22. a kiss

286 85 3
                                    

Alunan musik klasik terdengar semakin jelas saat Lee Seulmi membuka matanya. Ia teringat semalam Jung Jaehyun membawanya ke tempat tinggalnya karena kasus bunuh diri adik kelasnya.

Pria itu berkata bahwa lebih baik Seulmi ikut dengannya daripada sendirian berada di asrama.

Tapi jika boleh jujur, Seulmi tidak terlalu keberatan dengan hal semacam itu. Sebelumnya, Kang Mina yang merupakan teman sekamarnya juga mati bunuh diri di tempat yang sama.

"Kamu lagi sakit. Lebih baik menginap di rumahku daripada tinggal di tempat ini."

Seulmi tidak bisa menolak tawaran itu begitu saja. Dan sepertinya ia membuat keputusan yang tepat karena tidak menolaknya.

Dengan berjalan gontai, Seulmi menghampiri fonograf yang kebetulan memainkan clair de lune entah sejak kapan lalu mematikannya dengan kasar. 

Gadis itu merasa muak mendengar alunan instrumen klasik atau semacamnya. Sebelumnya, ia terlalu banyak berlatih ballet dengan musik itu, lalu kalah dalam turnamen yang sangat dinantikannya.

Diliriknya jam klasik berukuran besar yang diletakkan di sudut ruang. Jarumnya menunjukkan tepat pukul 3 pagi.

Dimana Jung Jaehyun?

Hanya itu yang ada dalam pikirannya. Semalam pria itu masih ada bersamanya. Bahkan saat banyak polisi yang melakukan penyidikan, Jaehyun lebih memilih untuk tidak mau peduli dan terus ada disampingnya.

Lalu kenapa sekarang dia menghilang?

Gadis itu mengedarkan pandangannya ke seluruh ruang, mendapati begitu banyak foto yang terpajang di dalamnya.

"Lucu.." Kedua sisi bibirnya tertarik membentuk senyuman kala mengamati foto bayi yang ada disana.

Seulmi tahu betul itu adalah Jung Jaehyun. Wajahnya tidak banyak berubah sejak masih kecil. 

Setelah menemukan sebuah album yang tersimpan di dalam laci, ia membawanya untuk duduk di depan jendela besar dengan pemandangan taman di depannya.

Satu persatu halaman di lewatinya. Cukup banyak jejak hidup Jaehyun yang dilihatnya.

Namun ada satu hal yang disadarinya, semakin dewasa, semakin hilang pula senyum di wajah lelaki itu.

Jika Jung Jaehyun kecil selalu tersenyum saat berfoto, lain halnya sejak usianya menginjak 12 tahun. Senyum di wajahnya semakin memudar hingga menyisakan raut wajah yang terlihat murung.

"Loh, kamu udah bangun?"

Sebuah suara menginterupsinya, Seulmi menoleh dan meliat Jaehyun datang sambil melepas jaket musim dinginnya.

Matanya terlihat lelah, seperti tidak tidur semalaman.

"Baru dari mana?"

Pria itu tersenyum samar seraya mengalihkan pandangannya. "Ada beberapa hal yang harus di urus. Kamu nggak perlu tau kok. Istirahat aja.."

Seulmi hanya mengangguk sembari menunggu Jaehyun membersihkan diri. Ia mengambil coat milik Jaehyun lalu menggantungkannya pada stand hanger yang terdapat di sisi ruang.

 "Apa ini?" Batinnya saat mendapati bekas tanah basah dan sedikit bercak darah pada pakaiannya.

Gadis itu segera menyingkirkannya tanpa mencurigai apapun. Dilihatnya Jaehyun yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan memakai kaos putih polos dan rambut yang masih setengah basah.

"Bangunkan aku jam 7 nanti, ya.." Pintanya seraya merebahkan diri ke atas kasur.

Seulmi hanya mengangguk lalu mendudukkan diri di samping Jaehyun.

Evanesce ✔Where stories live. Discover now