30. the moon

85 14 3
                                    

Ada banyak hari dimana Lee Jina merasa begitu kesepian seolah sebatang kara di dunia ini. Ia selalu tidak puas dengan apa yang ada di hidupnya dan merasa bahwa dirinya adalah manusia paling sengsara.

Tapi disaat ia mulai terbiasa dan menerima akan kehidupan itu, hal lain selalu hadir dengan membawa banyak cerita baru dalam hidupnya.

Sejak saat itu, ia selalu menebak apa yang akan terjadi pada hari esok. 

Namun adakah hari esok untuknya?


"Jadi kapan kamu mau cerita?"

Sambil memakan semangkuk stroberi, Jina dan Somi duduk di depan sebuah jendela besar yang langsung menghadap pada gedung-gedung tinggi Seoul.

Pagi itu cuacanya cukup cerah dan langit terlihat sangat biru tanpa awan.

"Cerita apa?"

"Na Jaemin..."

"Jaemin? Dia kenapa?"

Somi memutar bola matanya, "Aku pikir nggak bakal ada rahasia di antara kita." katanya sambil memenyuapkan dua buah stroberi ke dalam mulutnya. "Dimana kamu nemu pacar modelan begitu?"

"Kenapa? Dia keren kok, pinter lagi."

"Terus kamu mau gitu, pacaran sama orang yang baru dua hari ketemu?"

"Kalo modelannya kayak Jaemin sih ya mau-mau aja."

Jina memamerkan seringaian tanpa dosanya pada temannya itu. Tidak mungkin juga dia menceritakan pada Somi tentang petualangan supranaturalnya.

Untungnya Somi adalah orang yang mudah percaya.

"Kamu nggak takut kalau dia playboy atau cowok bangsat atau apa gitu?"

Jina menggeleng, "Dia bukan orang semacem itu kok, tenang aja."

Tepat ditengah obrolan mereka, Lee Jieun datang dengan membawa sebuket bunga peony dengan sebuah amplop merah ditengahnya.

"Cinta itu nggak selamanya indah..." candanya. "Welcome back, sister!" lanjutnya sambil tertawa kecil.

"Wah, apa ini?" 

Jina membuka amplop merah yang dihiasi tanda hati ditengahnya.

Sebuah undangan pernikahan.

"Kak Jieun?! Astaga selamat!" Jina memeluknya dengan perasaan bahagia. 

Dibelakangnya, Jang Kiyong ikut bergabung bersama mereka. Jina tahu betul perjalanan kisah kakak sepupunya itu. Ia bersyukur, kebahagiaannya perlahan kembali menyelimuti orang-orang disekitarnya.

"Peony, sangat cantik." ujarnya seraya menghirup buket bunga itu. "Jaemin pernah bawain ini waktu aku lagi koma."

Somi berdecak, "Tau dari mana? Kan lagi koma?"

Satu sudut bibir Jina tertarik, "Aku kan punya banyak mata-mata." Jawabnya sok keren.


Entah bagaimana mengungkapkannya, Lee Jina benar-benar bahagia pagi itu. Semua rasa kesepian yang dirasakannya belakangan ini seolah lenyap begitu saja.

"Ngomong-ngomong, nggak sibuk nih pak polisi?" tanyanya basa-basi pada Jang Kiyong yang duduk di sudut sofa.

"Enggak, aku kan punya banyak waktu buat adik ipar.."

"Hahaha, adik ipar.."

Ditengah tawanya, Jina teringat sesuatu. Jung Jaehyun, Jina belum mendengar kabar terbarunya setelah dirumorkan kabur ke Korea Utara dengan Lee Seulmi beberapa waktu lalu.

Evanesce ✔Donde viven las historias. Descúbrelo ahora