the Day After (1)

109 9 5
                                    

Donghyun mengusap wajahnya, memandang dirinya di cermin. Menghela nafasnya pelan. Pikirannya terus berputar sejak semalam, bertanya-tanya, apa salah putrinya.

Apa salahnya? Kenapa orang-orang seusianya justru menolak kehadirannya?

Pandangannya terarah pada sang putri---tertidur pulas setelah kembali menangis pada pukul 3 pagi. Donghyun harus membawanya turun agar tidak mengganggu tidur Youngmin. Berakhir dengan tertidurnya mereka berdua di sofa sampai pukul 6 pagi, dimana Chris turun untuk berangkat dan tak sengaja melihat keduanya.

Oke, Donghyun harus mandi, dia sudah terlambat untuk berangkat.


~Strawberry Cupcake~


Atau tidak.

Hyunmi kembali menangis ketika Donghyun membawanya keluar rumah. Membuat si pemuda harus menelpon Jisung untuk meminta maaf, ia harus absen hari ini.

"Mmmaaaa," Hyunmi menarik ujung celana pendek Donghyun, berusaha untuk naik ke pangkuannya.

Dia baru selesai dengan mainannya.

"Sudah selesai?" tanya Donghyun, "Hm? Hyunmi mau apa sekarang?"

Mungkin karena sudah terlalu lelah, akhirnya Donghyun membiarkan putrinya bertindak sesuka hati. Dan ia bersyukur anak itu tidak minta macam-macam, hanya ingin bermain dengan bonekanya, dan Donghyun bisa berbaring sebentar di kasur untuk istirahat.

Tubuhnya sudah terlalu pegal.

"Mmmamama," kali ini ujung kausnya yang jadi sasaran, "yyuuu."

"Mau minum susu?" tanya Donghyun. Di angguki si kecil sebagai persetujuan. Namun berikutnya, ia berbicara agak terbata, masih dengan bahasa bayinya. Memandang Donghyun dengan manik yang membulat lebar. "Mama?"

"Yaa," jawab Hyunmi pelan, "Mimimimi uwwaaa yuuu mamama."

"Sweetheart, kalau tidak turun, bagaimana cara Mama membuatkan susunya?"

"Mimimi~" si kecil sudah siap menangis jika Donghyun sungguhan keluar dari kamar. "yyuuu,"

"Iya sayang, Mama tahu. Hyunmi mau susu, kan? Tapi kalau Mama tidak ke dapur, susunya dapat darimana?"

"Nyo nyo," lirih si kecil, menunduk sedih.

Donghyun menghela nafas, "Ke bawah saja ya? Hyunmi sama Mama, tidak akan kemana-mana."

"Paa?"

"Papa kan, pulang malam."

"Yoh?"

Donghyun, antara gemas dan kesal, namun lebih dominan gemas.

Habisnya... anak ini malah mengajaknya bicara berputar-putar. Membuatnya bingung harus berbuat apa. Kalau tidak di turuti, takutnya menangis lagi. Kalau di turuti... ah sudahlah.

Pemuda itu mengangkat Hyunmi, mengambil ponselnya. "Sohye-ya, kau sibuk?"

"Oppa, kamar kita berseberangan, untuk apa kau menelponku?"

"Hyunmi ingin susu."

"Susunya habis?"

"Bukan," mendadak Donghyun merasa tua, "dia ingin susu, tapi melarangku untuk keluar kamar."

Hening. Donghyun merasa tak enak. Sebelum ia kembali membuka mulut, sudah ada sahutan dari seberang telpon, "Masih trauma?"

"Begitulah." Si pemuda Kim menatap putrinya---yang sekarang sedang menatap keluar jendela, tampak tertarik pada suatu objek, entah apa. "Ta-tapi kalau tidak bisa juga tak masalah, aku akan meminta Youngmin hyung pulang sebentar."

"Aku bisa," suara Sohye terdengar, "dimana oppa meletakkan botolnya?"

"Di kamar, aku akan mengalihkan perhatiannya sebentar. Lalu menyerahkan botolnya padamu."



"Tumben." Yeonjung turun ke dapur untuk mengambil cemilan, "Hyunmi di kamarmu?"

"Trauma lagi," Sohye memeriksa kadar hangat airnya, "melarang Donghyun oppa untuk keluar kamar."

"Aku merasa aneh dengan Hyunmi, sesekali. Tindakannya terkadang sedikit tidak wajar."

Sohye tahu-tahu berdeham, menekan rasa gugupnya.

Ia pernah berada di posisi Hyunmi, meski usianya lebih tua dari bayi itu ketika mengalaminya. Dan begitu saja, ia mengalami kesulitan untuk beradaptasi. Hingga akhirnya, sang kakak membawanya pindah jauh dari rumah. Menghindari orangtua mereka yang tak kunjung akur meski sudah pisah rumah.

"Ya... memang begitu respon para bayi terhadap trauma mereka." Si gadis Kim menutup botol Hyunmi. "Percakapan yang tidak biasa, ada apa?"

Yeonjung menatap Sohye, "Tidak... hanya... terkadang aku kasihan pada Donghyun."

"Itu bukan urusan kita," dengus si gadis Kim, "sudah ya? Aku harus ke atas, Sejeong eonnie juga tadi menyuruhku untuk merapikan kamar."

Gadis bermarga Yoo itu mengangguk. Kemudian menghela nafas ketika melihat punggung Sohye. "Aku tahu kau menyukai Donghyun."


~Strawberry Cupcake~


"Jadi ini harimau, ini kucing, ini bebek." Donghyun membuka sebuah buku cerita di hadapan si kecil, "Ini apa?" ia menunjuk sebuah gambar,

"Bekbek."

"Yang benar, bebek, sayangnya Mama. Be-bek."

"Bekbek,"

"Bebek."

"Bekbek."

Donghyun tersenyum, mengecupi wajah Hyunmi untuk melampiaskannya. Kembali menunjuk hewan lain di buku, "Iya iya, lalu ini apa?"

"Bekbek."

"Ini... harimau," Donghyun sedang tengkurap di lantai, dengan Hyunmi yang menatap serius buku cerita di hadapannya. "ha-ri-mau."

"Aaaauuuu~"

"Kalau itu namanya serigala."

"Aauuu, Mama."

"Iya, yang suaranya aauuu itu serigala. Ini kan, harimau."

"Yoh? Nyi?" Si kecil menunjuk gambar yang sama, "Nyo nyo aauuu?"

Donghyun tersenyum, "No no, yang ini... ha-ri-mau."

"Aiaaauuuu?"

"Lucu sekali sih! Anaknya siapa ini?" Donghyun mengangkat Hyunmi dan membaringkannya ke kasur. Lalu menciuminya. "Hm? Hayo, Hyunmi anaknya siapa?"

"Bwaaaa!" Hyunmi spontan tertawa ketika Donghyun mengecupi seluruh sisi wajahnya, tangannya berusaha menyingkirkan wajah sang Mama.

"Bwaaaa!" Hyunmi spontan tertawa ketika Donghyun mengecupi seluruh sisi wajahnya, tangannya berusaha menyingkirkan wajah sang Mama

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Strawberry Cupcake || Pacadong/YoungdongWhere stories live. Discover now