[17] caring brother? (18+)

19.2K 299 6
                                    

Terdapat kata-kata berbau dewasa dan vulgar.

***

"Coba kakak lihat.. Apa aku terlihat baik-baik saja?"

Petra masih setia menatap manik kelabu Levi berharap mendapatkan setidaknya sedikit simpati dari kakaknya bahwa hati Petra sedang tidak baik-baik saja. Namun yang di dapat Petra justru sebaliknya, wajah Levi tak menunjukkan ekspresi apapun. Meskipun beberapa detik lalu mata Levi terlihat membulat tanda tak percaya. Petra menyapu air matanya menggunakan punggung tangan, merasa konyol karena sudah mengharapkan belas kasih dari orang yang tak memiliki hati.

Levi tidak pernah peduli padanya. Sekalipun ia mati Levi tidak akan peduli. Levi hanya menginginkan tubuhnya saja, tidak ada yang lain. Begitu pikir Petra.

"Kenapa kau--"

Namun belum sempat Levi menyelesaikan kata-katanya, Petra sudah meleos pergi tanpa menatap lagi manik kelabunya.

"Maaf, aku ke kamar dulu." kata Petra singkat lalu masuk ke kamarnya.

"Hei, bocah! Aku belum selesai bicara!" teriak Levi. "Eughh.."

"Levi, ada apa?"

"Ibu?!" kepala Levi menoleh dan mendapati ibunya tengah meletakkan beberapa kantong plastik besar berisi belanjaan ke atas meja. "Sejak kapan ibu pulang?"

"Apa suara mobil ibu tidak terdengar? Kau selalu saja seperti itu." celetuk Kuchel. "Ada apa tadi teriak-teriak?"

"Itu..." Levi mengusap rambut hitamnya. "Tidak ada. Petra baru saja pulang dan dia kelelahan."

"Tadi kau teriak." Kuchel memandangnya curiga.

"Sungguh bukan apa-apa bu.. Mungkin ibu salah dengar."

Wanita itu mengangguk. "Dibanding itu.." Kuchel melepas mantel coklatnya lalu menggantungnya pada standing hanger, berjalan mendekati Levi dan berhadapan dengannya. "Sebaiknya siapkan dirimu karena Frieda akan datang tiga hari lagi."

"Apa?!" ucap Levi tak percaya. "Kenapa secepat itu? Dan lagi.. Aku tidak pernah menginginkan pertemuan ini."

"Sudah ibu bilang keputusan ibu tidak bisa dibantah."

"kalau begitu biar ibu saja yang berkencan bersama Frieda."

"Levi.. Sejak kapan kau jadi berani membantah ibumu?"

"Bukan aku membantah, tapi aku tidak suka dipaksakan! Itu sama sekali bukan keinginanku!"

Kuchel mendengus kasar, "Tolong lakukan saja perintah ibu dan jangan memperumit masalah, oke? Setidaknya cobalah dulu. Bagaimana jika keadaan terbalik dan kau akan menyukai Frieda setelah pertemuan nanti."

"Aku tidak akan pernah!" Kata Levi tak mau kalah. "Aku cukup tahu tentang keluarga Reiss. Rod Reiss, si kepala keluarga itu pernah tertangkap dua kali karena kasus korupsi. Sedangkan istrinya adalah model yang pernah tersandung skandal perselingkuhan. Dan ibu mau mempertemukan aku bersama anak mereka? Aku yakin sifatnya tidak akan jauh beda dengan ibunya."

"Sudah cukup." Kuchel mengangkat kedua tangannya. "Ibu tidak ingin banyak bicara lagi. Cukup diam dan laksanakan."

"Kenapa ibu memaksa sekali? Kenapa? Ibu takut aku seperti ayah?"

Kuchel terdiam. Saat Levi mengucapkan kata ayah, itu seperti membangkitkan kembali kenangan buruk yang sudah Kuchel kubur dalam-dalam. Tanpa sadar kalau matanya sudah berkaca-kaca. Kuchel tidak sanggup jika ia harus mengingat tentang James, mantan suaminya dulu.

"Bu..." kata Levi iba. Menyadari adanya perubahan ekspresi pada wajah ibunya yang sudah tak lagi muda.

Kuchel terisak. Tanpa memperdulikan Levi, wanita itu kemudian pergi ke kamarnya. Dan tersisalah Levi di ruangan itu sendirian. Ia lalu duduk di salah satu sofa sambil memijat keningnya perlahan.

My Cutie SisterWhere stories live. Discover now