Reaksi Obat

278 19 9
                                    

Yang muntah si bayi, yang menangis Donghyun.

Tapi sungguh, dengan kondisinya... astaga! Berapa banyak obat tidur yang tercampur?!

Satu suapnya pun tak sampai setengah sendok, tapi bayi cantik ini terus-terusan muntah, seolah ia telah menelan sekitar 2 porsi. Tak sebanding yang masuk dengan yang keluar.

"H-hyung!" tak tahan lagi, Donghyun buru-buru menelpon Youngmin---yang waktu itu baru saja mendudukkan dirinya di kelas. "Di-dia muntah lagi, a-ayo ke dokter!"

"Aku sedang kuliah, Dongdongie." Youngmin mencoba bicara, "Kau bisa membawanya sendiri? Aku akan menyusul, satu jam pelajaran, setidaknya."

"HYUNG!" suara Donghyun melengking, menandakan bahwa kekasihnya itu cemas setengah mati terhadap situasi yang terjadi.

"Tuan I---"

"Nanti saya telpon!" Youngmin tak peduli dengan dosennya yang hendak menegur, justru berlari keluar kelas untuk menjemput Donghyun.


~Strawberry Cupcake~


Selain tubuhnya yang menolak makanan dan susu, mentalnya pun ikut menolak keberadaan Youngmin dan Donghyun. Si bayi menangis di sepanjang perjalanan dan Youngmin meminta supir taksi mengantarnya lebih cepat ke alamat yang tertera. Donghyun pun hanya bisa merengkuh erat si bayi, berbisik lembut, mencoba menenangkannya yang sudah gemetar hebat dengan wajah pucat pasi.

"Kumohon, bertahan, sebentar saja." Bisikan Donghyun, selembut apapun tak dapat di terima dengan baik oleh si bayi. Ia mulai tersedak dan tampak kesulitan bernafas, reaksi paniknya benar-benar mengkhawatirkan.

"Ada apa?" Dokter yang kemarin---bertemu dengan mereka di lorong, seharusnya ia sedang jam istirahat. Tapi malah bertemu keduanya dan bayi yang kemarin malam baru saja ia periksa. "Oh? Bayinya---astaga! Kemarikan!"

Si bayi berpindah tangan, dan dokter itu meminta keduanya untuk mengikutinya ke ruangan. Memberikan perawatan medis dan tetap bertanya apa yang telah terjadi sebelumnya.

"Muntah-muntah, lalu ia terus bersembunyi." Donghyun terlanjur panik, tak mampu berbicara dengan tenang. "Bu-bukan aku, sungguh, aku tidak melakukan apapun!"

"Tidak tidak, bukan salahmu." Ujar si dokter, menenangkan Donghyun. "Ini reaksi kecemasannya, aku ingin mengatakan ini specific phobia, tapi ia tidak sampai tahap itu. Ia hanya ketakutan."

"Ada apa?" tanya Youngmin, "Lalu kenapa sampai muntah?"

"Sebenarnya, dia juga mengompol." Si dokter meringis, "Yang menyakitinya adalah sang ayah, seorang laki-laki, dan agaknya... dia berpikir semua laki-laki adalah orang yang sama dengan ayahnya."

Si bayi mengepalkan jemarinya rapat, gemetarnya sedikit reda begitu ia menyentuh kasur. Namun tampaknya, ia berusaha berdamai dengan ketakutannya. Seolah memaki diri untuk tenang, sementara ia tak dapat melakukannya dengan baik.

"Lalu... bagaimana?" tanya Donghyun, "Apa dia perlu terapis? Atau psikolog?"

"Dia butuh medis untuk reaksi muntah-muntahnya, tapi tidak untuk obat, jangan pernah memasukkan obat apapun tanpa sepengetahuan kami." Dokter itu baru saja selesai dengan popok si bayi, yang kini meringkuk di kasur.

"Bagaimana dengan mentalnya?" tanya Youngmin, "Kupikir kami sungguhan butuh psikolog anak untuknya."

"Untuk saat ini lakukan hypnoparenting. Katakan sesuatu yang baik padanya, jangan di marahi langsung jika ia tahu-tahu berbuat kesalahan. Jelaskan pelan-pelan. Yang jelas, batin kalian harus terkoneksi dulu dengannya, usahakan ia tidak lagi berpikir semua pria sama dengan ayahnya." Jelas si dokter, "Hubungi aku lebih dulu jika ia semakin mengkhawatirkan, terkadang... seorang psikolog akan langsung memberi obat penenang tanpa mau tahu apa yang sebenarnya di butuhkan si pasien."


~Strawberry Cupcake~


Bayi itu tak bersuara---memang pada dasarnya tak ada suara, bahkan menangis pun hanya terdengar suara cekatan nafasnya atau batuk. Donghyun terus mengusap punggung si bayi untuk menenangkannya.

"Kau yakin?" tanya Youngmin lagi, dia pun masih terkejut dengan penolakan si bayi, "Hm?"

Mengangguk cepat, "Aku yakin. Aku akan menolongnya."

Menghela nafas. Satu kecupan di layangkan untuk si manis. "Kita. kita yang akan menolongnya."

Bayi itu tertidur pulas setelah dirasanya puas menangis. Mulutnya terbuka---pernafasannya pastilah tersumbat. Dadanya naik-turun, dan sesekali terbatuk atau menggosok hidungnya yang tersumbat.

Telunjuk Youngmin mengulur, mengusap kenyal dipipi si bayi. Lalu menciumnya lembut.

"Selamat tidur, sayang."

"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Strawberry Cupcake || Pacadong/YoungdongWhere stories live. Discover now