43. Far From You

1K 228 184
                                    

"Clavina!" Teresa menyapa heboh setelah turun dari mobilnya. Ia langsung memelukku. "Akhirnya bisa mengajakmu menginap bersama."

"Terima kasih sudah menjemput. Maaf sekali, jadi merepotkan," ucapku tidak enak hati. Barang bawaanku sudah kutenteng. Siap untuk pergi.

Aku harus menuruti Mark untuk menginap di rumah Teresa agar ia bisa tenang meninggalkanku. Teresa tidak bisa menginap di rumah kami karena kami tidak lagi punya kamar tamu, lagipula Teresa tidak akan mau bermalam di sini karena menurutnya rumah kami punya nuansa seram.

"Aku senang kok. Rasanya seperti punya adik perempuan untuk diajak nongkrong. Jadi anak tunggal itu membosankan." Teresa tampaknya jauh lebih antusias dariku. "Nanti malam kita harus perawatan bersama, memesan pizza, lalu menonton film. Kedua orangtuaku juga kebetulan sedang ada di luar kota beberapa hari ke depan⸺memang selalu jarang di rumah sebenarnya."

"Hari ini kau tidak bekerja?" tanyaku heran karena Teresa sudah menjemputku padahal ini baru pukul empat lewat sedikit. Ia bekerja di sebuah toko buku yang selalu ramai dan biasanya baru pulang lewat pukul lima.

"Hari Jum'at memang biasanya aku pulang cepat." Teresa memberi isyarat agar aku segera masuk ke mobil. "Kita mampir ke supermarket terlebih dahulu, oke? Ada sesuatu yang ingin kubeli."

"Tentu."

Saat aku masuk ke mobil Teresa, ternyata Olta sedang duduk di jok depan. Seketika aku merasa girang dan segera saja memindahkannya ke pangkuanku. Kugaruk pelan bagian belakang telinga Olta, kucing gendut itu mendengkur nyaman. "Aku belum pernah bertemu kucing yang mudah sekali didekati seperti Olta."

"Ia memang yang teramah dari semua kucing yang pernah kupelihara." Teresa menimpali. "Dan yang paling lama bersamaku."

"Berapa umurnya?" tanyaku penasaran. Kuperhatikan sehelai bulu abu-abu yang menempel di jariku.

"Delapan tahun." Teresa mengerling kucingnya yang kini bergerak meregangkan kedua kaki depannya. "Dulu ia pernah mengalami masalah ginjal saat berusia 2 tahun. Sekarang ia baik-baik saja."

Aku menunduk, tersenyum seraya mengusap lembut kepala Olta. "Kucing yang kuat," kataku pelan. "Aku akan berusaha mendamaikanmu dengan Mark."

Teresa terkekeh. "Akan jadi misi sulit, kurasa."

"Mark sebenarnya orang yang baik lho," kataku kepada Olta seolah-olah ia mengerti ucapanku. Kucing itu bergeming, tentu saja.

Aku jadi teringat Mark. Pukul tiga tadi ia menelepon dan mengabariku bahwa ia sudah tiba di New Orleans. Aku merasa lega sekali.

"Kau seperti akan mendamaikan Amerika Serikat dan Uni Soviet." Teresa berseloroh. Ia menambah kecepatan laju mobil saat mulai memasuki jalanan yang lebih halus.

Sebenarnya terkadang aku ngeri dengan cara Teresa mengemudi. Agak brutal. Jendela di sampingnya dibiarkan sedikit terbuka, menerbangkan helai-helai rambutnya yang hari ini dikeriting⸺benar-benar dikeriting, bukan hanya diikalkan. Ia jadi mirip Putri Merida.

Aku belum pernah bertemu orangtua Teresa. Semoga ibunya tidak bisa bertransformasi menjadi beruang atau semacamnya.

"Clavina, apakah kau tidak pernah merasa takut dengan rumahmu?" tanya Teresa tiba-tiba. "Terlebih di waktu malam."

"Awalnya begitu. Letaknya terpencil sekali. Berada di tengah-tengah wilayah sunyi, tidak ada tetangga, dan rumah itu sudah tua," pungkasku. Kami melintasi belokan yang dinaungi bayang-bayang pohon rimbun. "Tapi lama-lama aku terbiasa. Lagipula aku tidak sendirian di sana."

Teresa melemparkan sebuah lirikan sembari tersenyum tipis. "Saat kunjungan kami di malam Halloween, setelah berbuat iseng, aku melihatmu berdiri di ambang pintu depan. Kecil dan tampak takut. Sementara itu, Mark berdiri gagah di dekatmu, tampak sedang melindungi. Aku melihat 'adegan' itu seperti sesuatu yang magis, aku tidak tahu mengapa. Gagasan tentang rumah tua besar di wilayah terpencil, hutan berkabut musim gugur, gadis mungil yang terlihat rapuh, dan sosok pria berperangai misterius yang akan melakukan segalanya untuk melindungi gadisnya." Teresa menutur dengan nada takjub. "Gadis yang barangkali sudah ditunggunya sepuluh tahun lamanya."

In A Rainy Autumn [END]Where stories live. Discover now