07. the villain

399 130 38
                                    

Hening.

Begitulah keadaan mereka berdua selama naik bus dalam perjalanan pulang.

Lee Jina yang biasanya sangat cerewet hanya meringkuk tanpa berbicara sepatah katapun di kursi belakang bus.

Banyak sekali hal-hal rancu yang terlintas dalam pikirannya.

Benarkah dirinya masih hidup? 

Lalu dimana jasadnya? 

Apa yang harus dilakukannya untuk kembali?

Jaemin sempat menanyakan semua itu pada Madam Gong, tapi wanita itu berdalih bahwa dia tidak bisa mencampuri urusan makhluk seperti Lee Jina.

Bukankah seharusnya Jina merasa senang karena sebenarnya dia belum mati?

Tapi kenapa Jina malah merasa takut?

"Ayo.." 

Gadis itu bangkit dari tempat duduknya saat Jaemin mengajaknya untuk turun.


Langit sudah gelap, udaranya dingin dan sedikit gerimis. Benar-benar suram.

"Jaem, kamu yakin mau kesana sekarang?" Jina bertanya pada Jaemin. Dia ingat ucapan cenayang itu yang mengatakan bahwa sebenarnya Jaemin tidak boleh ikut campur.

"Kalo nggak sekarang, kapan lagi? Aku kan udah bela-belain izin.."

Jaemin mengendap-endap untuk masuk kedalam area sekolah tanpa ketauan satpam. Sedangkan Jina sesekali memantau apa yang dilakukan orang-orang di pos penjaga agar Jaemin dapat melompati pagar pembatas. 

"Wow, aku nggak percaya ngelakuin ini."

Jaemin ingat dulu ia pernah memarahi Jeno yang kerap kali membolos saat jam pelajaran dengan melompati pagar. Nyatanya sekarang dia sendiri juga melakukan itu.


"Kamu nggak takut, ya? Disini kan banyak setannya?"

"Kamu kan juga setan, aku lebih takut sama kamu daripada sama hantu-hantu transparan itu."

Jawaban itu membuat Jina merenung, "Gitu ya.."

Lee Jina hanya mengekor di belakang Jaemin saat anak itu berjalan lebih cepat dengan hanya mengandalkan penerangan ponselnya.

SMA Harim sangat berbeda di malam hari. Mungkin sekolah itu memiliki bangunan yang megah, luas dan sangat aesthetic  di siang hari. Tapi sungguh, itu hanyalah seonggok bangunan menyeramkan yang sudah jelas angker saat malam hari.

"Memangnya ini tempat apa?" Jina mengamati seluruh sisi bangunan saat keduanya sampai di danau sekolah.

"Dulunya laboratorium IPA. Tapi nggak tau kenapa tiba-tiba di kosongin."

Jaemin mencoba melihat keadaan didalam bangunan melalui jendela dengan mengarahkan lampu ponselnya kesana. 

Nihil.

Yang dilihatnya hanyalah cahaya lampu yang memantul karena kaca jendela.

Pemuda itu menoleh ke belakang dan mendapati Lee Jina tengah menatap gagang pintu dengan tatapan kosong.

"Jin!"

"huh?"

"Kamu nggak ada ide apa gitu?"

Jina menyisir rambutnya ke belakang, "Jaem, kira-kira kenapa aku ada disini?"

Jaemin membalikkan tubuhnya menghadap gadis itu. Dia sadar bahwa Jina pasti sedang banyak pikiran. Sepertinya dugaan bahwa dia belum mati benar-benar membuatnya terguncang.

Evanesce ✔Where stories live. Discover now