[33] flashback

4.6K 150 20
                                    

Pada suatu hari yang cerah di tahun 2007.

***

"Singkirkan benda jelek ini."

Prak!

"Sialan! Aku sudah membelikan gantungan kunci ini khusus untukmu!"

"Aku tidak tertarik dengan sampah seperti itu."

"Sombong sekali."

"Tolong jangan ganggu aku, Hanji.. Biarkan aku pulang.."

"Tunggu dulu! Kau tahu toko buku yang belum lama ini dibuka? Letaknya tak jauh dari stasiun kereta, Anak-anak bilang ada banyak komik Jepang disana, bagaimana kalau kita mampir dulu kesana?"

"Tch.. "

Mendengar tutur kata tersebut, lantas sang lawan bicara mendelik tak suka.

"Kalau kau ingin pergi maka pergi saja sendiri jangan ganggu aku.."

"Ayolah, Lev.. Sekali ini saja..." Pintanya sedikit memaksa.

Merasakan lengannya ditarik, pemuda berambut hitam yang ternyata adalah Levi tersebut langsung menariknya kuat hingga Hanji terhempas ke belakang. Namun bukannya bersalah karena telah membuat temannya kesakitan, Levi lebih terlihat tidak peduli sama sekali. Dibanding itu, pandangan Levi justru terfokus kepada sesosok perempuan berambut panjang berwarna caramel dan berseragam sekolah yang berbeda dengannya tengah berjalan santai di tepi jalan raya.

Marisa.

Menyadari ada yang memperhatikan dirinya, Marisa pun menoleh ke arah Levi dan lantas mereka pun saling berpandangan. Marisa pun melambaikan tangan sambil tersenyum manis kepada Levi. Dan jujur saja Levi suka itu.

"Belum pulang?" Tanya Marisa sambil menghampiri mereka berdua.

"Belum." Jawab Levi singkat.

"Astaga, Hanji... Kau kenapa?" Pekik Marisa melihat tubuh Hanji terjatuh di belakang Levi, lantas gadis itu pun segera membantunya.

Sedangkan disana Levi terus terpaku kepada Marisa yang saat itu sedang membantu Hanji berdiri. Benar-benar fokus, seolah-olah Marisa adalah objek paling menarik dimatanya.

"Levi, kau tidak apa-apa?"

Saking fokusnya pikiran Levi terhadap Marisa, ia tidak menyadari bahwa Marisa dan Hanji tengah menatapnya dengan tatapan bertanya-tanya. Tak ingin membuang waktu Levi akhirnya pergi meninggalkan mereka berdua.

"Aku pergi dulu."

"Tunggu, kita bisa pulang bersama.. Kau mau?" Marisa menawarkan, akan tetapi Levi langsung menolaknya tegas, "tidak. Aku ada urusan."

Pun Levi segera pergi darisana.

Sesampainya dirumah, Levi melepaskan sepatu juga kaos kakinya kemudian menyimpannya di rak khusus sepatu dengan rapi. Terdengar sepele namun hal tersebut sudah biasa Levi lakukan karena ajaran Kuchel sejak kecil.

Suasana rumah terasa sepi seperti tak ada tanda kehidupan. Ayah dan ibu belum pulang? Batin Levi. Kamar Levi berada di lantai dua yang mengharuskannya naik tangga terlebih dahulu, sesampainya di lantai dua barulah Levi sadar bahwa ibu dan ayahnya memang belum pulang. Itu ditandai dengan pintu kamar mereka yang masih terkunci.

Pelajaran biologi di sekolah sudah merampas sebagian energi dalam dirinya. Levi cukup kelelahan, ia ingin istirahat. Akan tetapi saat ia akan menggantung seragam sekolah yang akan ia pakai lagi di esok hari, suara bantingan pintu di lantai bawah berhasil membuat kaca jendela di kamar itu bergetar.

My Cutie SisterWhere stories live. Discover now