26. memoria

230 63 20
                                    

"Loh Jaemin.. kamu udah bangun?"

Saat itu, Jaemin tengah berlari menuju ICU. Namun langkahnya terhenti saat melihat Eunbin sedang bersama Ryujin dan ibunya.

"Kamu nggak apa-apa?"

Gong Hyojin, wanita yang dikenalnya sebagai Madam Gong itu menatapnya dengan penuh kekhawatiran. Sorot matanya berbeda dengan kali pertama mereka bertemu sebagai dukun dan pelanggan.

Well, dia jauh terlihat lebih normal sekarang.

"Kamu mau liat Jina ya?" Ryujin bertanya padanya dan Jaemin mengangguk.

Namun sebelum Jaemin melanjutkan langkahnya, Hyojin merangkul bahunya dan membawanya pergi menjauh dari Eunbin dan Ryujin.


"Tante tau kondisi kamu maupun anak itu nggak lagi baik-baik aja.. tapi kamu harus nahan diri buat nggak bicara terlalu jauh sama dia."

"Kenapa saya harus ngelakuin itu?"

"Udah cukup sampai di sini aja. Kamu nggak bisa terlibat lebih jauh lagi sama dia."

"Jadi tante nyuruh saya buat jauhin dia? Tante kan bukan siapa-siapanya Jina.."

Setelah mengatakan itu, Jaemin pegi menjauhi Gong Hyojin dan kembali berjalan cepat menuju ICU. Ia bahkan tidak peduli dengan rasa sakit ditubuhnya selepas tertabrak oleh sebuah bus. Ucapan wanita tua itu cukup membuatnya tersinggung.


"Na Jaebin, kepala kamu kenapa?" Di depan ICU, Jaemin kembali berpapasan dengan Jieun yang sedang sendirian. Wanita itu terlihat begitu glamour dengan make up tebal yang menghiasi  wajahnya.

"Um.. nggak apa-apa kok, Cuma kebentur aja.."

"Kebentur aspal?! Keliatannya parah.." Ujar Jieun sambil berusaha menyentuh perban di pelipis Jaemin.

"Kak, aku mau liat Jina.."

Jieun menghela napas, "Jaebin.. maaf ya, bukannya aku ngusir kamu.. tapi dia baru bisa di jenguk sore nanti. Mending sekarang kamu pulang dulu, istirahat dulu. Kondisi kamu kayaknya juga lagi buruk."

Pemuda itu menunduk. Ia melirik ke dalam ICU dimana Lee Jina terlihat tengah tertidur disana.

"Dia nggak bosen apa.. tidur terus?" lirihnya

Tapi bagi Jaemin, kenyataan bahwa Lee Jina berhasil bertahan cukup membuatnya lega.

***


"JAEMIN! NA JAEMIN!"

Saat itu, Jaemin sedang menikmati semangkuk serealnya saat tiba-tiba Jeno datang dan membuat kegaduhan di asrama yang sedang sepi.

"JAEM! KAMU MASIH HIDUP KAN?!" Tanya Jeno sambil memeriksa seluruh badan Jaemin. Bahkan ransel hitam yang dibawanya, sudah dilemparnya entah kemana.

"Masih, kamu kan nggak bisa liat setan."

Jeno menghela napas, "Syukurlah.."

"Kamu kok bisa kesini?"

"Bisa lah, kan naik kereta."

Jaemin memutar bola matanya. IQ Lee Jeno memang berada jauh dibawahnya, hingga Jaemin selalu merasa kesal tiap berbicara padanya.

"Aku kabur dari rumah. Mamaku mau pindahin aku ke Indonesia katanya." Ucapnya sambil menarik kursi belajar dan duduk di sebelah Jaemin.

"Kok jauh banget?"

"Mana aku tau.." jawabnya sambil mengendikkan bahu, "Aku kan juga nggak bisa Bahasa mereka, lagian kita bentar lagi juga lulus. Tapi ngomong-ngomong kenapa kamu cuma makan pake sereal?"

Evanesce ✔Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt