19 - Midnight Lullaby

93 9 2
                                    

Juan

"Hoi, hoi, hoi! Dengerin gue, dengerin gue!"

Keempat kepala yang adalah milik gue, Brian, Wage, serta Dimas, begitu saja mengalihkan perhatian dari secarik kertas di lantai kepada pintu studio yang terbuka. Di ambangnya Sandri berdiri membungkuk, menyeruak masuk dengan sapaan yang tidak biasa.

"Gue ... dapet ... slot ..." katanya, dengan napas terengal-engal. Gue jadi curiga, jangan-jangan dia lari dari kampus sampe sini?

"Napas dulu, Pak, napas." Wage tau-tau sudah berdiri, lalu memapah Sandri di bahunya persis kayak bapak-bapak yang kena kecelakaan lalu lintas. Setelah akhirnya pantat Sandri menyentuh sofa, cowok itu menarik napas dalam-dalam.

"Gue dapet slot," ia mengulang, kali ini lebih jelas.

"Slot ... apa?" tanya Dimas ragu.

"Cosmo. Masih pada inget gak?"

Oh. Itu.

"Gimana, gimana?" Brian merangsek maju, tampaknya bersemangat. Banget.

"Yaa jadi kan gue berebut tuh, terus setelah ini itu akhirnya kita kedapetan ngisi. Gratis," Sandri tersenyum puas sebentar. Sebentar banget karena setelahnya muka dia langsung berubah serius.

"Tapiii, kita ngisinya dua minggu lagi. Masalahnya sekarang kita lagi mau ngelanjutin Congratulations, kan? So far progress-nya baru lirik yang fix, kalian yakin gak bisa finishing dua minggu?"

"Bentar," Brian memotong. "Maksudnya lo mau kita manggung buat debutin Congrats di Cosmo situ?"

"Nggak juga, cuma kan sejauh ini jadwal manggung kita cuma di Cosmo. Kayak apa ya, lo gak tau kapan bisa nampilin Congrats gitu, Bri."

"Jadi kalo kita mau debutin secepatnya, kesempatan yang ada tuh cuma di Cosmo which is dua minggu lagi?"

Sandri mengangguk mantap. "Seratus buat lo."

"Hmm, kata gue sih jangan, Bang. Bikin sesuatu kalo diburu-buruin nggak bakal bagus hasilnya," Dimas bersuara, yang kemudian dibalas anggukan Wage.

"Setuju nih gue. Pertama, kita gak bisa ketemuan intens dalam kurun dua minggu itu. Kedua, pasti ada lah nanti kesempatan lain buat nampilin itu lagu."

"Dan kita bisa cari alternatif promosi yang lain. Kayak upload di SoundCloud duluan mungkin," gue menambahi.

"Cakep. Berarti pada setuju nih?"

Keempat anggukan kepala dari kami sudah lebih dari cukup untuk menjawab pertanyaan Sandri. Cowok itu merapatkan kedua telapak tangan dan beringsut maju. "Berarti sekarang kita ganti jadwal," ia menyimpulkan. "Mau bawain apa nanti di Cosmo?"

"Yang biasa aja kali ya?" gue memberi usul seraya mengambil gitar yang cuma dua langkah jauhnya.

"Yang biasa tuh yang mana aja?"

"Ya ... Stop and Stare, Lost Stars, High and Dry
..."

"Photograph?"

Genjrengan heboh gue berhenti, begitu pula Wage yang tengah menyebutkan lagu-lagu yang sudah pernah kami cover sebelumnya. Semua mata kini terarah ke satu titik yang sama: Brian. Sementara cowok itu rupanya sedang fokus ke layar ponsel, tampak serius gak serius dengan omongannya barusan.

Bukannya apa-apa. Lagu Ed Sheeran bagus-bagus, kok, tapi ya ... seumur-umur belum pernah aja kita bawain. Kayak yang Wage bilang, biasanya tuh ya kita bawain lagu-lagu kayak Stop and Stare, High and Dry, Fix You, Hey Mama ... jadi ya Photograph ini bener-bener judul baru.

FinaleTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon