02. a little story

638 215 53
                                    

"Jaem, maaf ya.. nunggunya lama.."

Jaemin mengalihkan pandangannya saat melihat Eunbin tiba-tiba muncul bersama temannya.

"Lain kali di cek dulu, ngerepotin orang aja.."

Setelah menukar benda itu, Jaemin memutuskan untuk segera pergi dari sana.

Dia terlihat ketakutan sambil setengah berlari. Sesekali matanya melirik pada sosok gadis aneh yang terus mengikutinya.


"Hey, kamu beneran bisa lihat aku kan?!"

Sedetik kemudian, gadis itu berdiri tepat di hadapan Jaemin dan membuatnya menghentikan langkah.

Sosok perempuan itu mengarahkan 2 jarinya pada mata Jaemin. Untungnya Jaemin berhasil menutup matanya sebelum dicolok betulan.

"Tolong dengerin aku sebentar.. aku nggak pengen nakutin kamu, kok. Sumpah.." gadis itu menunjukkan tanda peace dengan mata berkaca-kaca.


Jaemin tidak tau siapa sosok itu. Sudah jelas bahwa dia bukanlah seorang manusia, tapi juga tidak terlihat seperti hantu.

Diamatinya sosok itu. Kulitnya pucat, rambutnya hitam dan panjang, matanya indah— dia cantik.

"Aku Lee Jina.."

"Lee Jina?" Jaemin ingat apa yang menjadi topik hangat di sekolah. Lee Jina adalah nama siswi yang dinyatakan hilang itu.

"Tolong aku.. aku nggak tau apa yang terjadi sama aku. Tiba-tiba aja aku kebangun diatas aspal, dan semua orang nggak ada yang bisa liat aku."

"Aku nggak ada urusan sama makhluk halus, mendingan kamu pergi aja cari dukun."

"Hey hey hey.."

Si hantu itu tiba-tiba meraih tangan Jaemin saat akan melangkah pergi. Rasanya dingin, itu membuatnya merinding.

"Cuma kamu yang bisa liat aku.. Tolong.. aku harus tau apa yang udah terjadi sama aku, dimana tubuhku dan— apa aku beneran udah mati?"

Sebenarnya Jaemin sudah biasa membuat anak perempuan menangis. Dia sudah banyak menolak cinta mereka.

Hanya saja kali ini berbeda, Lee Jina terlihat sangat lelah dan putus asa.

Itu membuatnya tidak tega.

Setelah berpikir cukup keras, dia memutuskan untuk duduk di sebuah bangku taman dan mulai mendengarkan apa yang gadis itu katakan.

"Hal terakhir yang aku ingat adalah saat aku lihat Kak Mina diangkut sama mobil hitam."

"Kang Mina, murid kelas 3 itu?"

"Iya, aku kenal dia soalnya aku baru aja gabung di club ballet. Habis liat dia, aku nggak inget apa-apa lagi terus kebangun ditengah jalan besar."

Jaemin hanya diam. Dia tidak punya ide untuk di ungkapkan.

"Aku udah mati, ya?" tanya gadis itu dengan menahan tangis.

"Keliatannya sih gitu.."

"Tapi kenapa aku nggak bisa naik ke atas?"

"Biasanya hantu punya hal yang belum dilakuin sebelum mereka mati. Makannya mereka masih gentanyangan."

Lee Jina kehabisan kata-kata. Otaknya berpikir keras untuk mengingat hal yang menyebabkan dia kehilangan nyawa. Atau hal-hal penting yang belum sempat dilakukannya.

"Aku harus balik ke asrama, bentar lagi pintunya ditutup."

Jaemin sedikit berlari saat pergi dari tempat itu. Tidak sekalipun dia menghadap ke belakang, berharap bahwa sosok Lee Jina tidak mengikutinya lagi.



"Ada apa? Kok kayak habis dikejar setan gitu?" 

Lee Jeno sedang menonton film horror saat Jaemin tiba. Ia menyadari ekspresi Jaemin terlihat persis seperti tokoh utama di dalam film yang ditontonnya.

"Enggak, kok. Aku capek, mau tidur."

"Ini kan baru jam 8?"

Tidak peduli dengan ucapan temannya itu, Jaemin segera berbaring di atas ranjangnya lalu menutupi seluruh badannya dengan selimut.

"Na Jaemin? Bung, namamu Na Jaemin? Astaga, asrama cowok bagus juga ya ternyata.."

Sialan, dia bisa mendengar suara gadis itu di bawah selimut.

"Jaem.. temanmu ini ganteng juga?"

Jaemin membuka selimutnya, ia mendapati gadis itu tengah duduk disamping Jeno. Dia bahkan memainkan surai hitam laki-laki itu.

"Hai tampan~"

Dasar hantu gila! Jina baru menangis putus asa beberapa menit lalu. Tapi sekarang wajahnya terlihat begitu bahagia saat melihat Jeno.

Jina menghembuskan nafasnya tepat di leher Jeno, "Pasti menyenangkan kalau punya pacar setampan dia.."

"Umm.." Jeno memegang tengkuknya, "Film ini bikin aku merinding.."


"Hey, coba dengerin aku.." Gadis itu mendudukkan tubuhnya di ranjang Jaemin lalu mukanya berubah menjadi serius.

"Aku tau ini sedikit ngerepotin. Tapi tolong cari tau hal tentangku.. Aku nggak bisa mati tanpa tau apa-apa. Aku juga nggak bisa naik ke atas karena ini.."

Jaemin hanya menatapnya datar. Matanya berkata bahwa dia tidak ingin melakukan hal itu.


"Aku bukan orang jahat, kok. Aku nanti pasti masuk surga. Nanti kalau aku udah duluan ke surga, aku bakal booking tempat buat kamu.." Ucapnya dengan begitu naif.

"Jaem, kok ngelamun?" Jeno melempar bantal padanya, dia terlihat mematikan laptop miliknya.


Cukup lama Jaemin terdiam, masih memandangi Lee Jina yang sedang melihat-lihat isi kamarnya. Sesekali gadis itu berusaha meniup-niup lilin aroma terapi yang ada di nakas.

"Jen, gimana awalnya Lee Jina bisa ilang?"

"Kenapa nanya? Mikirin yaaaa..."

Lee Jina ikut duduk di samping Jeno, berharap lelaki itu mengetahui apa yang terjadi pada dirinya.

"Katanya dia keluar asrama sambil bawa lentera gitu. Aku heran, kenapa nggak pake flash hp atau senter aja. Kata Saeron anak kelas sebelah sih, dia kayak keluar diem-diem gitu.."

Keduanya terdiam untuk sejenak. Sedangkan Jina berusaha mengingat kembali apa yang sebenarnya telah dilakukannya, tapi tidak berhasil.

"Ngomong-ngomong aku liat fotonya, anaknya cantik banget gila! Seems like it would be nice if i date her.."  Mata Jeno menjadi berbinar mengingat wajah Lee Jina.

"Jaem, bilang ke dia.. aku juga mau kok jadi pacarnya— kalo masih hidup.."


****************

-to be continued-


ROOMATE💚💚

ROOMATE💚💚

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Evanesce ✔Where stories live. Discover now