beberapa media sosial terpaksa gue ganti karena gue gak mau terima caci makian dari Jira untuk gue.

Persahabatan gue ancur, Jira masih suka ngejelekin gue. Dan mutusin buat keluar dari grup. Mira, dan Solja juga ikutan marah. Cuman yang enggak itu Nara, dia selalu support gue. Tapi gue bersyukur setidaknya gue punya Ara, dan Yanan yang selalu buat gue semangat serta Sakura dan juga Yure yang bisa jadi moodboster gue karena mereka bener-bener gemesin.

Sakura, dan Yanan banyak ngebantu banget. Malah sakura yang maksa gue untuk pindah bareng dia, jadi apartemen kami dijual. Dan kami membeli apartemen yang lebih luas lagi. Pokoknya gue bener-bener bersyukur banget bisa ketemu sama mereka di sini. Gak bisa bayangin kalau gue gak ketemu sama Yanan sebelumnya, mungkin gue udah masuk kedalam rumah sakit jiwa karena depresi.

Ara itu memang anak gue, dan untuk ayahnya. Gue harap kalian tahu, gue gak pernah ngasih tahu sama mereka tentang kehamilan gue, bahkan soal Ara. Cukup gue aja yang dihina, anak gue jangan. Gue bener-bener gak akan terima sampai itu terjadi.

Sakit banget rasanya ngeliat Jira yang ngata-ngatain anak gue. Iya gue tahu, Ara itu  anak gue sama suaminya. Tapi gak sepantasnyakan dia ngatain Ara anak haram? Hei, yang haram itu cara buatnya. Ara tetep aja bayi yang gak punya dosa. Dia masih kecil, tahu apa soal dosa-dosa yang pernah bundanya lakuin.

Apa definisi anak haram itu karena cara pembuatannya? Enggakkan? Gue gak ngebuang Ara, gue rawat dia. Meskipun sendiri, tapi nyatanya gue bisa buat Ara seneng. Lagipula selama ini gue gak pernah minta buat kak Jonghyun tanggung jawab. Setidaknya jangan hujat anak gue, dan silahkan untuk menghujat gue tapi tidak dengan anak gue.

"Han!" Gue refleks langsung menoleh kearah Yanan yang sudah berjalan dihadapan gue.

"Apa?"tanya gue

Yanan menunjuk sesuatu dibawah gue. Membuat gue langsung menunduk, menatap bandana bayi milik Ara terjatuh.

"Ambil itu"

Gue mendengus, kemudian menundukkan tubuh gue untuk mengambil bandana tersebut. Setelah itu, gue langsung menegangkan tubuh gue.

"Ini ayo bu—"ucapan gue terhenti saat rentina mata gue terpaku pada sosok yang berada dibelakang tubuh Yanan

Seseorang yang mau banget gue hindarin. Orang yang buat gue jadi cewek murahan, dan orang yang buat Ara lahir ke dunia ini. Orang yang menjadi sumber kesakitan gue hadir disini, disekian banyak tempat kenapa harus disini? Disaat gue mau menghabiskan waktu dengan bahagia tapi kenapa harus ketemu sama dia?

Kak Jonghyun, berdiri tepat dibelakang Yanan yang lagi menatap gue dengan pandangan penuh tanya miliknya.

Tatapan yang gak bisa gue artikan.

"Han"

"Hana"

---
Tbc

Iaiaia

Happy or sad?

Baby Shower ; Kim Jonghyun✓Where stories live. Discover now