02 - Hi Hello

138 22 12
                                    

Sandri

Gue berada di section jurnal ketika mata gue bertemu dengan Bianca, yang kalau gue nggak salah inget, adalah sepupu dari Juan. Bianca ada di section lain, yang gue ketahui berisi buku-buku bacaan dari Penguin Reader.

Bianca sama sekali nggak menyadari keberadaan gue, gue pun nggak berniat untuk menyapanya

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Bianca sama sekali nggak menyadari keberadaan gue, gue pun nggak berniat untuk menyapanya. Kalau dipikir-pikir, kayaknya Bianca pun gak kenal gue siapa, karena pertemuan pertama kami bahkan tidak bisa disebut pertemuan. Jangankan ngobrol, kenalan pun gak pernah, dan gue cukup yakin Bianca sama sekali nggak pay attention ke gue, Wage, maupun Brian waktu dia nyamperin Juan waktu itu.

Kalau tiba-tiba gue nyapa Bianca sekarang, pasti bakal awkward banget.

Gue memilih untuk kembali menelusuri section jurnal, berusaha mencari harta karun tersembunyi yang mungkin bisa membantu penulisan skripsi gue nantinya. Meskipun gue baru skripsi tahun depan, gak ada salahnya kan kalau persiapan dari sekarang?

Ah maaf, gue kedengeran terlalu ambisius ya? Semoga nggak annoying, ya.

Di tengah-tengah pencarian gue, ponsel gue bergetar dari dalam kantung celana. Buru-buru gue mengambil benda itu dan mengangkat panggilan begitu melihat nama Nadia terpampang di layar.

"Sandri? Lo dimana? Ini udah mau bahas teknis closing Welcoming Party, lo dateng, kan?" tanya Nadia dengan nada terburu-buru. Gue melirik jam dinding, dan baru menyadari kalau gue sudah sepuluh menit terlambat dari janji rapat dengan panitia Welcoming Party.

"Sorry, Nad, lupa banget gue. Ini gue bentar lagi berangkat, dari perpus kok deket. Bentar ya."

Gue langsung memutar tubuh, hendak menyabet tas ransel yang gue letakkan sembarangan di atas meja dan cabut dari perpustakaan. Sayangnya, gue nggak sadar kalau Bianca sekarang berada dalam jarak kurang dari satu meter dari posisi gue berdiri, dan gerakan gue yang serba buru-buru itu membuat tumpukan buku yang dibawanya jatuh berserakan ke lantai.

"Fu—sorry," gue berucap seraya berjongkok, membantu Bianca untuk merapikan buku-bukunya.

"No, that's fine."

Berada dalam jarak sedekat ini membuat gue menyadari betapa lembut suara Bianca, dan hal itu membuat gue sempat kehilangan fokus. Kalau bukan karena ponsel gue yang lagi-lagi berdering, mungkin gue akan berlama-lama berada di situ hanya untuk mendengar suaranya lagi.

Adiktif.

"Thanks," ujar Bianca saat kami selesai merapikan bukunya. Kami berdua sama-sama beranjak, dan gue bisa saja langsung pergi, tapi entah apa yang membuat gue masih bertahan di sini sekarang, sementara ponsel gue tak henti-hentinya bergetar meminta perhatian.

Mungkin karena gue ingin mendengar suara itu. Sekali lagi.

"Gue Sandri," entah darimana, otak gue memproses untuk memperkenalkan diri. Di depan gue, Bianca terlihat bingung atas tindakan gue yang tiba-tiba itu. "Lo sepupunya Juan, kan? Gue pernah liat," lanjut gue lagi, kali ini sambil meringis.

FinaleWo Geschichten leben. Entdecke jetzt