25. the awakening

225 68 3
                                    

Berjalan dengan dua anak perempuan di depannya, Jaemin hanya memandang kosong pada jalan setapak. Sesekali ia berpikir, apa yang harus dilakukannya. Jika dia tidak punya cara apapun untuk mengungkap semuanya, bagaimana Lee Jina akan bangun?

Tidak ada jaminan polisi akan berhasil mengungkap semuanya dalam waktu kurang dari 20 hari.

"Jaem.." pemuda itu mendongakkan kepalanya saat Eunbin memanggil namanya, "Orang tua Lee Jina itu kerja apa? Mereka lebih kaya dari Saeron?"

Jaemin tidak menjawabnya, mengabaikan Eunbin yang mengatainya dengan sebutan 'sialan'.

Ketiganya tiba di halte bus tepat pukul 8.20 malam dimana hanya terdapat seorang ibu muda yang dengan putrinya yang masih balita.

"Bin.. perasaanku nggak enak.." keluh Ryujin. Gadis itu memegangi dadanya kemudian duduk pada kursi halte yang dingin.

"Kamu sakit? "

"Kenapa anak itu harus mati? Apa dia ngelakuin kesalahan"

Sebuah suara menyapa telinga Jaemin. Saat ia mengalihkan pandangannya ke seberang jalan, ia mendapati Lee Jina terlihat tengah berdebat dengan seseorang—

yang tidak bisa dilihatnya.

Jaemin selalu berpikir mungkin dugaannya selama ini salah. Namun benar rupanya,  gadis itu dapat melihat makhluk lain yang tak dapat Jaemin lihat.

"Malaikat maut.."

Tepat setelah mendengar itu, Jaemin beranjak untuk menghampiri Jina di seberang sana.

Saat itu pula suara klakson bus menggema panjang disertai teriakan ketiga perempuan itu saat menyaksikan bagaimana kendaraan itu menabrak tubuh Jaemin dan balita 4 tahun itu dengan begitu keras.

"Na Jaemin.."

Dengan gontai, Jina menghampiri tubuh Jaemin yang tergeletak di atas aspal dengan darah yang mengalir melalui pelipisnya.

Mata Jaemin mengerjap pelan, dilihatnya sosok Lee Jina yang terlihat kalut. Bahkan ia sama sekali tidak memandang Eunbin yang juga menghampirinya.

"Jaemin.." Dengan tangan gemetar, Jina menangkup pipi Jaemin.

Lelaki itu tersenyum. Entah bagaimana, tangan Jina terasa hangat untuknya. Tidak dingin seperti biasanya.

Teriakan Jina berbaur dengan suara Eunbin yang terus memaksa orang-orang untuk memanggil ambulans meskipun mereka berada tak jauh dari rumah sakit.

Air mata Jina jatuh saat mata Jaemin memejam sepenuhnya. Pandangannya teralihkan pada Kai yang berdiri tak jauh darinya sambil melipat tangan.

Pria itu terlihat marah.


"Apa dia bakal mati?"

Kai tidak menjawabnya.

"Jawab aku brengsek!" bentaknya pada makhluk itu.

Bukannya membalas, pria itu justru menampilKan seringainya. "Kenapa? Mau ikut campur lagi?"

"Gosh!!" gadis itu berteriak frustasi tanpa tau apa yang harus dilakukannya.

Na Jaemin terlihat sekarat di hadapannya, seolah mengingatkan Jina pada dirinya sendiri saat berada di mulut terowongan hari itu.

"Dia tau apa yang seharusnya nggak boleh diketahui manusia. Dia harus mati."

"No!"

Bibir Jina bergetar, jika Jaemin mati, itu semua adalah salahnya. Pemuda itu akan baik-baik saja jika tidak bertemu dengannya.

Evanesce ✔Where stories live. Discover now