[8] truth or dare (21+)

71.6K 539 13
                                    

Di part ini terdapat sedikit adegan dewasa, saya harap kalian bisa menyikapinya dengan bijak.

***

Petra menyembulkan kepalanya dari balik pintu kamar dan melihat ke arah ruang tamu. Petra cukup bisa melihatnya darisana. Levi terlihat sedang berbicara bersama seorang temannya yang memiliki rambut pirang dan alis tebal. Levi bilang namanya Erwin. Entah apa yang mereka bicarakan, namun Petra merasa bosan diam dikamar terus. Ia ingin pergi menemui Mikasa. Jika Petra pergi melalui jendela, maka Levi akan marah dan melakukan 'itu' lagi kepadanya. Petra masih ingat semuanya, dimana Levi mencium bibirnya penuh nafsu serta menggigit juga menjilat lehernya. Entah kenapa tiba-tiba pipi Petra memerah mengingat itu.

Pun Petra akhirnya sudah tidak sabar. Gadis itu keluar dari kamar untuk menghampiri Levi. Dengan langkah pelan dan suara pelan Petra berkata kepada kakaknya.

"Kak.. Aku bosan dikamar terus, aku ingin menemui Mikasa lagi. Boleh ya?"

Kedua netra pria yang duduk disana langsung mengarah kepada Petra. Levi tampaknya belum bisa memberikan izin terlihat dari raut wajahnya. Tapi karena disana ada Erwin, jadi Levi pun dengan enggan menyanggupi.

"Boleh, tapi jangan lama-lama."

Gadis itu tersenyum senang mendengar jawaban kakaknya. Sungguh sangat sesuai harapan. "Baik kak, aku tidak akan lama. Kalau begitu aku pergi dulu."

Ketika Petra sampai di pekarangan rumah, tiba-tiba Levi menarik tangannya dari belakang dan membalik paksa tubuh kecilnya. Memegang kedua pundaknya sambil menatapnya sungguh-sungguh.

"K-kak?"

"Dengarkan perkataanku baik-baik, aku hanya memberikanmu waktu dua jam, Setelah itu kau harus pulang kerumah. Jangan ulangi hal seperti kemarin lagi atau kau akan tahu akibatnya. Ku ulangi sekali lagi, du-a j-am.." ucap Levi penuh penekanan.

"Baik kak, aku mengerti. Kak Levi juga tak perlu khawatir, aku tak akan mengulanginya lagi." Petra menyentuh ujung hidung mancung Levi dengan jari telunjuknya.

Levi tersenyum tipis, "kau sudah mulai berani ya.."

Petra ikut tersenyum, "kalau begitu bisa kakak lepaskan tangan kakak? Aku mau pergi."

"Tidak.. Sebelum ini,"

Levi menggunakan kesempatan itu untuk mencium bibir manis berwarna peach adiknya dengan sedikit lumatan. Tak lupa juga untuk menjilat serta menggigit bibir bawahnya. Masih sempat-sempatnya bagi Levi melakukan hal tersebut sampai terdengar decakan pelan dari keduanya.

"Kak Levi...!! Bagaimana kalau ada yang melihat?!" Petra panik seraya menutup pipinya yang memerah.

"Aku tidak peduli." jawab Levi santai. "Asal kau tahu, bibirmu adalah bagian yang paling aku sukai. Rasanya manis. Mungkin karena aku belum tahu bagian tubuhmu yang lain. Jika saatnya sudah datang maka kau perlu bersiap-siap." lalu Levi kembali kedalam mengabaikan raut bingung Petra.

"Hah? Apa maksudnya?"

Di dalam, tampak Erwin sedang menikmati teh herbal buatan Levi yang pria itu sajikan beberapa saat lalu. Erwin menyesap teh nya terlebih dahulu sebelum akhirnya berbicara.

"Adikmu manis juga." celetuk Erwin. Mendengar itu Levi mengerutkan keningnya.

"Haha santai.. Aku bukan pedofil. Aku hanya menyebutkan fakta bahwa adikmu cantik dan manis. Benar kan?"

"Hn."

"Darimana asalnya?"

"Aku tidak tahu. Ibuku membawanya dari panti asuhan remaja."

My Cutie SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang