31.c

1.8K 333 62
                                    

"Han? Kok lo diem aja sih?" Suara Mingyu yang terdengar tepat ditelinga gue membuat gue sedikit tersentak.

Gue langsung menoleh kearah Mingyu yang kini berada disamping gue, atau lebih tepatnya duduk di kemudi. Sementara gue ada dikursi sebelahnya.

Gue menghela nafas, kemudian menggelengkan kepalanya. "Gak papa, ayo buruan jalan. Anak gue udah nungguin"jawab gue yang langsung diangguki oleh Mingyu.

Jujur aja ucapan Jira terus berputar diotak gue, maksudnya Jira udah pisah sama kak Jonghyun? Tapi kenapa? Disaat gue mau tanya sama Jira, Yanan malah nelfon dan bilang Ara nangis nyariin gue. Dan itu buat gue langsung cepet-cepet minta Mingyu buat nganterin gue balik. Beruntung Nico gak nangis waktu gue tinggal, buat gue sedikit. Eum, bersyukur karena gak harus ninggalin Nico dengan keadaan nangis-nangis. Kalau misalkan Nico juga nangis karena gue tinggal, mungkin gue bener-bener frustasi.

Selama perjalanan, gue cuman menatap kearah jendela. Membiarkan musik mengalun, tanpa membalas pertanyaan yang dilontarkan oleh Mingyu. Otak gue masih terpenuhi oleh kata-kata Jira. Seolah tak tahan, tiba-tiba mulut gue bergerak sendiri.

"Gyu, kak Jonghyun sama Jira udah pisah?"tanya gue langsung.

Membuat Mingyu sedikit tersentak. Ia menatap gue sekilas sebelum akhirnya kembali fokus kearah jalanan.

"Lo tau dari siapa?"tanya Mingyu yang buat gue mengernyit.

Lah? Tau apaan? Masa iya dia gak tahu? Bohong banget ini.

"Apaan sih Gyu? Kan gue tanya, masa lo balik tanya gini"sewot gue sambil mendengus sebal.

Mingyu menghela nafas, "Iya"jawabnya yang buat gue bingung.

Iya apaan sih? Mingyu emang minta di selepet nih.

"Iya apaan Gyu! Jawab yang bener elah"sewot gue lagi.

Mingyu melirik kearah gue dengan kesal. "Iya Hana! Mereka berdua dah cere! Puas lo!"balas Mingyu gak kalah sewot.

Gue menganggukkan kepala, ehhhhh. Tunggu-tunggu, apa katanya? Cerai? Serius??

"Hah? Sumpah??? Cerai??"tanya gus lagi.

Mingyu menganggukkan kepalanya yang membuat gue shock. Really? Jesus Christ, gue bener-bener merasa berdosa sekarang.

"Kok bisa sih Gyu? Gara-gara gue ya?"tanya gue lagi.

Perasaan bersalah ini kembali hadir, membuat gue kembali benar-benar merasa bersalah terhadap kak Jonghyun, dan juga Jira.

"Well, gak bisa dibilang sepenuhnya salah lo. Toh kalian bertiga salah, tapi gara-gara lo. Bang Jonghyun jadi tau siapa pemilik hatinya yang sebenarnya"jawab Mingyu.

Gue menghela nafas panjang, "Andai gue gak masuk kedalam kehidupannya kak Jonghyun"lirih gue.

Mingyu melirik kearah gue, "Percuma lo mau nyesel. Semuanya udah terjadi, beribu-ribu kata andai pun gak akan bisa balikin keadaan seperti semula. Nyesel lo gak ada gunanya, Han"ujar Mingyu yang membuat hati gue merasakan sakit.

Ini bocah jadi bijak banget sih, tumben. Biasanya juga bobrok, hhhh waktu emang bisa merubah semuanya. Bahkan Mingyu pun bisa ikut berubah.

