03. paralyzed

595 204 46
                                    

Jaemin membuka matanya, dia tidak mendapati Lee Jina ada di dekatnya. Dia tidak tau apa yang sedang dilakukan oleh hantu bodoh itu, tapi semoga saja Lee Jina benar-benar pergi.

"Hei, udah bangun ya?"

Dugaannya salah.

Lelaki itu menoleh ke sumber suara. Ia melihat Lee Jina tengah tidur di ranjang Jeno sambil memeluk temannya itu. 

"Kenapa mukanya gitu? Aku nggak ngapa-ngapain Jeno kok.."

"Cepetan pergi sana. Gak sopan lama-lama di asrama cowok!"

Jina segera beranjak dari tempatnya sembari merenggangkan tubuhnya. "Iya deh, nanti aku balik lagi.."

"Jangan balik lagi.."

Gadis itu hanya memutar bola mata. Ia hendak keluar dari ruangan itu, tapi sialnya masih tertahan sesuatu.

"Jaem, tolong bukain pintunya.."

"Um?" Matanya mengernyit, berpikir tentang suatu hal aneh disana. "Kamu nggak bisa nembus pintu?"

Lee Jina menggeleng. Ia hanya memandang Jaemin yang juga menatapnya layaknya makhluk aneh.

"Setan macam apa kamu ini?"

Gadis itu tidak menjawab. Baru kali ini seseorang memanggilnya dengan sebutan 'setan', dan itu membuatnya tersinggung.

Tanpa mengatakan sepatah katapun, Jina pergi sambil menatap sengit kepada Jaemin.

"Dasar hantu aneh.."

Jaemin menutup kembali pintu itu dan duduk diatas ranjangnya.


Tentu Lee Jina itu aneh.

Jaemin sudah melihat berbagai macam bentuk hantu seumur hidupnya. Semuanya transparan, tidak bisa bicara dan— melayang.

Tidak seperti Lee Jina. Gadis itu masih bisa menapakkan kakinya di tanah, masih bisa disentuh dan banyak bicara.

Lee Jina membuatnya merasa ngeri.

"Hoaamhh..." Dilihatnya Jeno yang mulai bangun. Penampilannya sangat berantakan dengan rambut yang acak-acakan.

Pemuda sipit itu menguap, "Aku nggak bakal nonton film horror lagi.. Tau nggak? Semalem aku ketindihan.."

Jaemin yang sedang minum, sontak tersedak.

"Uh, mengerikan.. aku nggak bisa gerak sama sekali. Rasanya berat, ada yang nindih, tapi aku nggak bisa lihat."


Lee Jina sialan!


"Tapi tadi subuh anehnya berasa ada yang meluk aku. Bidadari kali ya?"

Bukan Lee Jeno namanya jika semua ucapannya tidak ngawur. Awalnya Jaemin ingin memberitau tentang Lee Jina, tapi setelah mendengar hal itu, sepertinya bercerita pada Jeno adalah sebuah ide buruk.

*

Seperti biasa keduanya berangkat 30 menit sebelum kelas dimulai agar bisa sarapan di kantin sekolah. Jaemin berpikir jika Lee Jina tidak akan muncul saat siang hari. Tapi dugaannya salah.

Setelah keluar dari gedung asrama, Jaemin melihat sosok itu tengah menunggunya sambil duduk di sebuah bangku taman.

"Hei Jaem.. tau nggak aku tadi kemana?" Ucapnya sok akrab sembari mengikuti Jaemin dan Jeno yang tengah berjalan beriringan. "Ke kamar mandi lantai 3.."

"Cewek gila.." Gumamnya sambil melirik tajam pada Jina.

"Aku nggak liat apa-apa kok. Soalnya aku tutup mata.."

Evanesce ✔Where stories live. Discover now