13. Redemption

1.6K 327 46
                                    

Sikap Mark yang berlebihan terhadap memar ringan di pergelangan tanganku membuatku merasa cukup tidak nyaman. Raut menyalahkan diri sendiri melekat erat pada wajahnya. Ia tampak sangat menyesal.

Mark mengajakku menjauhi bak cucian dan duduk di kursi meja makan. Ia memperhatikan pergelangan tanganku sekali lagi. Memar itu memang terasa agak nyeri saat aku menggerakkan tangan, tapi itu bukan hal besar.

"Aku harus mengompresnya dengan air dingin." Mark bangkit dari tempat duduknya untuk menghampiri lemari es.

Sebelum Mark benar-benar melangkah, aku menahannya dengan menarik lengan bajunya. "Mark, tidak usah." Dua detik kemudian, aku cepat-cepat menarik mundur tanganku.

Mark berdiri di tempatnya. Ia memandangku ragu. "Clavina, tanganmu memar-memar." Ia mengingatkanku. Memperjelas situasi.

"Ya, tapi ini hanya memar kecil bekas cengkeraman, bukan akibat benturan yang sangat keras atau semacamnya. Jika kau memang ingin memperbaiki ini, maka duduklah. Kita anggap ini tidak pernah terjadi. Itu permintaanku." Aku mencerocos.

Mark membuang napas risau dan kembali duduk di hadapanku. Ia menatapku masih dengan sorot bersalah, setengah melamun. "Aku menikahimu karena aku ingin menjagamu, Clavina. Tapi aku malah melukaimu."

"Kau tidak sengaja melakukannya," sergahku cepat. "Ini tidak akan terjadi jika saja aku tidak⸺" Aku berhenti karena merasakan sensasi tidak menyenangkan menelusup masuk. Mengingat upayaku untuk mengakhiri hidup membuatku muak terhadap diri sendiri. "Aku tidak tahu lagi, Mark. Aku paham bahwa aku melakukan tindakan bodoh. Tapi aku juga sedang berupaya berdamai dengan diriku sendiri saat ini. Jadi kumohon, lupakan memarku. Jika kau merasa ingin menebus ini−padahal kau sama sekali tidak memerlukannya, anggap saja memarku hanya kecelakaan kecil. Begitulah situasi yang kuinginkan. Berhenti bereaksi berlebihan."

Mark tercenung. Sempat ragu. "Baiklah. Jika itu yang kauinginkan."

Kuembuskan napas lega.

"Sudah tidak hujan lagi." Mark menoleh jendela sekilas. "Nanti siang aku ingin mengajakmu jalan-jalan."

Aku mengernyit. "Jika ini masih termasuk dalam 'agenda penebusan', maka aku tidak mau."

"Kalau begitu anggap saja bukan."

Anggap saja bukan? "Mark..."

Mark mencondongkan tubuhnya lebih dekat. "Jika kau ingin aku melupakan apa yang sudah kuperbuat padamu⸺maksudku, yang tidak sengaja kuperbuat padamu," Mark meralat cepat setelah aku menatapnya tidak setuju. "Maka kau harus ikut denganku."

Mark seperti melemparkan kartu uno reverse tepat di depan wajahku.

Kuhela napas lelah. "Terserah."

Mark menyeringai tipis. Merasa menang.

Kutolehkan pandangan ke jendela. Hujan memang mulai reda.

"Clavina..."

"Ya?" Aku kembali ke Mark karena ia tiba-tiba memanggil namaku.

"Kau yakin aku tidak boleh mengompres pergelangan tangamu?" Suara Mark terdengar masih berharap.

Aku melempari Mark tatapan jengah.

Mark mengangkat kedua tangannya ke udara, tanda menyerah.

"Baiklah, baiklah."



*****


Sekitar pukul sebelas, Mark keluar untuk memanaskan mesin mobil sementara aku berganti pakaian. Aku menuruti saran Mark untuk mengenakan pakaian yang cukup hangat karena tubuhku masih menyesuaikan diri dengan cuaca dingin Woodstock di musim gugur. Bisa dikatakan aku juga baru pulih dari kondisiku pasca kecelakaan, jadi Mark ingin aku sangat berhati-hati.

In A Rainy Autumn [END]Where stories live. Discover now