14 - Weird Tension

78 11 1
                                    

Sandri

"Gercep juga lo."

Baik gue maupun Brian menoleh kepada Juan yang baru saja datang dengan sepiring chicken katsu di tangan kanan dan air es di tangan kiri. Gue nggak tau kepada siapa pernyataan itu dilontarkan, tapi mata Juan yang menatap lurus pada Brian sudah cukup untuk menjadi jawaban.

"Apaan?" tanya Brian, mengalihkan pandangannya dari layar laptop berisi draft cerita fiksi yang penuh revisi dari dosen.

Kadang gue salut sama anak Sastra Inggris, bisa ya disuruh-suruh nulis cerita sampe banyak gitu.

"Tiba-tiba udah follow-followan aja sama Bianca."

Hm, apaan nih?

"Dia yang follow gue duluan," tangkis Brian cepat. Cowok itu menutup layar laptopnya, lalu mencuri sepotong chicken katsu dari piring Juan.

"Heh anjing,"

"Apaan, si, biasanya juga makanan lo gue yang abisin."

Juan mendecak sebal, kalah telak. "Itu seriusan lo yang di-follow Bianca duluan?"

"Siapa yang di-follow Bianca?" celetuk Dimas yang tiba-tiba muncul dan duduk di sebelah Juan. "Eh, Bang, itu berapaan?" tanyanya sambil menunjuk si chicken katsu dengan dagu.

"Sebelas ribu. Bri jawab, anjing."

"Iyeee, nggak percayaan banget, dah. Perlu bukti?" jawab Brian yang tampaknya mulai gerah dengan interogasi mendadak ini. "San, diem-diem aja lo. Sakit?"

Gue buru-buru menggeleng, "Nggak, nyimak aja. Ni bocah atu ngapain, lo gak kelas?" gue bertanya, menunjuk pada Dimas yang nggak ada angin nggak ada badai tiba-tiba nimbrung.

"Baru kelar, tadi gue abis duduk-duduk di gazebo sama anak-anak seangkatan," balas Dimas sekenanya.

"Lah terus ngapain di sini? Main sono sama temen-temen seumuran, kita mah udah bangkotan, cepet tua lo ntar kalo kebanyakan main sama kita-kita," canda Brian, tapi Dimas malah menanggapi dengan serius. Anak itu menggeleng dengan mantap.

"Males, ah, pada gosipin lo, Bang."

Suasana di meja mendadak hening. Anehnya, Brian tampak tenang, wajahnya nggak menegang, apalagi marah, berbeda dengan Juan yang sampai menaruh sendoknya dan berhenti makan. Biasanya, kalau lagi bahas topik sensitif soal ini, Brian bakal langsung memasang ekspresi malas atau malah langsung menyalakan sebatang rokok.

"Gosipnya udah sampe maba?"

Brian menanggapi pertanyaan gue dengan satu anggukan kecil. "Bianca udah cerita, dari pas WP udah ada maba yang ngomongin gue. Gosipnya nambah gede, sekarang katanya gue hamilin anak orang."

Jemari Brian mengetuk meja sebanyak dua kali, sukses mendapatkan atensi Dimas, "Lo percaya sama gosip itu?"

Dimas menggaruk tengkuk, telinganya memerah. "Gimana ya, gue juga belom kenal lo banget, sih, Bang, tapi kayaknya lo gak sebangsat itu, deh. Lagian juga itu urusan lo lah di kasur sama siapa, kalo emang lo udah jadi bapak urusannya sama gue apa? Kan gue gak rugi apa-apa kalau pun lo hamilin anak orang, ngapain juga gue musuhin lo kayak maba-maba lain."

Juan mencondongkan tubuhnya ke depan, terlihat penasaran, "Hah? Emang maba pada mau musuhin Brian?"

"Diem-diem aja ya, Bang," ujar Dimas setengah berbisik, "mereka katanya mau bikin band fakultas juga, tuh, mau ngalahin pamor SunDay. Kan maba belom ada skandal apa-apa, pasti orang-orang lebih seneng liat mereka daripada SunDay yang kayaknya udah bermasalah. Terus tadi gue direkrut jadi drummer mereka."

FinaleWhere stories live. Discover now