"Ya emang dari awal mereka deket karena perjodohan, mau bang Jonghyun berusaha cinta sama Jira kalo nyatanya hatinya buat lo ya percuma. Ibarat kata Kak Jonghyun berusaha buat gapai angin, padahal ada air yang bisa dia rasakan meskipun sama-sama gak bisa ia genggam"

"Jangan nyesel lagi, bukan salah lo kok. Ini semua kemauan kak Jonghyun"ujar Mingyu sambil mengusap rambut gue perlahan.

Gue menganggukkan kepala gue, kemudian mengalihkan pandangan gue kearah jendela. Menatap gedung-gedung tinggi yang berderet.

"Omong-omong, lo kenal sama suami lo kapan Han?"tanya Mingyu yang buat gue menatapnya bingung.

"18 bulan yang lalu"jawab gue.

Mingyu menganggukkan kepalanya, "Nama anak lo siapa?"tanyanya lagi.

"Niara, biasa dipanggil Ara"jawab gue.

"Umurnya berapa?"

Banyak tanya sumpah:(

"13 bulan Ming"jawab gue.

Kening Mingyu mengernyit, "Lah? Kalo umurnya 13 bulan? Berarti lo hamil 7 bulan gitu?"tanya Mingyu bingung.

Gue terkekeh, tak lama mobil Mingyu berhenti tepat didepan gedung apartemen gue.

"Yakali, anak gue lahir normal. Pas hamil 9 bulan 7 hari, lagi pula gue gak ada suami Gyu"jawab gue sambil melepaskan seatbelt.

Mingyu terdiam ditempatnya.

"Makasih ya Gyu tumpangannya, kalo lo mau. Lo bisa main kesini"ucap gue yang langsung membuka pintu mobil.

Mingyu menoleh kearah gue, kemudian ia menganggukkan kepalanya kaku. Setelah memastikan mobil Mingyu menjauh dari apartemen gue. Gue langsung masuk kedalam loby.


Malam ini cuman ada gue dan juga Ara didalam apartment. Yanan, sama Sakura pergi keluar. Sementara anak mereka—Yure—masih betah di rumah omanya. Dan bakalan mereka jemput Minggu depan. Awalnya Sakura ngajak gue, tapi gue nolak. Gue gak mau ganggu waktu mereka, gue sadar diri. Mereka berdua hampir 2 Minggu gak ketemu, dan gue gak mau ganggu mereka untuk bersenang-senang.

Dari tadi gue cuman duduk disofa sambil merhatiin Ara yang mencoba jalan dengan langkah tertatih. Ngurus Ara sendirian itu gak gampang, apalagi diumur Ara yang masih aktif-aktifnya. Buat gue bener-bener kewalahan. Ara tiba-tiba berlari kearah gue, membuat gue membelo.

"Ara! Jangan la—"ucapan gue terhenti karena Ara yang sudah terjatuh karena tersandung.

Membuat gue langsung bergegas menghampirinya dan menggendongnya. Dengan mimik wajah yang sudah mau nangis, gue mencoba untuk menenangkan Ara.

"Udah jangan nangis dong anak Bunda, gak papa. Karpetnya nakal, nanti kita pukul ya"ujar gue sambil menginjak-injak bagian karpet yang menjadi tempat Ara terjatuh.

Tiba-tiba bel apartment berbunyi, membuat gue langsung berjalan kearah pintu dan membukanya. Dan tentunya dengan masih menggendong Ara.

"Iya, nya—"ucapan gue terpotong karena tiba-tiba seseorang memeluk gue dengan erat.

Gue terdiam. Ara yang berada ditengah-tengah gue dan orang tersebut juga cuman diam sekaan bingung karena ada orang yang peluk dia.

"Tolong dilepasin dulu, anak saya gak bisa nafas"ujar gue sambil berusaha melepaskan pelukannya.

"Anak aku juga"bisik orang tersebut yang langsung membuat gue terdiam.

Suara ini.

Suara kak Jonghyun.

----
Tbc

B

ingung mau buat cerita tentang apa lagi

Baby Shower ; Kim Jonghyun✓Where stories live. Discover now