24. destiny

237 91 8
                                    

Dengan langkah pelan, Jaemin berjalan keluar dari kantor polisi yang tidak terlalu ramai. Selama dua jam ia berada di dalam sana, yang di dengarnya hanyalah keluhan para detektif yang terpaksa menangani kasus berat seperti ini.

Tentu saja, Yayasan Harim tidak mudah untuk ditangani. Apalagi dirinya ikut menjadi sasaran kekesalan para detektif itu saat mengetahui putra dari Jung Jaewook baru saja terindikasi kabur ke luar negeri dengan Lee Seulmi.

Dengan menghela napas kasarnya, Jaemin memandang langit sore yang mendung. Apakah akan turun hujan, pikirnya. Lelaki itu berdecak, ia lupa membawa payungnya tadi. Tetapi alih-alih segera kembali ke asrama, ia justru naik bus yang berlawanan arah.

"Na Jaemin!"

Jaemin menoleh ke sumber suara, ia melihat Kwon Eunbin yang duduk di kursi belakang bus— bersama Shin Ryujin. Sejak kapan mereka dekat?

"Kamu mau ke rumah sakit ya?" Pemuda itu hanya menganggapinya dengan anggukan. "Kok naik dari sini? Ngapain kamu ke kantor polisi? Jadi tersangka, ya?"

"Kamu gila, ya?!"

"Haha, bercanda kok! Sensi banget!"

Pemuda itu tidak sengaja melirik Ryujin yang sedang memandang kosong keluar jendela bus, "Shin Ryujin.." panggilnya.

"Apa?"

"Boleh nggak aku minta nomor mama kamu?"

"Buat apa? Kamu kenal mamaku?" gadis berambut pendek itu memicing padanya. 

"Um! Madam Gong.. aku sama temenku pernah jadi pelanggan mama kamu." Setelah mendengar jawaban Jaemin, Kwon Eunbin terang-terangan melemparkan tatapan aneh padanya. "Kok liatnya gitu banget, Bin?"

"Ambigu, tau!"

Jaemin mendengus padanya, "Kotor banget otak kamu!"

"Ngomong-ngomong kenapa orang jenius kayak kamu masih pakai jasa mamaku? Kamu nyari jimat?" Ryujin bertanya asal yang membuat Eunbin melayangkan tuduhan.

"Jangan-jangan kamu menang olimpiade gara-gara punya jimat ya?"

"Eung.. nggak gitu.."

Sebelum mereka menyelesaikan pembicaraan, bus berhenti terlebih dulu. "Aku harus turun, lain kali aja lanjutinnya."

"Kita juga mau turun, kok.." Ujar Eunbin seraya berdiri dari kursinya.

"Loh, siapa yang sakit?"

"Lee Jina. Siapa lagi?"

Jaemin mengangkat satu alisnya. Shin Ryujin maupun Kwon Eunbin tidak mengenal Lee Jina sebelumnya, kenapa sekarang mereka sok dekat begini?

"Tadi pagi ayahnya datang ke asrama, ambil barang-barang Jina, terus ini ketinggalan." Eunbin mengeluarkan sesuatu dari ransel kecil yang dipakainya.

Sebuah jurnal.

Jaemin membuka halaman awalnya. Terdapat sebuah foto yang ditempel stiker dengan tulisan 'MILIK LEE JINA! JANGAN DIBUKA!'

Lelaki itu tertawa kecil, ia baru tau jika gadis bodoh seperti Jina masih suka menulis jurnal.

Ia hendak membuka halaman selanjutnya, namun Eunbin dengan cepat merebut benda itu dan kembali memasukkannya kedalam tas.

"Kan udah ditulis, jangan dibuka! Hargai privasi orang, dong!"

Dengan ketus, gadis itu kemudian menarik Ryujin untuk masuk ke dalam rumah sakit, mengabaikan Jaemin yang berdiri sendirian di depan pintu seperti orang bodoh.

"Loh kok dia yang marah?"

Di ujung lorong, Jaemin melihat dua orang dewasa sedang duduk berdampingan dengan wajah lelah. Eunbin dan Ryujin membungkuk sopan pada mereka, kemudian menyerahkan jurnal milik Jina yang dibawanya.

Evanesce ✔Where stories live. Discover now