Another Sweet Dessert

137 10 2
                                    

Hyunmi menoleh ketika mendengar panggilan dari Youngmin. Bayi itu nyengir, memamerkan gusinya yang bersih. Kemudian mengulurkan lengan untuk mengesot.

Youngmin sudah mengulurkan lengan, tapi si kecil tiba-tiba berhenti. Menatap Youngmin ketakutan, "B-bwa?"

"Iya sayang, sini, ayo." Youngmin tersenyum, menyadari Hyunmi sedang berpikir untuk menghampirinya.

Tapi Hyunmi ketakutan, ia mengingat dengan jelas bagaimana pria yang waktu itu melakukan hal yang sama, namun justru memukulnya karena ia tak kunjung bergerak. Membuatnya berusaha keras menghampiri Youngmin---tak menyadari airmatanya sudah turun.

"Hei... kenapa menangis, hm?" tanya Youngmin, menepuk lantai pelan, "Sini, ayo. Sama Papa,"

Hyunmi tahu-tahu menangis saat berhasil menggapai Youngmin. Tubuhnya bergetar, ia bahkan tak berani menyentuh Youngmin, justru tertekuk di dekapan Youngmin. "Uhuk!"

"Kenapa menangis?" tanya Youngmin lembut, "Sayangnya Papa... kenapa menangis?"

"Uhuk!"



Donghyun tersenyum di dekat pintu, ia baru saja selesai dengan cucian piring. Menemukan Hyunmi yang meringkuk di dekapan Youngmin. Awalnya, ia berpikir Youngmin kembali mengganggunya, namun kalimat yang di keluarkan Youngmin adalah kalimat menenangkan.

Kalau sedang iseng, maka Youngmin akan berseru memanggilnya -_-

"Kenapa?" Donghyun menyusun peralatan makan mereka di lemari kecil dekat pintu. "Ketakutan lagi?"

Youngmin menoleh, kemudian mengangguk. "Dia menangis saat berhasil mencapaiku."

Si pemuda Kim mengangguk, membuka lemari pakaian. "Baiklah, waktunya mandi."

"Memang air panasnya menyala?" tanya Youngmin, "Seingatku mati, dan sekarang musim dingin. Hyunmi bisa saja terkena flu."

"Entahlah, hyung yang mengecek. Donghyunie kan, sudah menyiapkan makan malam dan cuci piring." Kata Donghyun, mengulurkan lengan, "Kemarikan putriku."

"Putriku juga, Im Donghyun."

"Namaku Kim Donghyun."

"Sebentar lagi akan menjadi Im Donghyun." Youngmin menyerahkan Hyunmi, "Hei, itu Mama. Papa mau mengecek air dulu."

Hyunmi merengek begitu Youngmin mencoba melepaskannya, menangis lagi. "Bwabwabwaaa... mm-mii~"

"Papa mau mengecek air, sayang," jelas Donghyun, "nanti Papa kembali lagi, Papa tidak pergi jauh."

Meski Hyunmi masih menangis, namun Donghyun tetap mengambilnya. Kemudian menyuruh Youngmin untuk cepat-cepat memeriksa air, atau merebusnya jika air masih mati.

Sebenarnya sulit, apalagi dapur di lantai bawah. Dan Youngmin harus mengangkat baskom yang berisi air panas untuk mandi si kecil jika airnya masih mati.

Pemuda Im itu menahan kesal ketika mendapati air panasnya masih mati. Kemudian cepat-cepat turun untuk merebus air.

"Wajahmu asam sekali." Mahasiswi tingkat akhir, Kim Sejeong, ikut bersamanya di dapur. "Air di kamarmu mati?"

"Air panasnya, dan putriku harus mandi." Keluh Youngmin, "Apa mereka tak memperbaiki keran air?"

"Katanya pipa air membeku." Sejeong mengangkat bahu, mengunyah roti yang baru di ambilnya dari lemari. "Sohye sudah protes minggu yang lalu, karena ia harus bergelung di balik selimut setiap kali selesai mandi."

Si pemuda mendengus, "Protesan adikmu tak akan di dengar mereka."

"Hah, si bule yang paling tua di rumah inipun tak di dengarnya." Sejeong menjejalkan rotinya, tampak kesal dengan masalah air di sana. "Bahkan kamar Yeonjung, si gadis paduan suara itu, mati total. Dia dan kawannya selalu menumpang mandi di kamarku."



Strawberry Cupcake || Pacadong/YoungdongWhere stories live. Discover now