26

1.3K 307 38
                                    

Hana pov

Jujur aja, sekarang gue gak bisa berkata apa-apa lagi. Melihat sosok Jira berdiri dihadapan gue membuat gue sedikit takut. Ketakutan gue menjadi kenyataan, dan tentu aja gue gak siap untuk menghadapi hal ini.

"Pelacur!"

Gue menajamkan mata gue saat merasakan pipi kiri gue memanas. Perasaan perih, dan sakit menjadi satu. Gue membuka mata gue perlahan. Menatap Jira dengan pandangan sayu, gue gak bisa memberikan perlawanan. Karena sadar posisi gue disini, adalah gue yang salah.

"Jir-"ucapan gue terpotong saat Jira mendorong tubuh gue dengan kuat. Membuat gue terjatuh terduduk, didepan pintu apartement yang masih terbuka lebar.

Gue menatap Jira dengan pandangan takut, Jira berjalan mendekat kearah gue. Menatap gue dengan bengis. Sebelum akhirnya melayangkan sebuah tamparan dipipi kanan gue. Tanpa bisa gue cegah, air mata gue luruh. Rasanya benar-benar sakit, tapi hati gue jauh lebih sakit daripada tamparan yang diberikan oleh Jira.

"Dasar pelacur!"sentak Jira lagi sebelum ia menjambak rambut gue dengan kasar.

Gue memekik kencang, menahan rasa sakit dari kepala gue. Tangis gue semakin jadi. Rasanya beda saat gue di labrak mama Jira. Gue bener-bener ngerasa bersalah kali ini, dan ga berniat untuk melawan seperti yang gue lakukan kepada mama Jira.

"Lo apain suami gue hah!?"sentak Jira.

Tangannya bergerak untuk meraih wajah gue, mencengkram kuat dagu gue membuat gue meringis sakit.

Gue menggelengkan kepala gue dengan pelan. "Gue gak ngapa-ngapain"jawab gue pelan.

"Alah! Pasti lo guna-guna suami gue kan!"seru Jira sebelum akhirnya menampar pipi gue lagi. Untuk kesekian kalinya.

Jira menarik tubuh gue menuju dinding, sebelum akhirnya menghempaskan tubuh gue dengan kencang. Membuat punggung gue menghantam dinding dengan kuat.

"Jira!"teriakan itu membuat gue mengalihkan perhatian gue.

Kak Jonghyun dengan penampilannya yang berantakan, mendekat kearah kami berdua. Disusul dengan Mingyu, dan juga Solja. Gue lagi-lagi menangis, karena melihat keadaan kak Jonghyun yang benar-benar berantakan. Tuhan, apakah gue udah melakukan hal yang salah?

Jira terkekeh sinis, ia kembali
mencengkram dagu gue erat. Membuat gue meringis. "Ngaku lo setan! Lo pasti pelet suami gue kan!"sentak Jira lagi.

Gue menggelengkan kepala, air mata gue sudah tumpah ruah tidak bisa tertahan lagi, cengkraman Jira didagu gue terlepas karena Jira ditarik oleh kak Jonghyun. Mingyu mendekat kearah gue, dan langsung memeluk gue. Gue menangis didalam dada Mingyu. Gue bener-bener takut sekarang. Rasanya gue yang paling berdosa disini, menjadi seseorang yang harus dihakimi tanpa menunggu penjelasan gue terlebih dahulu.

"LEPASIN GUE BRENGSEK! GUE HARUS NGASIH PELAJARAN SAMA PELACUR ITU!"teriakan Jira itu membuat gue semakin menangis ketakutan.

Gue bener-bener takut, gue emang salah. Tapi apa Jira gak bisa mendengar penjelasan gue dulu. Setidaknya dia harus tau kenapa gue bisa ngerebut kak Jonghyun dari dia.

"Jir, udah jir"ucap Solja sambil berusaha menenangkan Jira.

"Gak bisa! Lo tahukan Ja! Dia itu pelacur! Udah ngambil suami gue! Dasar pelakor!"pekik Jira lagi.

"Dia gak serendah itu Jira!!"bentakan kak Jonghyun membuat gue semakin merasa takut. Gue gak pernah ngeliat kak Jonghyun marah-marah gini, kecuali saat kejadian dimana mama Jira dateng dan membuat gue memutuskan untuk pergi daripada apartement kak Jonghyun.

Mingyu semakin mengeratkan pelukannya, saat Jira berusaha untuk menarik tubuh gue dari dalam pelukannya. Seluruh tubuh gue bener-bener gemetar hebat sekarang.

"Mbak! Stop! Ini bukan salah Hana mbak!"seru Mingyu.

Jira tertawa sinis, "Bagus ya lo! Ngerti apa lo soal ini, hah!?"

"Lo lihat sendiri ja, orang yang lo anggap sebagai sodara itu ternyata murahan! Pelacur! Nyesel gue anggap dia sahabat gue! Bajingan!"pekik Jira lagi, seraya menunjuk kearah gue yang sudah tidak berdaya. Sementara Solja hanya diam, tangannya berusaha untuk menahan tubuh Jira dengan tangis yang membuat gue merasa bersalah.

Gue cuman bisa pasrah. Kayaknya gue bener-bener harus pergi, dan menghilang dari mereka semua. Gue bener-bener gak sanggup lagi. Semuanya terlalu berat untuk gue. Kepala gue semakin lama semakin pusing, perut gue terasa sakit seperti di cengkram kuat-kuat. Gue merintih kesakitan. Membuat Mingyu melonggarkan pelukannya, menatap gue dengan cemas. Rasanya benar-benar sakit

"Han? Are you okay?"tanya Mingyu.

Gue hanya bisa mengangguk pelan, karena kepala gue sedikit pusing. Tiba-tiba gue merasakan tubuh gue didorong terlepas dari pelukan Mingyu, badan gue kembali menghantam dinding dengan  kuat.

"HANA!"

"HANA!!"

"JIRA!"

Hanya kata itu yang gue dengar, sebelum akhirnya pandangan gue menghitam.


Gue menerjapkan mata secara perlahan. Bau obatan-obatan menyeruak ke indra penciuman gue. Saat gue menoleh, gue mendapati sosok Bunda yang tengah terduduk sambil menangis.

"Bun"panggil gue pelan.

Bunda tersentak, ia menatap gue seolah tak percaya, beliau berjalan mendekat kearah gue. Dan langsung memeluk tubuh gue erat. Gue membalas pelukan bunda seraya menangis.

"Bun, aku takut"ujar gue lirih.

Bunda mengusap rambut gue perlahan, tangisnya masih terdengar pelan.

"Jangan takut okay, kamu gak boleh stress"ujar bunda pelan.

Gue menggelengkan kepala gue, kejadian dimana Jira labrak gue itu benar-benar seram. Gue sudah mendapatkan luka fisik maupun batin dari dua orang sekaligus dalam kurun waktu yang berdekatan. Gue benar-benar tertekan sekarang.

"Bunda ada di sini, setelah infus ini habis. Kita bakalan langsung cepet-cepet ke airport. Kamu jangan banyak pikiran okay?"ujar bunda lagi.

Gue hanya menganggukkan kepala gue. Gue harus bener-bener ninggalin semuanya. Gue harap gue dengan kepergian gue ini, semuanya akan cepat selesai.

Maafin gue Jir, Kak Jonghyun.

Dan maafin tante, Nico.

---
Tbc

Heuheuheu

Ribut lagi

Baby Shower ; Kim Jonghyun✓Where stories live. Discover now