[1] young girl

85.2K 829 20
                                    

Levi Ackerman.

Pria berusia 31 tahun yang masih tinggal serumah bersama dengan ibunya, Kuchel Ackerman. Dan tentunya bujangan, alias belum mempunyai gandengan. Jangankan pasangan, jatuh cinta saja Levi belum pernah meskipun banyak wanita-wanita di perusahaannya yang menaruh hati pada pria bersurai hitam tersebut. Akan tetapi tidak ada satupun yang menarik perhatian atensi seorang Levi. Namun jangan salah paham, Levi bukan seorang gay. Hanya saja belum menemukan wanita yang tepat.

Teman-teman seperjuangannya sudah memiliki pasangan. Termasuk Hanji, wanita kacamata eksentrik yang sudah mendedikasikan dirinya hanya untuk pekerjaannya sebagai dokter. Namun tak disangka ternyata Hanji memiliki kekasih yang tak lain dan tak bukan adalah teman kerjanya sendiri, Moblit Berner.

"Oh ayolah Lev... Kau harus segera punya pacar." gerutu Hanji setelah wanita itu meminum satu gelas bir dengan sekali tegukan. Ya, mampir sejenak ke sebuah bar pada malam hari akan sedikit menenangkan pikiran Levi.

Levi tidak menghiraukan Hanji, pria itu melirik jam tangan Rolex yang melingkar di pergelangan tangannya, waktu masih menunjukkan pukul setengah delapan malam. Ia mendengus lega karena bisa bersantai-santai lebih lama lagi bersama sahabat karibnya, Hanji.

"Hei, jawab aku!!" Hanji menepuk kasar pundak tegap Levi. Membuat pria Ackerman itu mendecih kesal.

"Tch, jangan buat aku kesal."

"Kau belum menjawab pertanyaanku."

"Memangnya kau bertanya?"

"Hmm.. Tidak.." Hanji meneguk lagi bir-nya, "tapi setidaknya kau menyahut."

"Aku tidak tertarik." jawab Levi segera, "jangan bahas itu lagi, aku muak."

"Hahahaha...." Hanji tertawa keras, "kau suka wanita seperti apa, Lev? Jangan bilang kau suka janda Hahaha.. Hmm.. Atau jangan-jangan kau gay!" mata Hanji melotot ke arah Levi.

"Jaga omonganmu kacamata gila. Berkali-kali aku bilang aku bukan gay"

"Oh, bukan ya? Atau mungkin kau suka perempuan dibawah umur?" tebak Hanji dengan mata masih melotot.

"Hah?" kening Levi berkerut heran.

"Bukan.. Bukan.. Maksudku, remaja? Atau anak baru puber?" ucap Hanji mengoreksi kata-katanya.

Levi terdiam. Beberapa detik kemudian pria itu kemudian menjawab "kau pikir aku pedofil?"

"Aku rasa tidak." jawaban Hanji membuat Levi kaget, "jika orang itu sama-sama menyukaimu dan umurnya di atas 15 tahun. Entahlah, aku pikir orang akan dikatakan pedofil jika menyukai anak dibawah 14 tahun."

"Sudahlah Hanji. Mana mungkin aku berpacaran dengan remaja. Umurku saja sudah 31 tahun. Desember nanti aku 32." sergah Levi.

Beberapa detik kemudian ponsel pintar milik Levi bergetar menandakan ada pesan masuk. Ia pun merogohnya dari saku celana dan membaca pesan tersebut melalui layar notifikasi.

Levi, kau sudah pulang? Ibu minta tolong padamu untuk membereskan dapur sebentar ya. Dan menyapunya hingga bersih karena ibu ingin menunjukan sesuatu padamu.

Entah kenapa hati Levi merasakan ada rasa penasaran yang begitu besar setelah membaca pesan dari Kuchel, ibunya. Hatinya bahkan seperti bergejolak. Memangnya Kuchel ingin menunjukkan apa kepada Levi? Otak Levi berpikir keras dan ia yakin bahwa hari ini bukanlah hari ulang tahunnya.

"Levi, ada apa?"

Levi buru-buru memasukkan kembali ponselnya kedalam saku celana lalu mengeluarkan uang dari dompet untuk membayar bir yang dipesan.

"Tolong bayar juga pesananku!"

Mendengar itu Levi langsung menatapnya tajam, "bayarlah sendiri, sialan!"

My Cutie SisterWhere stories live. Discover now